Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung keuntungan netto dan suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volumepenjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan’produksi yang lebih besar. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualanlproduksi besarnya biaya total.
Contoh
Dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan nettonya sebagai berikut :
(6.000 x Rp 100.000) – (Rp 300.000 + (6.000 x 40,00) =
Rp 600.000(Rp300.000 + Rp 240.000,00) = Rp 60.000,00
Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. ini berarti bahwa break even pointnya terletak di bawah 6.000 unit. Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
(4.000 x Rp 100,00)-(Rp 300.000,00 + (4.000 x Rp 40,00) =
Rp 400.000,00 (Rp 300.000,00 + 160.000,00) = Rp 60.000,00
Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000,00. Ini berarti bahwa break-even pointnya lebih besar dari 4.000 unit.
Misalkan 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
(5.000 x 100,00) — (Rp300.000,00 + Rp200.000,00) =
Rp500.000,00 (Rp300.000,00 + Rp200.000,00) = Rp 0,00
Ternyata pada volume produksi/ penjualan 5.000 unit tercapai break even point yaitu di mana keuntungan netonya sama dengan nol.