Lompat ke konten
Kategori Home » Arsitektur » Metoda Physical Tracing Map Dengan Analisis

Metoda Physical Tracing Map Dengan Analisis

  • oleh

Pengamatan terhadap jejak-jejak fisik (physical traces) hasilnya dapat disajikan dalam bentuk rekaman tanda-tanda yang ditinggalkan oleh kegiatan yang berlangsung sebelumnya. Jejak fisik tersebut dapat berupa produk sampingan dari kegiatan misalnya fenomena sampah yang berceceran; grafiti di dinding bangunan atau pagar, erosi yang terjadi pada tanaman seperti rumput yang mati terinjak dan dapat juga berupa bekasbekas terjadinya kegiatan sebelumnya (left over) yang ditandai oleh susunan meja dan kursi yang berubah. Di bawah ini adalah contoh fenomena yang direkam dengan metoda pengamatan terhadap jejak-jejak fisik (physical traces).

Gambar : Menunjukkan jejal fisik di suatu ruang terbuka berupa bangunan tidak permanen yang sudah rusak.

Gambar 1. Menunjukkan jejak fisik di suatu ruang terbuka berupa sebuah kaleng bekas yang tergeletak di suatu bagian dari ruang terbuka.

Selain ketiga metode di atas, teknik behavior mapping juga dapat dilengkapi oleh teknik wawancara. Jika dikaitkan dengan bidang arsitektur lingkungan dan perilaku, wawancara biasanya dilakukan dengan kombinasi teknik observasi, terutama untuk menjawab pertanyaan mengapa/ why dari suatu fenomena perilaku yang terjadi.

Teknik observasai khususnya observasi perilaku cenderung dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana pola perilaku dilakukan yang juga untuk mengetahui pendapat atau opini responden secara lebih leas atau menggali berbagai kemungkinan jawaban tentang mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam penelitian arsitektur dan lingkungan teknik ini sangat penting dilaukan terutama karena akan menjawab bagaimana mekanisme interaksi antara manusia dan lingkungan, alasanalasan apa yang menyebabkan suatu bentuk interaksi itu terjadi.

Proses analisis dilakukan setelah data yang diperoleh melalui observasi, wawancara terhadap para pengguna diperoleh. Data yang diperoleh dapat berupa pelaku kegiatan, kegiatan yang terjadi dan kemudian diidentifikasi kebutuhan pengguna ruang tersebut, kondisi setting berupa komponen dan tata letaknya.

Referensi : https://elisa.ugm.ac.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *