Lompat ke konten
Kategori Home » Farmasi » Hormon peptida dan sistem endokrin

Hormon peptida dan sistem endokrin

  • oleh

Hormon  adalah metabolit  dalam  binatang  menyusui  (mamalia)  yang dihasilkan oleh kelenjar buntu atau endokrin, yang dibebaskan Iangsung ke darah, dan terlibat dalam terjadinya respon oleh organ tubuh atau jaringan yang spesifik.

Metabolit  yang  memiliki  aktivitas  biologi  ini  dapat  berupa  steroid  maupun turunan  dari  asam  amino.  Golongan  hormon  yang  termasuk  turunan  asam  amino merupakan  peptida dengan berbagai ukuran, tetapi hanya sedikit  yang bukan asam amino  atau  metabolit  nonpeptida,  yaitu  efinefrina  dan  tiroksin.  Selanjutnya  akan dibahas hormon nonsteroid dan aspek umum mengenai produk endokrin.

1. Sejarah perkembangan endokrin dalam pengobatan  

Penggunaan  produk endokrin dalam pengobatan  kini merupakan pertumbuhan praktek primitif dari organoterapi. Penggunaan serbuk testis babi  oleh  Magnus  (abad  13)  untuk  pengobatan  impoten  dan  uterus  kelinci  untuk pengobatan  sterilitas adalah kenyataan Iangsung dari pengobatan masa kini.

Filosofi yang   mendasari    pengobatan    dengan    menggunakan    organ   mamlia    tersebut dikemukakan oleh Vicary (abad 16), katanya: “ In what part of the body the faculty you would strengthen  lies, take  same part of the body of another  creature in whom the faculty is strong, as a medicine”.

AsaI-usul  dari  pengobatan   dengan  endokrin  pada  mulanya  bersifat  empirik, setelah ditemukan pengetahuan  tentang fungsi endokrin dari pengobatan merupakan hasil penelitian intensif yang dilakukan dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun.

Serbuk kelenjar dan ekstrak kelenjar yang dibakukan (distandardisasi) semula dimaksud untuk memperoleh hasil pengobatan yang ajeg keterulangannya dan dapat diawasi lebih baik daripada   dengan   organ   yang   dipilih   secara   acak;   sedangkan   isolat   hormon menawarkan faedah tambahan dalam banyak hal.

Teknologi modern dapat mensintesis berbagai hormon termasuk sejumlah peptida, serta senyawa yang memiliki bioaktivitas seperti hormon alami (misalnya prednison — kortison).  Akan tetapi, kemajuan  yang komprehensif  didukung  oleh  penelitian  fungsi fisiologi dan cara diagnose yang berkembang yang disumbangkan dalam pengobatan lanjut dan sangat signifikan.

2. Falsafah keterlibatan fungsi faal dan terapeutik.

Fungsi hormon adalah sebagai transmiter  kimiawi rangsangan  selektif  antara berbagai  kelenjar  endokrin  dan organ atau jaringan  tubuh yang spesifik.  Informasi  yang cukup dapat  menjelaskan  secara

3. Fungsi hormon

Ukuran dan sifat lipofilik steroid membuat dapat menembus membran sel, tetapi banyak hormon peptida tidak dapat masuk ke dalam sel yang tidak  memiliki sistem transport   yang  khas.  Hormon   ini,  dalam   banyak   hal,   mengikat   reseptor   pada permukaan  sel  dan  beraksi  dalam  satu  atau  dua  jalan  sebagai  berikut,  yaitu  (i) mengimbas  langsung  perubahan  permeabitltas  membran  untuk  ion,  glukosa,  asam amino dll. Dan (ii) mengimbas produksi mesenger sekunder seperti siklik-AMP,  yang menghantarkan   signal  hormon  antar  sel.  Hormon  yang  mengontrol  permeabilitas membrane  sel,  baik  langsung  maupun  tak  langsung,  termasuk  estrogen,  hormon pertumbuhan,    glukagon,    glukokortikoid,    insulin,    testosteron,    dan    vasopresin. Pengimbasan (induksi)  pembentukan  enzim  dan modifikasi  dalam  kecepatan  reaksi enzimatik merupakan mekanisme aksi hormonal juga.

Pengawasan  fisiologi  pembentukan  dan  pembebasan  hormon  untuk  mengatur aras   hormon   merupakan   aspek   yang   penting   dalam   memelihara   metabolisme homeostatis dan integritas fungsi tubuh. Mekanisme pengaturan umum telah diketahui dengan    jelas.    Ada    mekanisme    umpan    balik    (feedback   mechanism)    yang bertanggungjawab   dalam   kadar   bahan   tertentu   dalam   darah.   Bahan   kunci   ini merupakan hormon atau metabolit. Contohnya, dalam hal meningkatan kadar glukosa darah dalam orang normal akan  merangsang  pembebasan  insulin, dan peningkatan aras triiodotiroksin-tiroksin  mengakibatkan  penurunan  sekresi tirotropin  yang bersifat menghambat sekresi thyrotropin-releasing  factor oleh hipotalamus. Mekanisme kedua melibatkan rangsangan luar dan mi diperantarai  oleh hipotalamus,  hipotalamus  akan mensekresi   releasing   factor   beraksi   pada   pituitari   anterior   untuk   meningkatkan pembebasan hormon tropik yang khas.

Beberapa  manifestasi   proses  pengontrolan   hormonal  agak  rumit  dan  hanya diketahui terbatas oleh ahli ilmu kesehatan  saja. Akan tetapi, telah  diketahui secara luas tentang pengaruh hormon kelamin (gonadal hormones) pada perkembangan dan fungsi   organ   reproduktif   dan   sifat   kelamin   menggambarkan   tipe   umum   dasar keterlibatan hormon.

Ada interaksi yang bagus antara fungsi berbagai kelenjar endokrin dan hubungan yang  erat  antara  sistem  indokrin  dan  susunan  saraf  pusat  (CNS:  central  neivous system)  dan  otonom.  Jadi  adanya  gangguan  primer  dalam  kelenjar  endokrin  atau

pengobatan  dengan  hormon  akan berakibat  efek yang lebih lanjut. Perhatian  harus ditekankan  dalam  pengelolaan  terapi dengan  hormon  utamanya  dalam  situasi yang kompleks untuk mencegah perkembangan yang berbahaya dan irasional.

Gangguan fungsi kelenjar endokrin dapat mengakibatkan  aksi hormon berlebihan (hiperfungsi)  atau  penurunan  aksi  hormon  (hipofungsi)  dengan  berhagai  tingkatan. Yang  sering  dilakukan  adalah  terapi  hormonal  karena  terjadinya  keluhan  akibat kekurangan  suatu hormon. Terapi penyulihan  menggunakan  sediaan endokrin untuk melengkapi  atau penggantian  total karena  abnormalitas  aras hormon endogen  yang rendah.  Diagnosis  dan terapi dm1  perlu  dilakukan  untuk kasus semacam  ini, untuk menghidari akibat yang permanen akibat penyakit in antara lain kretinisme, gigantisme, dan lain-lain. Penggunaan  terapi penyulihan  hormon (replacement  therapy) biasanya memakan waktu lama (long-term therapy), karena hormon yang diberikan merupakan metabolit normal dalam tubuh, biasanya efek samping minimal jika diperhatkan dosis yang seimbang dengan keperluan. Penggunaan insulin merupakan contoh yang tepat untuk kasus hipofungsi sistem endokrin ybs.

Hipofungsi  kelenjar  yang  mempertahankan   aktivitas  dapat  dirangsang  secara potensial untuk mendekati aktivitas normal dengan menggunakan obat bukan hormon itu  sendiri   atau   dengan   menghambat   proses   katabolik   untuk   mempertahankan ketersediaan hormon yang terbatas. Pengobatan dengan pendekatan ini memerlukan ilmu pengetahuan biokimia lanjut.

Bahan   hormon   tidak   digunakan   untuk   terapi   hiperfungsi   kelenjar   indokrin. Antimetabolitlah   yang  sering  digunakan   untuk  kasus  ini.   Pendekatan  lain  yang digunakan  dalam  kedokteran  adalah  melakukan  operasi  atau  destruksi  terpilih  dan kelenjar   yang   mengakibatkan   efek   hiperfungsi   tersebut.   Terapi   radiasi   dengan

menggunakan 131 | pada kondisi tiroid tertentu merupakan satu contoh.

Kadang-kadang,  hormon memiliki faedah aksi farmakologi yang secara langsung tidak  terkait  dengan  fungsi  endokrin  normal.  Penggunaan  glukokortikoid  untuk  anti- inflamasi  dan antirematik.  Efek  samping  yang  berbahaya  akan  Iebih  besar  apabila hormon   digunakan   untuk   efek   farmakologi   tertentu   daripada   terapi   penyulihan. Contohnya,  penggunaan  jangka  panjang  kortison  akan  berakibat  atropi  permanen kelenjar  endokrin  (glandula  suprarenalls)  yang  pada  keadaan  normal  memproduksi hormon  tersebut.  Penggunaan  yang rasmonal,  karena hanya dalam jangka pendek, misalnya  oksitosin  (oxytocin)  pada  perdarahan  sehabis  melahirkan  (post  partum hemorrhage).

4. Produksi secara komersial

Banyak   obat   yang   digunakan   dalam   praktek   pengobatan   dan   biasanya digolongkan sebagai produk endokrin merupakan produk samping (by products) pada mndustri daging olahan. Kelenjar tiroid, pankreas, adrenal, dan pituitari yang berasal dan sapi dan babi digunakan  sebagai bahan dasar untuk  produk endokrin tersebut. Kandungan   aktif  (active  principles)   yang  terdapat   dalam  organ  tersebut  sangat beragam dalam kualtas maupun kuantitas, tergantung dan spesies.

Kelenjar  yang  digunakan  dalam  produk  farmasi  dikumpulkan  dan  pemotongan hewan yang diawasi oleh pemerintah dan harus menuhi syarat yang ditetapkan oleh Depertemen  Pentanian  c.q. Ditjen Peternakan  dan Kesehatan  Hewan.  Hanya organ dan hewan  potong  yang  sehat  yang  dapat  digunakan.  Segera  setelah  diambil  dan hewan, organ tersebut harus disimpan dalam freezer (quick-frozen)  untuk mencegah kerusakan  (perubahan  yang  tidak  diinginkan).  Sampai  diproses.  Prosesnya  sangat bervariasi tergantung dari jenis kelenjar, biasanya kelenjar tersebut mengalami ekstrasi dan fraksinasi  untuk menghasilkan  hormon  murni.  Akan tetapi,  untuk  kelenjar  tiroid cukup  hanya  dikeningkan  tanpa  isolasi  dan  pemurnian  hormon  ybs.  Tiroid  beku mengalami dehidratasi, pengawalemakan  (defattec!), penyerbukan, pembakuan, serta dibuat bentuk sediaan yang sesuai

Sintesis kimia merupakan pendekatan yang logis dalam produksi sediaan hormon, sehingga   tersedia   berdasarkan   kebutuhan   dalam   pengobatan.   Selain   itu   juga pendekatan sintesis parsial yang diawali dengan produksi prazat oleh tumbuhan atau secara  fermentasi.  The  Merrifield  solid-  phase  synthesis  of  peptides  adalah  suatu teknologi  yang  berkembang  pada  tahun  60-an  dan  pengobatan  dengan  endokrin. Teknik mi melibatkan dasar penggandengan gugus karboksi-ujung dalam asam amino pada kolom  resin dan sintesis  polipeptida  benlangsung  dengan  melewatkan  larutan pereaksi  urutan  yang  terprogram  dalam suatu  kolom.  Tidak  perlu  dilakukan  isolasi zantara; proses mi berjalan secara otornatis, dan sintesis mi Iayak secara komersial, bahkan telah diproduksi peptida dengan 24 sampai 32 residu asam amino (berturutan cosyntropin®  dan  calcitonin®).  Sejumlah  hormon  yang  dapat  diisolasi  dan kelenjar endoknin sekarang telah dibuat secara sintesis.

5. Kelenjar adrenal (Glandulae suprarenalis)

Kelenjar  adrenal ada sepasang  dan masing–masing  tenletak menempel  di  atas ginjal kanan dan kiri. Ukurannya rata-rata 5x25x55 mm, beratnya antara 4 sampai 18 g.  Mula-mula  dilaporkan  oleh  Eustachius  dalam  abad  16  dan  dianggap  berfungsi

menghambat  urinasi  pada  janin  dan  mencegah  batu  ginjal  pada  orang  dewasa. Pengetahuan mengenai fungsi adrenal dimulai oleh Addison dalam tahun 1849 dn jauh dan lengkap.

Setiap adrenal  tendiri dari dua kelenjar  yang berbeda  yang bergabung  menjadi satu organ. Sel dan adrenal cortex mensekresi  hormon steroid dan  adrenal medulla mensekresi  adrenalin  dan  nor-adrenalin  (epinephrine  dan  nor-epinephrine)  dengan nisbah mendekati 17:3 dan benfungsi sebagai bentuk posganglion-simpatetik.

Medulla  tidak  penting  dalam  kehidupan  dan  tidak  dikenal  penyakit  defisiensi. Penggunaan  hormon ini dalam pengobatan berdasarkan efek farmakologi dan amina simpatomimetik  dan tidak  untuk  penyulihan  hormon.  Adrenalin  mengakibatkan  efek vasokontriksi   dan   sebagai   vasopresor,   beraksi   secara   umum   sebagai   bahan simpatomimetik   dengan  onset  cepat,  namun  aksinya  singkat.  Digunakan  secara intravena atau intramiokardial pada cardiac arrest. Bronkodilatasi yang dihasilkan oleh aktivitas  adrenergik  beta-reseptor  dan  adrenalin,  sangat berguna  dalam pengobatan serangan asma mendadak. Adanya gugus fungsional katekol menyebabkan adrenalin tidak  dapat  digunakan  per   oral,   tetapi  harus  disuntikkan   secara  subkutan  atau intramuskular.

Hormon katekolamina dimetabolisme  menjadi inaktif dengan berbagai jalur. Jalur utama   adalah   melibatkan   katekol   0-metilasi,   tetapi   deaminasi   oksidatif   dengan monamin oksidase (MAO) adalah sangat khas dan signifikan pada menggunakan obat inhibitor MAO.

a. Biosintesis  adrenalin.  Adrenalin  dapat  digolongkan  sebagai  alkaloid  amina  tipe fenilpropanoid.   Merupakan  turunan  tirosina  yang  dioksidasi  menjadi  dihidroksi- fenilalanin (dopa), lalu menglami dekarboksilasi dan dioksidasi pada rantai samping. Nor-adrenalin dihasilkan dan perubahan adrenalin dengan pemindahan gugus metil dan metionin aktif. The rate-limiting  step terletak pada perubahan tirosina menjadi dopa.

b. Penggunaan  dalam  pengobatan.  Adrenalin  tensedia  sebagai  garam  yang  larut dalam air, yaitu hidrokionida, bitartrat, atau borat (khusus untuk oftalmologi). Mantap dalam  suasana  asam,  apabila  dalam  larutan  bewarna  coklat  atau  ada  endapan, sediaan tersebut tidak layak untuk digunakan.  Kadan untuk  topikal 1:1000, untuk inhalasi  1:100,  lanutan  dalam  air steril  (1:1000,  1:10.000, dan  1:100.000)  untuk parenteral;  suspensi  dalam minyak  (1:200)  untuk sediaan  depo; untk tetes mata (1:50 sampai 1:400) untuk glaukoma sudut-terbuka atau keperluan mata lainnya. Bentuk lain: Levanterenol atau (-)-noradnenalin meningkatkan tekanan darah.

Dopamina atau 3,4-dihidroksifeniletilamina menupakan prekurson dalam biosintetis adrenalin   dan   nonadrenalin.   Untuk   pengobatan   decompensatlo   cordis   dan meningkatkan tekanan darah, digunakan secara intravena.

6. Kelenjar tiroid

Kelenjar  tiroid  (gondok)  pada  manusia  terdiri  dan  dua  lobus  terletak  di  leher melekat  pada  kerongkongan,  berbentuk-U  dengan  berat  sekitar  30  g.  Roger  dan Palermo  menggunakan  spons  dan  rumput  laut  (mengandung  lodium  tinggi)  untuk mengobati penyakit gondok (goiter) pada abad 12.

Kelenjar gondok memetabolisme  iodium dalam makanan dan mengubah menjadi senyawa  organik  yang  mempercepat  proses  metabolisme.  Hal  ini  sangat  penting dalam mengembangkan  dan berfungsinya semua sel dalam tubuh. Asam amino yang bersifat levo dan mengandung iodium adalah tiroksin dan triiodotironin yang terdapat dalam  kelenjar  tiroid  dan  tetap  aktif  pada  penggunaan  per  oral.  Metabolit  mi juga berikatan  dengan  globulin  (tiroglobulin)  yang  memiliki  aktivitas  hormon  maksimal. Pembebasan hormon ini diatur oleh tirotropin yang terletak dalam pituitari anterior.

Defisiensi lodium mengakibatkan manifestasi hipotiroidism yang dikompen-sasikan dengan  pembesaran  tiroid  (penyakit  gondok).  Penyakit  ini  dapat  diobati  dengan pemberian sediaan kelenjar tiroid, isolat, atau dengan pemberian iodium. Hipotiroidism mengakibatkan   kretinisme   pada   anak   dan   miksoedema   pada   orang   dewasa. Kretinisme  juga  dapat  ditandai  gangguan  pertumbuhan,   keterbelakangan   mental, perkembangan  seksual terganggu, penebalan kulit, kulit kering, lidah menebal, kasar dan kecepatan metabolisme terganggu.

Kondisi  hiperaktivitas  tiroid  mengakibatkan  tirotoksikosis  yang  ditandai  dengan kecepatan   denyut   jantung   meningkat,   tekanan   darah  meningkat,   syaraf   mudah terangsang (mdah marah), kecepatan metabolisme meningkat; kelemahan otot dengan disertai gemetar (tremor); penurunan bobot badan dan lemak; toleran terhadap hawa dingin,  namun  tidak  tahan  hawa  panas.  Juga  terjadinya  bola  mata  yang  menonjol (exophthalmos)    tanda   ini   merupakan   gejala   penyakit   Graves   atau   Basedow. Hiperaktivitas   tiroid  juga  merupakan   gejala   overdosis   pemberian   hormon   tiroid. Rasionalitas pemberian hormon tiroid pada penderita kegemukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *