Lompat ke konten
Kategori Home » Sosial Politik » PENGARUH KOMUNIKASI MASSA

PENGARUH KOMUNIKASI MASSA

  • oleh

Pendekatan uses and gratification di atas mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa.

Kita pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja yang memperkosa anak kecil setelah terlalu sering menonton “goyang ngebor Inul” di VCD bajakan di Indonesia; atau beherapa orang pemuda berandalan yang membakar seorang wanita di Boston setelah menyaksikan adegan yang sama pada film malam Minggu yang disiarkan televisi ABC.

Semuanya didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayaknya. Waktu menjelaskan perkembangan penelitian efek komunikasi massa, kita telah melihat pasang surut efek media massa pada pandangan peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat

berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena perbedaan latar-belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena perbedaan mengartikan efek. Misalkan, pesawat televisi masuk ke rumah Mang Dadang di sebuah desa kecil di Jawa Barat.

Apa yang kita sebut efek televisi?

Status sosial Mang Ucup yang lebih tinggi karena kehadiran pesawat televisi; kebiasaan tidur Mang Ucup dan keluarganya yang berubah; Bi Ucup yang mengganti abu merang padi dengan shampoo untuk mencuci rambutnya; si Ujang yang membuat pistol kayu dan menembak kucing dengan gaya Eric Estrada dalam film “Chip”, atau is Nyai yang lebih senang menyanyikan lagu yang dinyanyikan Euis Darliah di TVRI daripada nazhom Han Qiyamat yang diajarkan Bapak Kyai di Masjid.

Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Robert dalam Rakhmat, 2001), ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Bila kampanye KB dalam TV menyebabkan pirsawan menjadi akseptor, bila anjuran memelihara lingkungan diikuti dengan penanaman pepohonan pada bukit tandus, atau bila ceramah tentang P4 menyebabkan pendengar menjadi Pancasilais (dengan asumsi pancasilais dapat diukur), barulah kita boleh berkata telah terjadi efek.

Lalu, bagaimana dengan perubahan status sosial Pak Ucup atau perubahan status sosial Pak Ucup atau perubahan jadwal tidurnya karena kehadiran pesawat televisi? Itu bukan efek, karena itu terjadi bukan akibat terpaan pesan, tetapi akibat adanya pesawat televisi. Siaran TV di sini tidak dipersoalkan boleh jadi Laporan Pembangunan, Pidato pejabat, atau “Mimbar Agama” Yang jelas apapun yang disiarkan, status Pak Ucup tetap meningkat dan shalat shubuhnya tetap kesiangan.

Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkait dengan pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek hanya selama berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri.

Menurut Steven M. Chaffee (Dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980; 78), ini adalah pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komuniukasi massa — penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan behaviorral.

Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa. Bila ketiga pendekatan itu digabungkan kita dapat melihat efek komunikasi massa pada matriks 2 x 3 x 3 atau 18 kamar; satu dikotomi (efek pesan dan efek media secara fisik), dan trikotomi (kognitif, afektifbehavioral dan individual- interpersonal – sistem). Kita melihatnya lebih jelas pada table di bawah ini.

EFEK KOMUNIKASI MASSA

Dalam bagian ini kita tidak akan memperinci setiap kamar pada tabel di atas. Kita akan mulai dengan efek kehadiran media massa secara fisik, kemudian mengulas efek pesan media massa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak.

Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilam, kepercayaan, atau informasi. Efek efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai,. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

Setelah menyaksikan kehancuran kota Baghdad yang dibombardir pasukan Bush Jr di televisi, mungkin kita mengetahui telah terjadi perang antara Irak degan Amerika (efek kognitif), atau mungkin kita marah dan sakit hati karena mendengar tindakan semena-mena tentara Amerika dalam menembaki warga sipil (yang persepsi kita pasti Islam), dan memperkosa para wanita, (efek afektif), dan setelah itu mungkin kita akan segera mendaftarkan diri untuk ikut dalam pasukan Jihad yang dikirim ke Irak untuk berperang membela rakyat Irak, dan tentu. saja kejayaan Islam (efek behavioral)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *