Lompat ke konten
Kategori Home » Sosial Politik » Kosmisasi

Kosmisasi

  • oleh

Dimanakah letak fungsi sosial agama atau lebih tepatnya dimana agama menemukan maknanya dalam analisa tersebut. Berger mengatakan dunia sosial cenderung dipandang “granted”. Sosialisasi berhasil sejauh sifat “granted” diinterioriasi. Tak cukup bahwa individu memandang prinsip tertib sosial sebagai suatu yang berguna, diinginkan dan benar.

Lebih balk lagi (dalam arti stabilitas sosial) kal au tertib itu dipandang sebagai suatu yang tidak terelakkan sebagai cerminan cia ri suatu aspek atau bagian alam universal. Dengan kata lain institusi sosial diberi status ontologis; siapa yang menolak, menolak dirinya sendiri sebagai bagian dari tertib universal.

Dalam taraf ini maka nomos dan kosmos nampak sebagai korekstensive. Jadi ada tendesi untuk memproyeksikan tertib yang dibangun manusia, kedalam tertib alam semesta. Kosmisasi dunia sosial (eliade) dalam masyarakat keno sangan kentara dan nomos merupakan refleksi mikrokosmis.

Dalam masyarakat modern kosmisasi itu terwujud lebih dalam pernyataan ilmiah mengenai hakekat manusia dari pada hakekat alam universal. Dengan kosmisasi itu konstruksi nomos yang rapuh memperoleh stabilisasi; yaitu “diterima begitu saja” (granted), seperti bagian dari hakekat pemyataan dan kerap kali lebih kuat dari pada kekuatan historis manusia.

Dalam proses itu agama memperoleh maknanya “religion is the human enterprize which sacred cosmos is estabilished” dengan kata lain, agama adalah kosmisasi dalam bentuk kosmos sakral dengan istilah sakral dimaksudkan, sifat dari suatu kekuatan misterius dan menakutkan. Berger disini mengacu pada dikotomi sakral profan seperti pada fenomenologi agama dari Otto van derlaeuw dan Ehall. Hal itu untuk menekankan sifat kelainan yang radikal dan sekaligus adanya hubungan manusia dengan yang sakral.

Oposisi antara yang sakral dan yang profan dan yang lebih mendalam lagi dengan Khaos (Eliade). Kosmos yang diciptakan oleh agama mengatasi dan mencakup manusia. Seluruh pembangunan nomos ditujukan untuk menjamin perlawanan terhadap Khaos. Konstruksi ini mencapai puncaknya dengan apotheosis.

Dapat dikatakan bahwa agama memainkan peranan strategis dalam ussaha manusia membangun dunia. Religi merupakan jangkauan paling jauh dari eksternalisasi diri manusia, penyempurnaan realitas dengan makna-makna. Agama mengaplikasikan bahwa tertib manusiawi diproyeksikan dalam totalitas yang ada. Dengan kata lain, agama adalah usaha yang berani untuk memandang seluruh universum sebagai bermakna secara manusiawi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *