Penangkapan dalam kesadaran dunia obyektivasi sosial sebagai faktisitas ekstern belum merupakan internalisasi. Internalisasi adalah penyerapan kembali ke dalam kesadaran dunia yang telah diobyektivasi, sedemikian rupa sehingga struktur dunia mendeterminasi struktur subyektif dari kesadaran.
Ini berarti bahwa masyarakat sekarang berfungsi sebagai pembentuk kesadaran individu. Sejauh internalisasi telah terjadi, individu sekarang menangkap sebagai unsur dunia obyektif sebagai fenomena yang berada dalam kesadarannya dan sekaligus is menangkapnya sebagai fenomena diluar kesadarannya.
Setiap masyarakat menghadapi persoalan bagaimana menyampaikan arti-arti (nilai-nilai) yang telah diobyektivasi dari satu generasi ke generasi lainnya. Persoalan ini diselesaikan dengan proses internalisasi, yaitu proses dengan mana generasi barn diajar untuk hidup sesuai dengan program-program institusional masyarakat.
Sosialisasi dapat digambarkan sebagai suatu proses belajar. Generasi baru diperkenalkan dengan arti-arti barn dari kebudayaan, belajar untuk ambil bagian dalam tugas-tugas yang telah ditetapkan dan menerima peranan-peranan serta identitas-identitas, yang mewujudkan struktur sosial. Tetapi sosialisasi sebenarnya mempunyai dimensi yang dapat secara adekwat diterangkan sebagai proses belajar.
Individu tidak hanya mempelajari arti yang telah diobyektivasi tetapi mengidentifikasikan dirinya dengan dan dibentuk oleh arti-arti itu. Ia menaruh arti-arti itu kedalam dirinya dan menjadikan arti-arti itu arti-artinya (nilai-nilainya). Ia tidak hanya seorang yang menampilkan dan mengekspresikan arti-arti itu. Keberhasilan sosialisasi tergantung pada terbentuknya keselarasan antara dunia obyektif masyarakat dan dunia subyektif individu.
Kegiatan membangun dunia manusia selalu merupakan usaha kolektif. Apropriasi suatu dunia juga terjadi dalam kolektivitas. Internalisasi dari suatu dunia tergantung pada masyarakat. Manusia tidak bisa mengerti pengalamannya secara berarti kalau pengertian itu tidak disampaikan kepadanya melalui proses sosial.
Individu mengapropriasikan dunia dalam pergaulan dengan orang lain. Identitas dan dunia menjadi real baginya hanya sejauh is dapat melanjutkan pergaulan dengan orang lain.
Suatu hal yang perlu diingatkan ialah bahwa sosialisasi tak pernah selesai. Kesulitan melangsungkan dunia itu secara psikologis terlateak dalam kesulitan membuat dunia itu diterima secara subyektif. Jadi internalisasi berarti bahwa faktisitas obyektif dari dunia sosial menjadi juga faktisitas subyektif.
Proses internalisasi hams juga dimengerti satu momen saja dari proses dialektik yang lebih laus yang mencakup pula momen-momen eksternalisasi dan obyektivasi. Bila tidak demikian maka akan muncul suatu gambaran determinisme mekanistik, dimana individu dihasilkan oleh masyarakat sebagaimana sebab menghasilkan akibat dalam alam.