(1) Xystrocerajestiva Pascoe
Nama daerah: Uter-uter, Boktor Wowolan, Kumbang Serendang dan Engkes-engkes
Famili : Cerambycidae Ordo : Coleoptera
Hama ini menyerang beberapa species dari famili Leguminoceae yang lain, yaitu
: Albizzia sumatrana, A. stipulate, A. lebbock dan Pithecellobium lobatum, mempunyai daerah penyebaran di Burma, Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
Telur diletakkan pada bekas-bekas cabang atau Iuka-luka secara berkelompok. Seekor kumbang dapat meletakkan telurnya sampai 400 butir, diletakkan saling berlekatan karena zat perekat yang dikeluarkan bersama-sama telurnya.
Larva yang baru menetas mulai menggerek kulit bagian dalam dari kayu muda, secara bergerombol ke arah bawah. Bagian pohon yang digerek akan mengeluarkan cairan, sehingga terlihat berwarna hitam atau coklat. Bubuk-bubuk gerekan tertinggal dalam lubang gerek dan sebagian keluar dari lubang-lubang kulit atau kulit-kulit yang pecah.
Larva yang akan masuk stadium pupa mengebor ke dalam batang pohon arah tegak lurus dan pada tengah-tengah batang dan membelok ke arah atas. Panjang lubang gerek dapat mencapai 20 cm. Larva akan berkepompong di ujung lubang gerek dengan kepala di bawah. Pupa dilindungi dengan CaCo2 yang merupakan dinding. Kumbang yang muncul akan keluar melalui lubang gerek dengan menggigit kulit pohon yang menghalanginya.
Apabila banyak larva yang mengebor ke dalam lubang pohon maka bila ada angin sedikit saja pohon Sengon akan patah. Kalau kerusakan pohon tidak terlalu berat, maka pohon akan menyembuhkan diri dengan membuat kalus. Pohon yang diserang oleh X pestiva umur 2 – 3 tahun ke atas.

Telur berbentuk jorong dengan ukuran 2 x 1 mm, berwarna hijau kekuning- kuningan sampai kuning, berlekatan dengan zat perekat yang tidak berwarna. Lama stadium telur 15 sampai 20 han. Larva berwarna kekuning-kuningan, tidak bertungkai jelas. Sewaktu barn menetas dan telur berukuran 2 x 1 mm, sewaktu akan menjadi pupa berukuran 50 x 9 mm. Lama stadium larva 5 – 6 bulan. Pupa berwarna putih kekuning-kuningan dengan ukuran 30 x 10 mm. Lama stadium pupa 15 sampai 21 hari.
Kumbang sering tidak segera keluar dan lubang gerek, tetapi beberapa saat tinggal di dalamnya. Warna kumbang kuning kemerah-merahan dengan pita hijau ke biru-biruan pada pinggir luar elytra dan sisi prothorax. Tibia berwarna coklat tua. Panjang antenna kumbang jantan 2 x panjang badan, sedang yang betina 1 x panjang badan. Ukuran panjang badan 30 – 38 mm dengan lebar 7 – 9 mm.
Umur kumbang untuk yang jantan 2 – 13 hari, sedang yang betina 2 – 7 hari. Siklus hidup serangga ini berkisar antara 6 – 8 bulan.
Pengendalian yang disarankan adalah:
(a) Sarang-sarang infeksi di dekat pertanaman dihilangkan.
(b) Pada penjarangan pertama di mana tegakan telah berumur 3 tahun hendaknya diperhatikan adanya pohon-pohon yang sudah diserang. Sebaiknya ditebang dan dimusnahkan agar tidak menjalar.
(c) Tiap-tiap tahun (setelahumur 3 tahun) diadakan pemeriksaan, pohon yang diserang ditebang dan bagian yang diserang dimusnahkan.
(d) Tanaman dalam suatu petak yang sudah diserang berat ditebang habis dan diganti dengan tanaman baru.
Dr. Jong pada tahun 1921 pernah melakukan percobaa dengan Paradichlorobenzol. Lembaga Penelitian Hutan pernah mencoba dengan Arkotin, Dieldrin, Aidrin dan Endrin.
Telah diketahui untuk parasit telurya, yaitu dari famili
Encyrtidae dan parasit larv nya dari famili Braconidae, tetapi semua belum jelas hasilnya. Juga pernah dicoba mengendalikan hama ini (pada stadium larva) dengan jamur patogenik Beauveria bassiana.
(2) Eurema spp.
Nama daerah : Kupu kuning Farnih : Pieridae
Ordo : Lepidoptera
Species-species dari kupu kuning yang merusak daun Sengon laut ialah Eurema hacabe L. dan Eurema blanda Bsd. Diberitakan menyerang tanaman Sengon yang digunakan sebagai penaung di perkebunan-perkebunan Teh, Kopi dan Kakao di Jawa Barat sejak tahun 1895. Serangan pada pohon Sengon yang sudah besar jarang terlihat, biasanya sering terlihat pada persemaian Sengon dan tanaman muda yang daunnya digunduli oleh Eurema sp. akan cukup merugikan.
Daerah penyebaran untuk F. hacabe sangat luas mulai dari Afrika, Tiongkok, Jepang, Korea, Asia Tenggara, Philipina dan Australia, sampai ke pulau-pulau di Samudera Pasifik. Penyebaran E. blanda adalah Taiwan, Tiongkok Selatan, Asia Selatan (India, Ceylon dan Burma), Asia Tenggara dan Philipina. Selain menyerang jenis-jenis Albizia, (A. chinensis, A. lebbeck, A. odoratisslina dan A. procera), juga merusak pohon Dadap (Erythrina sp.), Johar (Cassia siamea), Turi (Seshania grandflora), Jengkol (Pithecelobium lobatum), dan Pete (Parkla speciosa), bahkan dapat pula menyerang Jati (Tectona grandis).

Telur diletakkan oleh kupu satu per satu atau berkelompok pada daun. Larva yang menetas dan telur segera makan daun. Pada waktu larva akan masuk stadium pupa, maka turun untuk berkepompong pada pohon lain atau pada batang/ cabang Sengon. Kupu aktif pada siang hari, senang berada di tempat-tempat yang basah. Apabila terbang mengikuti angin, kupu dapat terbang melewati gunung-gunung atau menyeberang lautan. Telur berwarna putih berbentuk lonjong dengan ukuran 1 x 1½ mm, lama stadium telur 3 – 4 hari. Larva berwarna hijau dengan garis putih memanjang pada sisi badan, panjang yang akan masuk stadium pupa 2½ cm, lama stadium larva ± 17 hari. Pupa berwarna hijau kehitam-hitaman, panjang ± 1½ cm, lama stadium pupa 5
– 6 hari. Kupu bersayap kuning dengan garis hitam dipinggirnya. Lebar sayap terbuka 4
½ cm, umur ± 10 hari. Siklus hidup serangga ini diperkirakan 36 hari.
Pemberantasan hama ini belum pernah dikerjakan, biasanya populasinya ditekan oleh keadaan alam atau oleh parasit kepompongnya yaitu Brachymeria sp.
(3) Hama Sengon laut laiimya
Hama lain yang sering dijumpai rnenyerang Sengon adalah pemakan kulit kayu Squaniura acustriata dan famili Squamuridae, ordo Lepidoptera. Di samping itu dijumpai pula serangga bubuk ambrosia yang merusak ranting, batang dan akar yaitu
Xyleborus inorigerus dan X fornicatus dan famili Scolytidae, ordo Coleoptera. Disamping Sengon juga menyerang Instia palembanica, Leucaena glauca, lagopus dan Schleichera oleosa.