Tolok ukur kesehatanan perusahaan dan segi profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan secara keseluruhan unsur-unsur yang 1iperhitungkan meliputi biaya dan ini merupakan hubungan masukan dengan keluaran (kinerja perusahaan); penjualan merupakan hubungan antara produksi (kinerja) dengan harga; hubungan antara keuntungan (profit) dengan besarnya modallaktiva dllnya.
Dalam hal ini perlu ada catatan bahwa dalam perusahaan hutan, hutan belum diperhitungkan sebagai modal/aktiva (belum masuk dalãm neraca perusahaan). Dengan demikian dapat terjadi profitabilitas tinggi, akan tetapi modal (hutan) menurun:
Untuk mendapatkan kinerja yang baik diperlukan masukan (input) berupa aktiva tetap: mesin dan peralatan, biaya operasional mesin/peralatan, sumber daya manusia (operator, tenaga kerja), metode kerja/SOP (standar operation procedure) dan dukungan aspek manajerial perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalianlpengawasan dan lainnya.
Selanjutnya kinerja tersebut diukur dengan produksi dalam hal perusahaan hutan yang menghasilkan produksi kayu bulat. Hubungan antara masukan dan kinerja dalam bentuk rasio/perbandingan berupa biaya per kesatuan (unit cost) dalam hal ini Rp/M3. Apabila kinerja/produksinya baik maka biaya per kesatuan akan menurun dengan asumsi harga jual per kesatuan sama, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan per M3 yang lebih besar. Biaya per kesatuan tersebut dalam internal perusahaan adalah gabungan dan seluruh kegiatan/departemen satuan-satuan organisasi perusahaan yang mempunyai tugas/ wewenang dan tanggung jawab terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk setiap jenis pekerjaan ini dapat dilakukan analisis masukan dan kinerjanya.
Kebijaksanaan penghematan biaya dllnya dapat dilakukan melalui bagian departemen masing-masing. Demikian pula usaha peningkatan kinerja masing masing departemen. Dalam perusahaan hubungan masukan dan kinerja setiap bagianldepartemen diarahkan melaiui penyusunan budget.
Untuk keperluan monitoring dan evaluasi terhadap biaya dan kinerja maka setiap bulan perlu ada laporan secara terperinci seluruh kegiatan perusahaan pelaksanaan biaya/kinerja perlu dievaluasi berdasarkan budget, sehingga apabila ada penyimpangan dapat segera diperbaiki pada bulan berikutnya.
Demikian secara terus menerus sampai dengan satu tahun untuk perhitungan laba rugi perusahaan.
Disamping dari sisi biaya dan kinerja maka keuntungan juga ditentukan oleh pemasaranlpenjualan, dalam hal ini adalah harga penjualan. Dalam penetapan harga penjualan perlu dilakukan akurat mengingat adanya variasi jenis kayu, ukuran kualitas kayu dll. Disamping itu harga juga dipengaruhi oleh adanya hubungan “supply-demand” yang lazim berlaku di pasar.
Rasio Profitabilitas
Rumus Rasio Profitabilitas
Misalnya nilai 25%, berarti setiap satu rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,25,-
Misalnya nilainya 10%, laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan. setiap sam rupiah penjualan adalah Rp. 0,10,- (setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasional Rp. 0,10,-)
Misalnya nilainya 80%. Biaya opeiasionai per rupiah penjualan. Setiap rupiah njualan mempunyai biaya operasional Rp. 0,80,-. Makin besar nilai rasionya makin buruk karena keuntungan semakin kecil (biaya operasi besar).
Misalnya nilai 6% berarti setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih Ep. 0,06-,
Hal ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam luruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor megang obligasi dan saham). Setiap satu rupiah modal menghasilkan tungan Rp. 0,14,- untuk semua investor apabila misalnya nilai rasio di atas 14%.
Ini mencerminkan kemampuan modal yang diinvestasikan ke dalam aktiva menghasilkan keuntungan netto.
Ini menunjukkan kemampuan modal sediri untuk pemegang saham dan saham biasa. Berdasarkan pengalaman empirik perusahaan hutan sebenarnya rasio-rasio dapat dipelajari dengan menghubungkan beberapa variasi:
a. HPH Sistem mekanis penuh
b. HPH sistem semi mekanis
c. HTI luar Jawa
d. HTI: Perum Perhutani
Variasi tersebut masing-masing dapat dipelajari lebih lanjut dalam hubungannya:
· Skala usaha/skala produksi
· Jenis kayu
· Daur
· Teknologi yang dipakai dll
Disamping rasio di atas masih ada rasio lain yang berhubungan dengan aktivitas misalnya perputaran aktiva: persediaan, piutang dllnya yang tidak berhubungan dengan kesehatan perusahaan secara langsung. Dalam analisis kesehatan perusahaan hutan dengan menggunakan rasi.o tersebut di atas dapat dilakukan analisis perbandingan:
1) Untuk perusahaan yang sama dan waktu ke waktulhistoris misalnya untuk 3
(tiga) tahun terakhir. Apabila keadaan 3 tahun terakhir kesehatan perusahaan
dengan Tolok Ukur rasio-rasio di atas baik maka dapat diharapkan perusahaan
tersebut mempunyai masa depan yang baik. informasi ini diperlukan oleh
pemerintah misalnya untuk penerimaàn pajak, bagi pemberi kredit (Bank) untuk
menilai kemapuan perusahaan mengembalikan kredit, pemilik perusahaan
(pemegang saham) dalam hal memberikan devidend atas dasar keutungan yang diperoleh.
2) Perusahaan HPH yang satu dengan HPH lainnya (satu jenis industri perusahan
hutan). Untuk hal mi maka unit HPH yang dibandingkan hendaknya mempunyai
sekala produksi yang kurang iebih sama, potensi hutan yang kurang lebih
sama, sama Sistemnya misalnya mekanis atau semi mekanis dllnya. Seperti
telah diketahui pada kenyataannya variasi unit HPH satu sama lainnya cukup
besar.
3) Perusahaan HPH dapat dibandingkan dengan perusahaan jenis lain atau
industri pada umumnya. Dan pengalaman yang ada telah ditemukan beberapa
tolak ukur (rasio) yang dapat berlaku secara umum. Yang diperlukan adalah
interpretasi secara khusus untuk setiap jenis industri.
referensi : Universitas Gadjah Mada