Pendekatan behavioral modern terhadap belajar dimunculkan dari sarjana Skinner dan pengikut-pengikutnya, yang menekankan pentingnya anteseden dan konsekuennya, perubahan perilaku. Fokus dari perspektif ini adalah secara jelas pada perilaku.
Belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam perilaku yang dihasilkan dengan pengalaman yang sebenarnya tidak konsern dengan proses berpikir mental atau internal. Singkatnya, perilaku adalah apa yang dilakukan seseorang dalam suatu situasi yang diberikan. Berpikir dari suatu perilaku seperti menyelipkan di antara dua himpunan pengaruh lingkungan: antesedennya; yang sebelumnya, dan konsekuennya; yang berikutnya (Skinner, 1950). Secara singkat hubungan ini ditunjukkan sebagai Antecedent— Behavior—Consequence atau A-B-C. Sehingga behavior (perilaku) terjadi, memberikan suatu consequence (konsekuensi) transformasi ke dalam suatu antecedent (anteseden) untuk urutan ABC berikutnya. Perilaku, kemudian, berubah dengan perubahan dalam anteseden, konsekuensi, atau kedua-duanya. Pada waktu secepat-cepatnya pekerjaan behavioral (perilaku) terfokus pada hasil atau konsekuensi.
Konsekuensi
Dalam telaah belajar behavioral, konsekuensi perilaku dengan sangat luas menentukan apakah perilaku itu dapat diulang. Khususnya, jenis dan waktu konsekuensi memperkuat atau memperlemah kecenderungan seorang individu untuk mengulang perilaku. Ada dua jenis konsekuensi—perilaku yang menguatkan dan perilaku yang menghukum dan melemahkan.
Penguatan
Makna penguatan biasa adalah penghargaan, tetapi dalam teori belajar penguatan memiliki suatu konotasi khusus. Suatu penguat adalah suatu konsekuensi bahwa memperkuat perilaku yang mengikutinya; sehingga dengan definisi; penguatan meningkatkan frekuensi atau durasi dari suatu perilaku yang diberikan. Diagram berikut memperlihatkan proses itu.
Konsekuensi Efek
Behavior —> Penguatan—> Perilaku yang diperkuat
Demonstrasi penelitian bahwa makanan hampir pasti merupakan suatu penguat kuat untuk seekor binatang lapar, tetapi apakah pekerjaan caranya sama untuk manusia? Sebagai salah satu harapan, sesuatu lebih rumit untuk manusia. Kita tidak mengetahui mengapa suatu peistiwa bertindak sebagai suatu penguat untuk seorang individu; kenyataannya, ada banyak teori yang bersaing menjelaskan mengapa penguatan dilakukan kepada manusia. Misalnya, ada psikolog yakin bahwa penguat memenuhi kebutuhan. Komentar lain bahwa penguat mengurangi ketegangan atau stimulasi suatu bagian dari otak (Rachlin, 1991). Perluasan di mana konsekuensi mungkin menguatkan bergantung pada persepsi orang dari peristiwa itu dan makna peranannya bagi individu. Misalnya, siswa yang secara rutin mengirim surat kepada kepala sekolah untuk tidak di kelas dapat memperoleh penguatan bagi perilaku. Ada kemungkinan sesuatu tentang konsekuensi ini (memberikan kiriman ke kantor) yang menguatkan bagi mereka, tepat jika tidak memperlihatkan perilaku sekalipun bagi gurunya. Barangkali perilaku itu menentukan atensi kebutuhan atau status hasil di antara teman sekolah. Behavioris menganjurkan bahwa kelakuan yang buruk berulang-ulang dikuatkan dalam suatu cara bagi siswa.
Marilah kita menguji penguatan lebih teliti. Ada dua tipe—penguatan positif dan negatif. Penguatan positif terjadi apabila suatu perilaku menghasilkan suatu stimulus baru atau memotivasi kekuatan. Misalnya, memakai jeket tipis dapat menghasilkan suatu pujian dan banyak memberi pujian bagi siswa. Sebaliknya, “tersanjung dan jatuh” di kelas dapat menghasilkan gelak-tertawa. Tentu, jika “peran janggal” ini dimainkan secara berulang-ulang dengan gelak- tertawa dan sorak-sorai dari teman sekelas, guru cenderung untuk menjelaskan perilaku sebagai suatu cara sederhana “untuk memperoleh atensi.”
Penjelasan ini merupakan salah satu perilaku; guru menggunakan prinsip penguatan positif untuk menjelaskan perilaku dengan mengasumsikan bahwa atensi adalah suatu penguat positif bagi siswa. Ingat bahwa perilaku dikuatkan untuk siswa meskipun kenyataannya tidak positif dari perspektif guru. Penguatan positif dari perilaku yang tidak tepat merupakan suatu masalah potensial untuk semua guru karena sering guru tidak secara disengaja menguatkan perilaku yang tidak tepat dari siswa. Singkatnya, apabila suatu menguatkan konsekuensi suatu perilaku dengan menentukan tambahan suatu stimulus, penguatan positif telah terjadi.
Berbeda, penguatan negatif terjadi apabila konsekuensi yang menguatkan atau memperkuat perilaku diperoleh dengan mengeliminasi khusus suatu stimulus. Apabila suatu tindakan khusus berperan untuk menghentikan atau menghindari suatu situasi negatif atau keengganan, bahwa perilaku mungkin diulang karena individu tidak enak. Misalnya, pengusaha pabrik mobil, telah melengkapi mobil mereka dengan ikat pinggang tempat duduk yang didempetkan dengan bel. Ambil kunci kontak dan suatu dengungan ledakkan mengganggu, yang berhenti segera setelah anda mengikatkan ikat pinggang tempat duduk anda. Sehingga anda mungkin dengan dikatkan kembali tindakkan “menekuk” (perilaku dikuatkan) karena menghilangkan gangguan (eliminasi suatu stimulus negatif). Dengan kata lain, suatu perilaku dikuatkan atau diperkuat dengan menghilangkan stimulus negatif atau yang tidak disukai. Perhatikan orangtua yang secara kontinu mengeluh tentang seorang guru dan menuntut guru itu dimutasikan. Untuk mengeliminasi keluhan tetap anda seperti memutasikan kepala sekolah dari guru itu. Anda telah mengeliminasi situasi yang tidak disenangi orangtua, dan jika tidak ada konsekuensi negatif selanjutnya, anda mungkin mengulangi perilaku anda terhadap keluhan serupa orangtua lain. Mengeliminasi suatu stimulus negatif (dalam kasus ini seorang orangtua yang mengomel) telah menguatkan perilaku anda. Negatif dalam penguatan negatif tidak perlu bermakna bahwa perilaku yang dikuatkan jelek, tetapi lebih baik negatif mengakibatkan sesuatu yang dikurangi dari situasi yang menguatkan perilaku. Berpikir positif atau negatif berhubungan dengan bilangan—penguatan positif ditambah sesuatu perilaku yang diikuti yang menguatkan perilaku, sedangkan penguatan negatif dikurangi sesuatu perilaku yang diikuti yang menguatkan perilaku.
Hukuman
Penguatan negatif biasanya dibingungkan dengan hukuman. Jika anda mengetahui perbedaan, anda lebih mengetahui daripada sebagian besar orang. Penguatan, apabila positif atau negatif, selalu meliputi suatu yang menguatkan perilaku. Hukuman meliputi melemahkan atau menekan perilaku; yaitu, perilaku diikuti dengan hukuman mungkin kurang diulang dalam situasi serupa di masa depan. Ingat, bagaimanapun, ini merupakan efek dari menurunnya perilaku yang ditentukan konsekuensi sebagai hukuman. Orang berbeda memiliki persepsi berbeda dari apa yang dihukum. Penskorsan dari sekolah merupakan suatu hukuman untuk beberapa siswa tetapi bukan untuk siswa yang lainnya. Proses hukuman dicatat sederhana sebagai berikut.
Konsekuensi Efek
Behavior —> Hukuman—> Perilaku lemah atau turun
Seperti penguatan, ada dua jenis hukuman yang didefinisikan dalam teori perilaku—Tipe I dan Tipe II. Tidak ada label yang sangat informatif sehingga kita menyebut hukuman langsung Tipe I karena ini terjadi apabila penampilan stimulus berikut menahan perilaku atau kelemahan perilaku; sesuatu ditambahkan untuk menahan perilaku. Apabila guru memberikan penahanan, kerja tambahan, dan penilaian rendah kepada siswa yang dihukum, mereka menentukan hukuman langsung. Jenis hukuman kedua (Tipe II) merupakan hukuman pemecatan karena suatu stimulus dikeluarkan untuk hukuman. Misalnya, apabila orangtua atau guru mengeluarkan hak istimewa dari seorang siswa mereka yang menarik dalam hukuman pemecatan; mereka memecat sesuatu yang diinginkan. Sehingga hukuman langsung tambah sesuatu kepada perilaku lambat atau brhenti dan hukuman pemecatan kurang atau melemah. Interaksi dari proses penguatan dan hukuman dirangkum dalam Gambar dibawah :
Gambar : Jenis-jenis Penguatan dan Hukuman
Membuat isyarat adalah menentukan suatu stimulus anteseden sebelum tepat untuk suatu perilak khusus. Ini secara khusus berguna dalam mempersiapkan untuk suatu perilaku yang hars terjadi pada suatu saat khusus teapi dengan mudh dilupakan. Membua isyarat menyediakan informasi tentang perilaku mana yang dapat diperkuat atau dihukum dalam suatu situasi khusus. Sebuah mobil polisi melintas di bawah jembatan penyebrangan atau singkatnya sepanjan jalan raya menentukan suatu isyarat dengan segera tentang konsekuensi melapaui batas kecepatan.
Guru dan kepala sekolah sering membenarkan siswa setelah fakta. Misalnya, mereka beseru, “Saya tidak yakin bahwa anda …” Masalah itu, tentu, kelakuan yang buruk sudah terjadi. Siswa memilki beberapa pilihan—dengan berjanji tidak melakukannya lagi atau dengan berusaha keras atau jawaban yang lebih agresif, “tinggalkan saya seorang diri.” Tak satupun dari reaksi ini berguna secara khusus, tetapi menentukan suatu isyarat yang tak dapat diputuskan dapat membantu menghindari suatu konfrontasi negatif terhadap siswa. Misalnya, untuk guru dan kepala sekolah, singkatnya, yang menugaskan suatu fungsi atletik membuatnya lebih tidak mungkin siswa dapat mendemonstrasikan sikap sportif jelek. Lagi pula, apabila siswa melakukan secara tepat suatu isyarat, guru dapat menguatkan perilaku siswa tanpa berusaha untuk menghukumnya.
Menyarankan adalah menentukan suatu isyarat tambahan mengikuti isyarat pertama. Kadang-kadang orang membutuhkan bantuan ekstra dalam menjawab secara tepat terhadap suatu isyarat. Becker dan koleganya (1975) mengusulkan dua prinsip untuk menggunakan isyarat dan dorongan:
- Meyakinkan stimulus lingkungan yang anda inginkan menjadi suatu isyarat benar terjadi sebelum dorongan anda, sehingga siswa dapat belajar untuk menjawab dengan isyarat, tidak hanya mengandalkan pada dorongan.
- Memudarkan dorongan segera setelah memungkinkan; jangan membuat siswa bergantung pada dorongan.
Suatu contoh dorongan adalah menentukan siswa dengan suatu daftar cek atau “untuk membuat daftar” apabila mereka bekerja berpasangan sebagai bagian dari tutor sebaya. Sehingga siswa belajar prosedur, secara berangsur-angsur daftar cek adalah suka menyendiri. Apabila siswa telah belajar bagaimana untuk bereaksi secara tepat dengan isyarat bekerja berpasangan; mereka telah belajar bagaimana untuk bekerja dalam tutor sebaya. Guru dapat kontinu dengan monitor proses itu, yakin bekerja baik, dan membetulkan kekeliruan. Peranan guru kini salah satunya adalah melatih siswa untuk memperbaiki keterampilan tutoring mereka.