Lompat ke konten
Kategori Home » Sosial Politik » Dimensi-dimensi Struktur Sosial dan Pola-pola pembeda horisontal dan vertikal

Dimensi-dimensi Struktur Sosial dan Pola-pola pembeda horisontal dan vertikal

  • oleh

Di dalam uraian tentang pengertian, telah dikemukakan bahwa struktur sosial menunjuk pada pola-pola pembedaan di dalam kehidupan social, baik pola pembeda berdimensi horizontal, vertical maupun mobilitas. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa pola-pola pembeda tersebut mencakup : (1) Pola-pola pembeda dalam dimensi horisontal meliputi antara lain : Kategori Sosial, Kerumunan Sosial,

Kelompok-kelompok Sosial, Lembaga-lembaga Sosial dan sebagainya ; (2) Pola-pola pembeda dalam dimensi vertikal meliputi : Lapisan-lapisan social dan status sosial; dan (3) Pola-pola pembeda dalam dimensi mobilitas meliputi perbedaan perbedaan tingkat kemampuan dan kesanggupan mobilitas dari anggota masyarakat, baik dalam dimensi horisontal maupun dalam dimensi vertikal.

Pola-pola pembeda horisontal

Kategori Sosial, diartikan sebagai sejumlah orang yang dipandang sebagai satuan sosial berdasar satu ciri atau lebih yang sama. Jadi untuk dapat dinyatakan sebagai suatu kategori sosial, maka sejumlah orang itu haruslah memiliki minimal satu ciri yang sama,misalnya : Ras, Jenis kelamin, jenis pekerjaan, agama, suku bangsa dan sebagainya. Ciri yang dimiliki oleh suatu kategori sosial yang satu, akan menjadi unsur pembeda bagi kategori sosial yang lain. Ciri-ciri tersebut dapat berujud ciri fisik maupun sosial. Ciri-ciri fisik, berkaitan dengan apa yang dinamakan ras atau warna kulit, tinggi badan, bentuk rambut dan lain-lain. Ciri-ciri sosial, berkaitan dengan fungsi para anggota masyarakat dalam kehidupan sosial. Aneka fungsi dan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan atau profesi para anggota masyarakat, termasuk mata pencaharian.

Kerumunan sosial, diartikan sebagai sejumlah orang yang berada pada tempat yang sama, adalakanya tidak saling mengenal, dan memiliki sifat yang peka terhadap stimulus yang datang dari luar. Contohnya adalah : orang yang sedang menanti angkutan umum, orang yang sedang melihat sebuah peristiwa kecelakaan. Mereka ini berada pada tempat yang sama, sangat mungkin tidak saling mengenal, akan tetapi sangat peka atau sensitif terhadap stimulus dari luar. Maksudnya, apabila dalam keadaan seperti itu ada fihak luar yang mempengaruhinya, maka mereka akan dengan mudah melakukannya. Misalnya dalam keadaan menunggu angkutan umum itu ternyata ada kendaraan yang berjalan di depan mereka dengan kecepatan tinggi dan debunya berhamburan di wajah mereka, maka tanpa dikomando sangat mungkin secara bersama-sama mereka mengumpat atau mengeluarkan umpatan dengan kata-kata yang sama. Sifat-sifat yang dimiliki oleh kerumunan sosial ini, akan menjadi unsur pembeda antara kerumunan sosial dengan komunitas manusia yang lainnya.

Kelompok-kelompok sosial, diartikan sebagai sejumlah orang yang saling ber interaksi dengan peran dan tujuan yang jelas dan memiliki pemimpin. Jadi dalam suatu kelompok, didapati adanya pemimpin, interaksi, peran dan tujuan yang jelas.Contohnya antara lain : Kelompok pemain drama, kelompok pemilik sepeda motor Harley Davidson, kelompok pedagang kakilima dan sebagainya.Peran dan tujuan yang dimiliki oleh suatu kelompok, akan menjadi unsur pembeda dengan kelompok atau satuan manusia yang lain.

