Dalam kelompok, individu tidak selalu dengan mudah dapat diterima dan mendapatkan tempat baginya dalam kelompok. Penerimaan seseorang dalam kelompok dan kesediaan bekerjasama serta timbulnya solidaritas tidak merupakan sesuatu yang mudah dan datang dengan sendirinya. Dibutuhkan adanya penyesuaian baik dari anggota yang memasuki suatu kelompok maupun anggota kelompok yang telah lebih dulu ada didalam kelompok itu.
Selain itu, kelompok juga menentukan berbagai sanksi bagi anggotanya sehingga dengan demikian sebenarnya kelompok memiliki kontrol terhadap anggotanya secara individual. Ini semua dapat menghasilkan suatu bentuk tekanan pada anggota secara individual. Meskipun demikian, tekanan ini pada umumnya tidak dirasakan oleh anggota kelompok secara individual karena anggota lebih banyak merasakan keuntungan dengan adanya kelompok, sehingga anggota lebih merasakan keuntungan dari pada tekanan yang diperolehnya.
Dalam organisasi, keberadaan kelompok ini juga menimbulkan beberapa masalah karena keberadaannya tidak selalu menghasilkan bentuk kerjasama, tetapi juga menghasilkan suatu bentuk konflik. Konflik yang terjadi dalam organisasi karena keberadaan kelompok ini merupakan masalah yang tidak mudah diatasi dan banyak memiliki pengaruh terhadap kelangsungan dan prestasi organisasi. Konflik ini dapat terjadi antar kelompok maupun konflik yang muncul dalam kelompok itu sendiri. Semua itu sangat besar pengaruhnya terhadap keberadaan organisasi.
(a). Konflik peran
Konflik peran merupakan sesuatu yang sering di alami individu dalam kelompok, terutama yang terjadi dalam suatu unit kerja atau kelompok formal dalam suatu organisasi. Apa yang menjadi tugas atau kewajiban anggota yang bersumber dari penugasan dari organisasi dapat berpengaruh terhadap cara anggota itu memahami situasi dan bertindak dalam suatu situasi tertentu.
Konflik peran dapat terjadi ketika seseorang berada pada posisi yang membuatnya tidak konsisten antara peran yang dimiliki dan diharapkan dari dirinya dengan tindakan yang secara nyata harus dilakukannya. Ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, contohnya jika seseorang yang berada pada kelompok pemasaran (sales) mendapatkan tekanan dari pihak perusahaan agar berupaya meningkatkan harga jual, artinya berusaha mencapai harga jual paling tinggi yang mungkin dapat dicapai. Di pihak lain, ia juga mendapatkan tekanan dari para langganan (customer) yang berupaya menekan serendah mungkin harga jual suatu produk. Akibatnya, ia mengalami konflik peran yang disebabkan karena tekanan dari dalam dan dari luar perusahaan, khususnya mengenai penetuan harga produk.
Bentuk yang lain dari konflik peran ini misalnya terjadi pada seorang manajer, dimana untuk mengerjakan suatu proyek ia menugaskan bawahan untuk sesegera mungkin menyelesaikannya, tetapi pada saat yang sama ia menghadapi masalah biaya upah jika menambah tenaga pada bagian yang harus segera menyelesaiakn proyek itu. Ini merupakan konflik peran yang sering terjadi dalam perusahaan dengan jumlah pegawai dan anggaran yang terbatas. Konflik peran juga bisa terjadi ketika seorang pimpinan organisasi harus menghadapi dua tuntutan, pertama curahan waktu dan perhatian yang ditujukan bagi kegiatan dan pengembangan organisasi, sedang pada saat yang sama, keluarganya juga menuntut kehadiran dan perhatiannya di rumah. Masih terdapat berbagai bentuk konflik peran yang dapat terjadi dalam aktifitas organisasi.
Konflik peran merupakan sesuatu yang selalu ada dalam kehidupan suatu organisasi. Akan tetapi, pada umumnya semua anggota organisasi senatiasa belajar untuk melakukan adaptasi pada suatu tingkatan penyesuaian yang moderat. Artinya, melalui proses adaptasi, anggota organisasi dapat menekan kemungkinan terjadinya konflik peran ini pada tingkat yang minimal. Dengan melakukan adaptasi dan penyesuaian itu, anggota organisasi dapat melaksanakan aktifitasnya dalam organisasi dengan tingkat konflik peran yang terbatas,
Pada sisi yang lain, organisasi sesungguhnya juga dapat mengembangkan mekanisme untuk menekan konflik peran bagi anggotanya. Organisasi dapat melakukan pengembangan struktur organisasi dengan memberikan batasan tugas pada masing-masing anggotanya serta bentuk dan batasan tanggung jawabnya sehingga dapat menciptakan suatu kondisi kerja yang meminimalkan terjadinya konflik peran. Jika batasan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota organisasi cukup jelas, maka akan dengan mudah anggota organisasi itu melakukan penyesuaian sehingga dapat membuat konflik peran menjadi terbatas.
Selain konflik peran, dalam organisasi juga bisa muncul suatu kondisi dimana peran seseorang anggota tidak diketahuinya dengan pasti. Ini juga merupakan masalah peran yang dapat muncul dan mengganggu aktifitas organisasi sehingga tidak mencapai hasil kerja yang optimal. Karena tidak jelas peran yang dimilikinya maka tidak jelas pula apa yang harus dikerjakannya. Ini bisa juga terjadi pada suatu unit kerja, dimana unit kerja dalam organisasi itu tidak jelas apa yang diperankannya dalam organisasi secara keseluruhan sehingga tidak jelas apa yang harus dikerjakan oleh unit tersebut.
Sumber dari konflik peran dapat bermacam-macam. seseorang yang merupakan anggota baru dalam kelompok atau organisasi dapat mengalami konflik peran. Perubahan yang terjadi dalam organisasi juga dapat menjadi sumber terjadinya konflik peran. Misalnya, perubahan pangsa pasar atau masuknya teknologi yang lebih canggih menuntut organisasi produksi untuk
Merubah struktur yang ada, akibatnya dalam organisasi itu kemungkinan terjadinya konflik peran dapat meningkat.
(b). Konflik Antar Kelompok
Suatu organisasi pada dasarnya juga dapat dilihat sebagai susunan dari berbagai kelompok yang berbeda. Beberapa kelompok yang ada dalam organisasi itu dapat saling tidak tergantung satu sama lain tetapi dapat juga saling tergantung satu sama lain. Jika tugas atau kegiatan dari kelompokkelompok yang berbeda-beda saling tergantung, maka hubungan antar kelompok bagi organisasi merupakan masalah yang pelik dan penting. Bentuk hubungan antar kelompok yang saling tergantung itu dapat berupa kerja sama, saling membantu, saling menunjang satu sama lain, tetapi dapat juga berubah menjadi saling tidak bekerja sama, berlawanan, saling menjatuhkan dan sebagainya.
Kerjasama antar kelompok tidak selalu berarti baik, demikian pula konflik antar kelompok tidak selalu berarti buruk. Beberapa konflik ternyata menghasilkan sesuatu yang produktif, sepanjang konflik itu dapat menunjang pencapaian tujuan. Sebaliknya kerjasama yang terjadi, ada yang tidak menghasilkan hasil yang baik, karena kerjasama itu justru menghambat pencapaian tujuan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik antar kelompok, yang menghasilkan sesuatu yang tidak produktif antara lain:
(a). perebutan sumber-sumber
Kelompok dapat berfungsi dengan mudah dan pencapaian tujuan kelompok dapat mudah pula jika sumber-sumber yang ada, baik ekonomis maupun non ekonomis, misalnya uang, kekuasaan, aset phisik, tersedia cukup banyak dan melimpah. Namun jika banyak kelompok tergantung pasa suatu sumber yang terbatas, maka akan terjadi persaingan dalam pereubutan sumbersumber ini. Persaingan dalam perebutan sumber-sumber ini akan dapat menumbuhkan konflik dan permusuhan antar kelompok. Dalam organisasi, kelompok senantiasa berupaya memperoleh kesempatan mempengaruhi proses pengambilan keputusan sepanjang keputusan itu akan memperbesar peluang diperolehnya berbagai sumber yang dapat diraih.
(b). Perbedaan Status dalam Kegiatan/Kerja
Sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan atau aktifitas dalam organisasi, konflik antar kelompok dapat terjadi. Pada dasarnya status tiap kelompok dalam organisasi tidaklah sama. Perbedaan status ini akan menimbulkan masalah manakala dalam pelaksanaan kegiatan atau aktifitas terjadi suatu situasi dimana kelompok yang statusnya lebih tinggi, berada dalam posisi diperintah oleh kelompok lain yang statusnya lebih rendah.
(c). Perbedaan Tujuan dan Persepsi
Kelompok-kelompok yang berbeda memiliki tujuannya masing-masing, . yang berbeda satu sama lain. Bukan mustahil tujuan antara satu dengan lain kelompok saling bertentangan, akibatnya konflik antar kelompok dapat terjadi. Dalam kelompok yang berbeda-beda itu anggotanya tetap menjalin interaksi satu sama lain, Meskipun
demikian, konflik bisa terjadi jika terjadi perbedaan persepsi tentang berbagai hal. Perbedaan persepsi ini dapat bersumber dari pengalaman yang berbeda, kepentingan yang berbeda maupun sebab lain, baik bersifat individual maupun kelompok.