Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berpikir. Mempelajari memori membawa kita pada psikologi kognitif, terutama sekali, pada model manusia sebagai pengolah informasi. Robert T. Craig (1979) bahkan meminta ahli komunikasi agar mendalami psikologi kognitif dalam upaya menemukan cara-cara baru dalam menganalisa pesan dan pengolahan pesan.
Sumbangan paling besar dan psikologi kognitif adalah menyingkap tabir memori. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.,” ini definisi dan Schiessinger dan Groves. Setiap saat stimuli mengenai indera kita, setiap saat pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar.
Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan dan pemanggilan. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkuit saraf internal. Penyimpanan (storage), proses yang kedua adalah, menentukan berapa lama informasi itu berada berserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana.
Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan dasas-desus menyebar labih banyak dan volume yang asal). Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan.
Pemanggilan (retrievai),dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan. Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara, yaitu pengingatan (recall),pengenalan (recognition), belajar lagi (relearning), Redintegrasi (Redintegration). Lebih jelasnya kita akan membahas proses ini dari tiga sudut pandang teori. Tiga teori yang berupaya menjelaskan memori adalah teoni aus, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.
1. TEORI AUS (Disuse Theory)
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat, bila dilatih terus-menerus. Sejak jaman Yunani sampai sekarang, masih ada orang yang beranggapan bahwa tugas guru adalah melatih ingatan muridnya. Selama sekolah orang hanya belajar mengingat.
William James, juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize”- makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat (Hunt, 1982:94). Lagi pula tidak selalu waktu mengauskan memori. Sering terjadi, kita masih ingat pada peristiwa puluhan tahun yang lalu, tetapi lupa kejadian seminggu yang lewat.
2. TEORI INTERFERENSI (Interferensi Theory)
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Katakanlah, pada kanvas itu sudah terlukis hukum relatifitas. Segera setelah itu, Anda mencoba merekam hukum medan gabungan. Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. ini disebut interfensi. Misalkan, Anda menghafal halaman pertama dalam kamus Inggris Indonesia. Anda berhasil, Teruskan kehalaman kedua, berhasil juga, tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang. ini disebut inhibisi netroaktif (hambatan kebelakang). Beberapa eksperimen menujukkan bahwa pelajaran yang dihafal sebelum tidur Iebih awet dalam ingatan dari pada pelajaran yang dihafal sebelum kegiatan-kegiatan lain (Shiffrin, 1970) Mengapa? Karena dalam tidur tidak terjadi inhibisi retroaktif.
Di muka kita menyebut nama Underwood. Ia menyuruh subjek eksperimennya untuk menghafal daftar suku kata yang tidak ada artinya. Dua puluh empat jam kemudian, mereka dites. Mereka sanggup mengingat 80 persen. Pada daftar yang kedua puluh, dengan jangka waktu yang sama, mereka mengingat hanya 20 persen.
Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita. ini disebut inhibisi proaktif (hambatan kedepan). Masih ada satu hambatan lagi – walaupun tidak tepat masuk teori interfersi. ini kita sebut hambatan motivasional. Psikologi klinik membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang ”melukai” hati kita cenderung dilupakan. Freud mengasali lupa pada proses represi yang berkaitan dengan cemas atau ketakutan.
Amnesia – lupa sebagian atau seluruh memori – bisa terjadi karena gangguan fisik atau psikologi; karena kerusakan otak atau neorosis. Sebaliknya, sesuatu yang penting menurut kita, yang menarik perhatian kita, yang memenuhi kebutuhan kita, akan mudah kita ingat. Sekali lagi, ini pengaruh faktor personal dalam memori.
3. TEORI PENGOLAHAN INFORMASI (Information Processing Theory)
Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memori jangka pendek); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam longterm memory (LTM, memori jangka panjang). Otak manusia dianalogikan dengan komputer. Sensory Storage lebih merupakan proses perseptual dan pada memori. Ada dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran).
Penyimpanan di sini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik. Sensory storage-lah yang menyebabkan kita melihat rangkaian gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.