Lembaga-lembaga Sosial, dapat diartikan sebagai terjemahan dari institutes, namun dapat pula diartikan sebagai terjemahan dari institutions. Sebagai institutes, lembaga-lembaga sosial diartikan sebagai wadah atau tempat dari sejumlah individu untuk berinteraksi, itulah sebabnya mengapa ada : Institut Perkebunan Bogor, Institut Teknologi Bandung, Institut Keguruan Ilmu Pendidikan, Institut Agama Islam Negri, dan sebagainya. Sementara itu sebagai institutions, lembaga-lembaga sosial diartikan sebagai :

(1) Sistem norma, tata kelakuan dan peralatan serta serta manusia yang melakukan;

(2) Cara yang terorganisasi untuk melakukan sesuatu;

(3) Pola yang sudah pasti untuk melakukan sesuatu. Misalnya : Tata cara berpakaian, tata cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, tata cara makan bersama orang lain, tata cara menangani orang yang meninggal dunia, dan sebagainya. Perbedaan pola perilaku tersebut akan menjadi unsur pembeda antara satuan manusia yang satu dengan satuan manusia yang lain.

Pola-pola Pembeda Vertikal Struktur Sosial

Lapisan-lapisan sosial, diartikan sebagai penggolongan orang orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis berdasar parameter tertentu seperti : Power (kekuasaan), Privilege (kehormatan), Prestise (simbol bergengsi), dan Performence (penampilan). Penggolongan ini sendiri dimaksudkan sebagai penempatan diri sendiri atau orang lain, ke dalam suatu lapisan tertentu, yang disertai dengan anggapan bahwa dirinya berada pada tempat yang lebih rendah, sama atau lebih tinggi, apabila dibandingkan dengan orang lain.

Penggolongan ini bisa bersifat obyektif dan bisa juga bersifat subyektif. Penggolongan disebut obyektif, apabila penempatan lebih rendah atau lebih tinggi tersebut, ternyata setelah diukur dengan beberapa parameter yang ada, memang lebih rendah, sama atau lebih tinggi, atau dengan kata lain jika penempatan itu ternyata sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, misalnya seseorang yang merasa lebih pandai, lebih miskin atau lebih lemah, ternyata memang betul-betul sesuai dengan kenyataannya, ketika berhadapan dengan orang lain..

Sementara itu penggolongan disebut sebagai subyektif apabila penempatan lebih rendah, sama atau lebih tinggi ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Misalnya ada seseorang yang merasa lebih pandai, tapi ketika dibuktikan dengan kegiatan sama-sama menjalani ujian, ternyata nilainya lebih rendah: Artinya perasaan lebih pandai itu tidak sesuai denga keadaan yang sebenarnya. Perbedaan golongan secara hirarkis ini, akan menjadi penyebab terpilahnva anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan yang tidak sama.

Status Sosial, menunjuk pada posisi sosial seseorang atau sekelompok orang di dalam suatu kelompok atau lapisan tertentu, ketika dibandingkan dengan kelompok lainnya. Oleh Bruce J. Cohan (1979 : 35), dinyatakan bahwa :

“Staus refers to the social position that an individual holds in group

or social ranking of a group when compared to other groups”.

Status sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, meliputi : (I) Ascribed Status , yaitu merupakan status yang berharga mati dan tidak dapat diubah-ubah oleh manusia, seperti : Kasta, Marga, Jenis Kelamin dan sebagainya dan (2) Achieved Status, yaitu merupakan status yang dapat diubah melalui usaha manusia, seperti : Tingkat pendidikan, kemiskinan, jenis pekerjaan dan sebagainya.

Pola-pola pembeda mobilitas

Struktur sosial dalam suatu sistem sosial tertentu ada yang bersifat lentur, dalam arti mempunyai peluang untuk berubah atau mengalami mobilitas, namun adapula struktur di dalam suatu sistem sosial yang bersifat kaku dan statis, yang sangat sulit untuk mengalami perubahan atau mobilitas, baik mobilitas horisontal maupun vertikal. Contoh struktur sosial yang mobilitas horisontalnya lentur ‘atau dinamis, adalah perpindahan penduduk, perpindahan kelompok. Sedangkan yang tidak lentur, adalah pergantian jenis kelamin, pindah agama, ganti pasangan secara bebas dan sebagainya. Sementara itu contoh struktur sosial yang mobilitas vertikalnya cukup lentur atau dinamis, antara lain tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lain-lain, sedangkan contoh yang bersifat kaku, adalah sistem kasta, marga dan lain-lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *