Lompat ke konten
Kategori Home » Ilmu Psikologi » Apa itu Defense Mechanism Dalam Ilmu Psikologi ?

Apa itu Defense Mechanism Dalam Ilmu Psikologi ?

  • oleh

Defense mechanism adalah perilaku tidak sadar (unconscious) atau prasadar (subconscious)  yang  dirancang  untuk  membantu  seseorang  menerima sesuatu yang perlu mereka perhatikan, meskipun tidak muncul dalam bentuk realita.  Defense   mechanism  juga   memungkinkan   seorang   untuk   tidak memperhatikan sesuatu yang tidak ingin mereka perhatikan, meskipun muncul dalam bentuk realita.

Defense  mechanism mungkin  merupakan  dinamika  yang  dipandang sebelah mata dalam perilaku manusia karena orang tidak suka mengetahui bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membodohi diri mereka sendiri dalam hal-hal yang penting. Orang tidak suka untuk menyadari bahwa mereka memerlukan seseorang lebih dari yang mereka cintai; bahwa seseorang tidak menyayangi mereka seperti yang mereka pikirkan, bahwa mereka menyakiti orang lain, dan tidak selalu untuk kesempurnaannya; bahwa mereka lebih bebas dalam situasi tertentu daripada yang mereka tutup-tutupi, atau kurang bebas daripada yang mereka ingin pikirkan; bahwa mereka kurang kompeten dalam beberapa hal daripada yang mereka pikirkan, bahwa sikap altruis mereka terkadang merupakan sebuah kamuflase untuk perilaku self-serving.

Meskipun secara psikologis orang sehat mampu melakukan hal-hal pada suatu waktu, tanpa diketahui menyembunyikan bagian-bagian dari kesadaran mereka sendiri sehingga mereka akan mengalami kecemasan yang lebih sedikit mengenai diri mereka sendiri dan kehidupan. Dengan demikian, penting bagi konselor memiliki sejumlah pengetahuan mengenai defense mechanismsehingga mereka dan orang-orang yang mereka temui dalam konseling akan tetap, sedapat mungkin, berada dalam jalur yang mengarah pada perkembangan.

Defense mechanism dipelajari sangat dini dalam kehidupan.  Anak usia tiga  tahun  biasanya  menggunakan  penyangkalan  atau denial (“saya  tidak menumpahkan   susu   saya”—meskipun   terdapat   tumpahan   susu   memenuhi permukaan meja dan tidak ada orang lain yang berada di ruangan tersebut); proyeksi (“kamu membuat saya menumpahkan susu”—padahal tidak ada orang lain pada jarak 15 kaki); dan somatisasi (“saya tidak mau pergi ke sekolah hari ini—perut saya sakit”).

Seiring pertumbuhan individu secara intelektual, mereka akan mengganti pertahanan yang primitif untuk sesuatu yang lebih baik. Sebagai contoh, seorang mahasiswa   mungkin   tidak   lagi   menggunakan   penyangkalan (“saya   tidak mencontek dalam ujian”) tetapi mungkin menyesuaikan diri dengan rasionalisasi (“Tentu saya mencontek. Saya tidak akan membiarkan ujian yang tidak adil dari para profesor neurotik menahan saya untuk masuk ke sekolah hukum, di mana saya dapat belajar untuk membantu ribuan orang miskin”). Dengan penggunaan rasionalisasi, mahasiswa itu telah berbohong bukan hanya dalam perilaku yang dapat diterima akan tetapi juga dalam perilaku moral.

Banyak  keluarga  memiliki  sebuah defense  mechanism favorit  yang digunakan oleh seluruh anggota keluarga.

Proyeksi sebagai sebuah pertahanan keluarga dapat terlihat pada percakapan dalam sebuah sesi konseling keluarga berikut ini:

  • Suami kepada konselor:  Masalah istri saya mulai mengganggu seluruh kehidupan saya.  Saya bahkan mulai bermasalah dalam pekerjaan.
  • Istri kepada suami: Jika kamu mau lebih mengurusi anak-anak dan tidak membiarkan mereka berlarian di dalam rumah, itu akan mengurangi masalah saya sampai 90%.
  • Remaja puteri kepada orang tua: Saya tidak berpikir sesuatu seburuk itu sampai kita memulai konseling bodoh ini. Sekarang dokter mendapati kita semua dalam keadaan marah.

Perubahan tersebut memberi sebuah petunjuk yang bagus mengenai mengapa masalah  keluarga  tidak  kunjung  terselesaikan;  tidak  ada  seorangpun  yang memangku tanggung jawab untuk permasalahan tersebut.

Orang-orang dalam  konseling dapat dibantu untuk tidak mempelajari pertahanan mereka dan untuk menghadapi kenyataan secara jujur. Idealnya, seseorang  dapat  berpikir  untuk  menjadi  alergi  kepada  penggunaan defense mechanismyang sangat banyak sehingga kenyataan membentuk rasa cemas yang

lebih sedikit daripada pikiran untuk bersembunyi darinya.  Semakin seseorang menggunakan defense mechanismdan semakin luas sandiwara pertahanan itu dilakukan, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk tidak mempelajarinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *