Kata pertanian selalu diasosiasikan dengan pedesaan, karena di daerah pedesaanlah umumnya bercocok tanam dilakukan. Padahal, kota merupakan area yang sangat potensial untuk kegiatan pertanian yang produktif. Memang kegiatan ini belum merupakan hal yang biasa dilakukan di kota-kota besar di negara kita. Semua kebutuhan kota yang berhubungan dengan hasil pertanian disediakan oleh desa, sehingga kota sangat tergantung pada desa.
Pertanian kota telah banyak dilakukan di kota-kota di negara yang kurang maju industrinya, tetapi harus memproduksi makanan untuk penduduk sangat banyak dengan keterbatasan energi dan ruang. Cina merupakan contoh yang paling baik untuk produksi pertanian kota. Dengan penduduk lebih satu milyar jiwa dan keterbatasan fasilitas transportasi, pemerintah Cina mempunyai kebijakan untuk menciptakan lebih banyak produsen daripada konsumen kota. Sedikitnya 85% sayuran yang dikonsumsi penduduk kota dapat dihasilkan dari pertanian di dalam kota. Shanghai dan Beijing dapat memproduksi lebih dari 1 juta ton sayuran pertahun untuk kebutuhan penduduknya (Wade, 1980).
Pertanian kota, meskipun dapat dilakukan dalam skala besar-besaran seperti di Cina dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk kota, sebenamya dapat dilakukan dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bentuk ini, yang disebut- ‘vemakular lansekap’, telah banyak dilakukan oleh penduduk kota-kota di negara maju, seperti Amerika dan Eropa.
Mereka memanfaatkan halaman rumah, atap, pinggir jalan-jalan lingkungan, dan sebagainya untuk ditanami sayuran yang mereka butuhkan untuk bahan makan sehari-hari, seperti tomat, selada, kol dan anggur. Bagi sebagian besar penduduk kota, bertanam sayuran untuk kebutuhan keluarga akan sangat membantu mengurangi pengeluaran sehari-hari, disaat harga bahan makanan semakin meningkat.
Di Indonesia, lingkungan perkotaan dicirikan dengan banyaknya tanah-tanah terbuka dan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan karena proses perkembangan kota yang tidak terencana atau inkremental, sehingga banyak tanah kosong diantara kawasan-kawasan permukiman.
Lebih lanjut proses spekulasi tanah yang tidak terkontrol juga memacu terjadinya tanah-tanah terlantar yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Tanahtanah negara yang tidak dimanfaatkan dapat juga menjadi loksi yang baik untuk pertanian kota. Begitu pula dengan tanah-tanah marjinal di sepanjang tepi sungai, rel kereta api, di bawah jembatan, pada lereng-lereng bukit, di bawah jalur /jaringan listrik, semuanya dapat dimanfaatkan untuk pertanian kota yang produktif.
Pekarangan-pekarangan rumah, tanah sekitar pekuburan seringkali merupakan lokasi atau site yang potensial untuk kegiatan pertanian. Bahkan baikon atau atap rumah dapat dimanfaatkan untuk bertanam sayuran. Sejengkal tanah pun dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk ditanami tomat atau cabal. Penduduk tidak hanya dapat menanam sayuran, tetapi juga tanaman obat keluarga (TOGA) yang banyak jenisnya, pohon buah-buahan, serta memelihara ikan dan temak.
Singkatnya, pertanian kota merupakan satu altematif optimalisasi lahan-lahan kota yang semakin Iangka. Khususnya di Jawa, dimana lahan lahan-lahan pertanian subur semakin berkurang, pertanian kota akan merupakan altematif yang sangat diandalkan di masa depan.
Studi dari UNDP menyarankan bahwa model pertanian di Jawa harus dirubah dari pola tanaman tunggal padi-padian ke pola yang Iebih intensif dimulai dengan horticulture. Hal ini didasarkan studi bahwa model budidaya yang intensif di perkotaan menghasilkan tiga sampai enam kali jumlah nutrisi yang dihasilkan dari jenis tanaman tunggal padi-padian (Setiawan, 2000).
Kegiatan pertanian kota dapat digalakkan melalui pendidikan bagi anak-anak sekolah, penyuluhan, kerja bakti kampung, dan sebagainya. Pendidikan dan penyuluhan dapat berupa manfaat bercocok tanam, cara penanaman dan pemeliharaan, sampai pemasaran hasil apabila hasil pertanian akan dijual. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian dapat menyediakan benih atau bibit tanaman unggul yang murah dan mudah didapat oleh penduduk.
Pertanian di perkotaan, apabila dilakukan dengan baik dan memperhatikan aspek-aspek lingkungan, mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni: keuntungan sosial, ekonomi, dan lingkungan, seperti terlihat pada Kotak 13.1. Kesemuanya, apabila dikaitkan dengan konsepsi pembangunan kota yang berkelanjutan snagatlah sesuai, oleh karena tidak saja pertanian kota meningkatkan prosuktifitas kota, melainkan juga mengatasi persoatan sosial dan lingkungan kota. Dengan kata lain, pertanian kota apabila dikembangkan secara terpadu merupakan alternatif penting dalam mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan.
Keuntungan kegiatan pertanian perkotaan
Keuntungan sosial:
- Meningkatkan persediaan pangan
- Meningkatkan nutrisi banyak kaum miskin kota
- Mengurangi pengangguran
- Meningkatkan sotidaritas komunitas
- Mengurangi kemungkinan konflik sosial
Keuntungan ekonomi:
- Membuka lapangan kerja
- Meningkatkan pendapatan masyarakat
- Mengurangi kemiskinan
- Meningkatkan jumlah wiraswasta
- Meningkatkan produktifitas lingkungan kota
Keuntungan lingkungan:
- Konservasi sumberdaya (tanah dan air)
- Daur ulang limbah kota (misal: permanfaatan sampah untuk kompos)
- Efisiensi sumberdaya tanah
- Membantu menciptakan iklim mikro yang sehat
- Meningkatkan kualitas lingkungan.
Khususnya ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, berbagai keuntungan sosial sebagaimana disebutkan di atas sangatlah dirasakan. Dengan membengkaknya jumlah -masyarakat miskin di perkotaan, pertanian perkotaan menjadi alternatif bagi sumber bahn pangan yang terjangkau. Dalam kaitan ini, pertanian kota juga secara tidak Iangsung membantu mewujudkan keadilan sosial terutama dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin kota untuk memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan nutrisi kesehatannya.
Lebih lanjut, apabila diusahakan secara bersama oleh komunitas, pertanian kota juga dapat menjadi media bagi perkuatan masyarakat lokal dan meningkatkan solidaritas warga kota. Perkuatan hubungan dan kerjasama warga miskin kota ini dalam jangka panjang sangat membantu upaya-upaya pemberdayaan warga kota, terutama karena berkembangnya modal sosial (social capital) masyarakat miskin yang selama ini tidak terakomodasikan.
Selain itu, pengembangan pertanian kota mempunyai manfaat sangat besar, tidak saja potensinya untuk menyerap tenaga kerja, melainkan juga potensinya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat kota. Lebih lanjut, apabila masyarakat miskin kota dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, mereka dapat memanfaatkan uangnya untuk kebutuhan lain seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Bagi kota secara keseluruhan, pertanian kota sangat membantu ekonomi kota karena seluruh rangkaian kegiatan tersebut, mulai dari persiapan, penanaman, pemrosesan hasil, kemasan, dan distribusi atau pemasaran, telah membantu menciptakan lapangan kerja baru di kota.
Pertanian kota juga membantu ekonomi kota karena memanfaatkan sumberdaya kota yang selama ini terlantar, terutama tanah, air dan limbah sampah.
Meskipun pertanian kota mempunyai banyak keuntungan sebagaimana dikemukakan di atas, dalam prakteknya kegiatan ini menimbulkan pula beberapa persoalan, antara lain:
- Polusi kota dalam beberapa hal dapat mempunyai implikasi negatif terhadap tanaman dan hewan yang dipelihara di perkotaan. Sebagai contoh tanaman yang ditanam di tepi jalan yang padat mungkin akan menyerap kandungan metal dari udara di sekitamya. Berdasar penelitian, di Amerika jenis-jenis sayur seperti kol, bayam, dan sayuran hijau lainnya cenderung mengakumulasi cadmium, sehingga harus ditanam jauh dari jalan raya. Sebaliknya beberapa jenis buah-buahan seperti tomat, terong, melon dan yang lainnya mengandung konsentrasi metal rendah (Wade, 1986).
- Penggunaan pestisida yang tidak terkontrol juga dapat berakibat negatif terhadap kesehatan penduduk kota, bahkan dapat berarti mengurangi kesempatan pemerintah kota untuk memanfaatkan lahan-lahan kota untuk fungsi-fungsi komersial yang tinggi.
Tiga persoalan di atas tentunya dapat dipecahkan mengingat potensi besar kegiatan pertanian di perkotaan. Kontrol yang ketat terhadap penggunaan pestisida dapat mengurangi resiko pertanian kota. Di sisi lain, pertanian perkotaan masih mengalami banyak hambatan, seperti:
- Belum diakuinya keberadaan dan potensi pertanian kota oleh para pemcana dan pemerintah kota. Hal ini menyebabkan tidak adanya perhatian dan dukungan terhadap kegiatan pertanian kota.
- Tidak adanya dokumentasi dan informasi menyangkut kegiatan ini, sehingga tidak banyak masyarakat yang dapat mencontoh dan ikut terlibat dalam kegiatan yang sebenarnya sangat potensial ini.
- Akses ke sumberdaya tanah dan air, input pertanian, serta dukungan finansial masih rendah. Banyak warga kota yang sebenamya mampu melakukan kegiatan pertanian kota, akan tetapi mereka tidak punya akses ke tanah-tanah yang seringkali terlantar di kota, sehingga tidak jadi terlibat di pertanian kota.
- Tidak adanya kebijakan pengembangan kota yang mendukung pertanian kota, sehingga banyak kegiatan ini terpaksa berhenti atau tidak berkembang.
Untuk mendukung berkembangnya kegiatan pertanian kota yang berwawasan lingkungan, beberapa usul di bawah ini dapat menjadi perhatian pemerintah dan pemerhati kota:
- Perlunya ditingkatkan pengetahuan masyarakat dan pemerintah kota tentang pentingnya perhatian pada pertanian di perkotaan.
- Mengembangkan kebijakan yang mendukung pertanian kota.
- Mengembangkan organisasi para petani kota.
- Mengembangkan penelitian dan pelatihan dibidang pertanian kota.
- Meningkatkan akses ke sumberdaya, masukan, dan pelayanan kegiatan pertanian kota.
- Meningkatkan praktek-praktek pertanian kota yang berwawasan lingkungan.
- Mengintegrasikan pengembangan pertanian kota pada perencanaan dan pengelolaan kota secara lebih komprehensif.