Lompat ke konten
Kategori Home » Kesehatan Masyarakat » Cara Pandang Modern Mengenai Konflik

Cara Pandang Modern Mengenai Konflik

  • oleh

Kepentingan-kepentingan yang berlawanan, dimengerti secara luas, berada pada inti dari sebagian besar konflik. Tentu saja ini membuat kurang berarti untuk memakasi istilah konflik dalam ketiaadaan kepentingan atau pendapat yang berlawanan.

Sebelumnya, konflik melibatkan lebih banyak dari ini -perselisihan sengit sering meletus dalam situasi di mana kepentingan-kepentingan dari dua pihak tidak secara j’elas berlawanan. Dalam kasus yang lain, konflik konflik bisa saja tidak timbul dan berkembang, meskipun perbedaan yang tajam yang potensial terjadi antara kedua pihak.

Banyak situasi yang menunjukkan bahwa memahami konflik dengan sungguh-sungguh akan memerlukan lebih banyak dari sekedar mengidentifikasi kepentingan-kepentingan lawan belaka. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pikiran, perasaan dan tindakan dari orang-orang yang terlibat masuk dalam bayangan dan harus dengan hati-hati dipertimbangkan. Bagaimana, kemudian, kita harus memahami konflik organisasional?

Sebuah model yang diajukan oleh Thomas menawarkan jawaban yang cukup menggugah. Menurut Thomas, penting melihat konflik sebagai sebuah proses -urut-urutan peristiwa yang kompleks sepanjang waktu yang menunjukkan baik kondisi eksternal maupun internal, yang mempengaruhinya. Lebih khusus, Thomas menegaskan bahwa episode-episode konflik antar individu-individu atau kelompok-kelompok mendahului, dan m merupakan bagian dua atau lebih pihak, bukan sebuah kejadian terpisah yang dapat dipertimbangkan di dalam dari darinya. Apakah, kemudian, elemen-elemen utama dari proses yang berkelanjutan tersebut?

Thomas menyebutkan ada beberapa diperhatikan:

Pertama, kesadaran akan adanya konflik. Thomas hal  yang  perlu mengungkapkan bahwa konflik merupakan; ke sebuah tingkatan yang luas, di dalam pengamatan pengamat, –terjadi hanya ketika pihak-pihak yang terlibat menemukan adanya kepentingan-kepentingan   yang   berlawanan.   Hal   ini,   tentunya, menjelaskan mengapa  konflik   kadang-kadang   gagal  muncul  ketika   pen  amat   dari   luar menandai perbedaa   yang tajam antara pihak-pihak yang potensial. Pihak-pihak sendiri tidak menanai (atau peduli) terhadap kondisi itu, dan jika mereka tidak,konflik hanyalah sebuah kemungkinan saja.

Kedua, sekali sadar adanya konflik, kedua pihak mengalami reaksi emosi terhadapnya dan memikirkannya dengan berbagaimacam cara. Emosi dan pikiran tersebut merupakan hal penting menuju terjadinya konflik. Sebagai contoh, jika reaksi emosional dari satu atau kedua pihak berupa kemarahan dan dendam dari kesalahan yang lalu dari perenungan berikutnya, konflik akan menjadi besar. Jika reaksi-reaksi tersebut tidak ada, atau jika emosi yang lain

(misal: takut terhadap besarnya konsekuensi yang besar) menonjol, akan mungkin menjadi mereda dan sangat berbeda. Me  yerupai dengan, alasan pihak-pihak mengenai konflik dapat memiliki dampak yang teramat luas pad bentuk dan akhir penyelesaian. Di sini,baik rational instrumental reasoning (seperti: pemikiran tentang untung-rugi) dan normative reasoning (seperti: apakah sesuai dalam situasi atau bagaimana orang lain akan bereaksi) adalah penting.

Ketiga, berdasarkan pemikiran dan emosi, individu-individu membentuk tujuan-tujuan khusus -merencanakan mengambil bermacam-macam strategi selama konflik. Hal tersebut mungkin sungguh umum (misalnya: keputusan untuk mengikuti taktik tawar-menawar khusus) Pada tahap yang berikutnya, tujuan-tujuan tersebut diterjemahkan pada perilaku nyata. Tindakan tersebut kemudian mendatangkan beberapa respon dari pihak lawan, dan proses tersebut berulang. Reaksi lawan mempengaruhi pikiran dan perasaan tentang konflik, tujuan mengenai perilaku lebih jauh, dan sebagainya.

Model konflik organisasional menurut Thomas sungguh rumit dan berakhir pada sebuah dasar yang kuat dari penelitian empirik. Bagaimanapun, dari hal tersebut hanya ada sedikit keraguan bahwa model tersebut akan diubah dalam tahun-tahun mendatang sebagai informasi tambahan mengenai konflik dan kumpulan komponen-komponennya. Mungkin kontribusi utamanya, kemudian, adalah yang disebut sebagai fakta-fakta penting berikut:

(1) konflik organisasional adalah proses yang sedang berlangsung yang terjadi pada latar belakang dari kelanjutan hubungan dan kejadian-kejadian; tidak hanya dibatasi pada waktu yang singkat ataupun kejadian yang terpisah;

(2) bebarapa konflik melibatkan pikiran, persepsi, ingatan, dan emosi orang yang terlibat, hal tersebut harus diletakkan di dalam catatan pada beberapa model seluruh konflik organisasional; dan

(3) konflik terjadi dari kondisi dan kejadian-kejadian yang sangat luas-seseorang berhubungan dengan individu-individu dan seseorang berhubungan dengan struktur, norma, dan pemanfaatan organisasi.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *