Lompat ke konten
Kategori Home » Sosial Politik » Perbedaan Politik Klasik dan Politik Kontemporer

Perbedaan Politik Klasik dan Politik Kontemporer

  • oleh

Adapun beberapa Perbedaan Politik Kiasik dan Politik Kontemporer Karakteristik Politik Klasik diantaranya adalah :

1. Karakteristik Politik Klasik

1. Kajian bersifat normatif-derkriptif. Kajian tentang politik ditentukan poleh prinsip-prinsip persepsi tentang apa yang dipandang tertinggi dalam ilmu politik, yaitu apa yang terbaik bagi masyarakat dan cara terbaik untuk mencapai tujuan itu.

2. Tidak seperti ilmu politik kontemporer, ilmu politik klasik memandang fakta dan nilai sebagai entitas yang berkaitaan erat. Keduanya tidak dipisahkan secara radikal karena fakta ditentukan oleh nilai. Semua pengetahuan adalah empirik, mengenai potitik dan bukan politik, didasarkan pada premis nilai yang tidak dinyatakan secara ekspilit. Setiap teori politik juga didasarkan pada asumsi mengenai hakikat manusia, masyarakat dan negara.

3. Berbeda dengan ilmu politik kontemporer yang memandang common sense sebagai tidak ilmiah, ilmu politik klasik justru memulai kajiannya dari pengetahuan akal sehat sampai akhirnya mencapai pengetahuan yang ilmiah. Ilmu politik klasik menegaskan pentingnya membedakan hal-hal politik dan hal yang bukan politik, dan memandang hal yang politik tidak dapat dikaji secara empirik melainkan harus secara dialektis.

4. Kalau ilmu politik kontemporer menilai pengetahuan dan pernyataan normatif tidak dapat dibuktikan benar atau salah, ilmu politik klasik menilai sebaliknya. Bagi klasik, penyataan normatif seperti negara yang baik, dapat dibuktikan secara dialektis dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk tindakan, secara ilmiah bukan dalam bentuk historis, bukan dalam bentuk aktual melainkan dalam bentuk form.

5. Tidak seperti ilmuwan politik kontemporer yang bertindak sebagai pengamat politik, ilmuwan politik klasik dianjurkan mengalami realitas politik, untuk memahami dan membuat refleksi atas realitas politik. Ilmuwan klasik dianjurkan untuk memasuki cave dan kemudian membuat kontemplasi dari pengalaman hidup dalam cave tersebut.

6. Kalau ilmu politik modern mengkritik ilmu politik klasik sebagai terlalu memperhatikan pertanyaan the ought, klasik menuduh ilmu politik kontemporer sebagai menyembunyikan asumsi normatif dan perskripsinya, dan lebih memperhatikan metodologi daripada substansi. Bagi klasik, ilmu politik

modern tidak mengubah pertanyaan fundamental ilmu politik walaupun mereka telah menambah bukti dan argumen untuk menjawab pertanyaan.

7. Karena perbedaan fakta dan nilai, ilmu politik kontemporer menurunkan posisi ilmu politik menjadi sekedar variabel dependen, klasik memandang kemampuan politik manusia rasional sebagai arsitek kajian, sebagai variabel independen yang paling penting, dan karena itu memperlakukan masalahmasalah politik sebagai memiliki otonomi.

2. Karakteristik Politik Kontemporer

  1. Kajian yang berangkat dari asumsi mengenai determinisme dan ‘hukum kausal universal’. Pengetahuan sebab akibatlah yang disebut pengetahuan ilmiah.
  2. Membedakan fakta dan nilai. Fakta didasarkan atas observasi empiris, dan karena itu dapat diuji kebenarannya. Sistem nilai dianggap tidak pernah ada karena berbagai nilai yang ada serta secara penalaran dan yang satu konflik dengan yang lain. Ilmu. politik dapat mendeskripsikan nilai tanpa membuat penilaian yang satu lebih baik daripada yang lain.
  3. Membuat perbedaan yang logis antara ilmuwan yang memiliki nilai sendiri dan mempelajari setiap pendapat yang didasari oleh nilai-nilai tertentu. Untuk itu, ilmuwan dianjurkan tidak bertindak sebagai aktor politik melainkan sebagai pengamat politik.
  4. Tujuan ilmu pengetahuan ialah membangun teori dengan melakukan generalisasi hubungan kausal diantara pengetahuan faktual. Fungsi teori ialah menjelaskan mengapa fenomena tertentu terjadi seperti itu, dan bahkan meramatkan peristiwa apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan teori tersebut.
  5. Manakala ilmuwan politik tertarik mengkaji kebijakan publik, ia tidak merumuskan nilai-nilai dasar dan tujuan masyarakt melainkan memberikan pertimbangan nilai yang bersifat instrumental. Yang diberikan adalah jawaban atas pertanyaan mengenai sarana dan cara yang paling efesien untuk mencapai tujuan, tetapi berupaya mencapai tujuan itu sendiri, dengan memberikan penjelasan mengapa kondisi-kondisi sejumlah tindakan tertentu akan menyebabkan mencapai tujuan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *