Lompat ke konten
Kategori Home » Ilmu Psikologi » Sejarah Pendekatan Psikologi Kognitif

Sejarah Pendekatan Psikologi Kognitif

  • oleh

Sudah lebih dari 2000 tahun proses-proses berpikir manusia telah dibicarakan. Misalnya, Aristoteles-membahas tentang daya ingat; Hukum belajar dan daya ingat- bandung memiliki ikon gedung sate.

Pada tahun 1879 psikologi merupakan suatu studi ilmiah dengan didirikannya laboratorium psikologi pertama oleh Wilhem Wundt di Leipzig, Jerman. Pada saat itu, psikologi merupakan disiplin ilmu baru yang lepas dari filsafat dan ilmu faal. Menurut Wundt, psikologi mempelajari pengalaman yang disadari (introspeksi selama 50 tahun).

Penelitian berkembang dengan cara introspeksi melalui jurnal dan konferensi- konferensi. Dari jurnal dan kongerensi diperoleh hasil bahwa harus ada pelatihan para pengamat, penggunaan control yang relevan, ada replikasi eksperimen. Selain itu, metode-metode Wundt yang hati-hati dan teliti serupa penelitian kognitif sekarang. Dahulu penelitian Wundt hanya terbatas padaprose mental yang lebih tinggi, seperti berpikir, bahasa, problem solving, tak dapat diteliti dengan baik menggunakan teknik ini.

Pendapat Wundt ditentang oleh Ebbinghaus (1913). Menurut Ebbinghaus ada metode lain untuk meneliti memori (nonsense syllables/hal-hal yang tak berarti) yang lebih berpengaruh terhadap psikologi kognitif dibandingkan pendapat yang dikemukakan oleh Wundt.

Pada akhir abad 19 di Amerika, psikologi dipengaruhi oleh pendapat-pendapat William James. James menggunakan pendekatan informal (pertanyaan-pertanyaan psikologis sehari-hari), buku principal of psychology (1890), dan teori-teori tentang daya ingat yang meliputi struktur dan proses-proses.

Pada tahun 1924, J.B. Watson dari aliran behavioris mengandalkan reaksi- rekasi objektif dan dapat diamati, diantaranya :

a. Introspeksi (tidak ilmiah).

b. Ketidaksadaran, terlalu kabur karena tidak dapat diteliti dengan baik sehingga simpulannya diragukan. Aliran behavioris menolak istilah image, idea, thought.

c. Menghindari penelitian terhadap manusia, maka beralih pada tikus. Akibatnya penelitian-penelitian aktivitas mental terhambat. Behaviorisme masih banyak memberikan sumbangan metode-metode kognitif saat itu.

Menurut para behavioris suatu konsep harus didefinisikan dengan hati-hati dan tepat. Misalnya istilah performance, agresi.

Dalam behaviorisme perlu adanya control maka dilakukan eksperimen. Para behavioristik jarang mempelajari proses-proses mental manusia yang lebih tinggi yang menjadi minat dan psikologi kognitif kontemporer.

Akhir abad 19 dan awal abad 20 psikologi gestalt di Eropa berkembang. Pendekatan kecenderungan-kecenderungan untuk mengorganisir hal-hal yang dilihat dan bahwa keseluruhan jauh lebih besar dibandingkan jumlah bagian. Psikologi gestalt menentang teknik introspektif dari penganalisaan.

Kemudian muncul seorang peneliti dari Inggris yang bernama Frederick C. Bartlett yang meneliti memori manusia. Beliau mengadakan eksperimen dan social study tentang remembering (Bartlett, 1932) serta menolak metode Ebbinghaus. Sebagai gantinya beliau mengemukakan materi bermakna (cerita panjang) yang dianalisis tentang bagaimana mental set seseorang mempengaruhi recall tentang materi tersebut. Memori didefinisikan sebagai proses rekonstruktif yang melibatkan interpretasi dan transformasi materi asli (Kendler, 1987). Pada tahun 30an karya Bartlett tidak begitu diperhatikan di Amerika. Baru sekitar 20 tahun kemudian psikologi kognitif sibuk menerapkan metode eksperimental dan behaviorisme.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *