Lompat ke konten
Kategori Home » Ilmu Psikologi » Apa itu Bibliotherapy ?

Apa itu Bibliotherapy ?

  • oleh

Bibliotherapy telah dikenal dengan banyak nama, misalnya biblocounseling, biblioeducation, bibliopsychology, library therapeutic, biblioprophylaxis, tutorial group therapy, dan literatherapy (Rubin, 1978). Webster (1981) mendefinisikan bibliotherapy sebagai “guidance in the solution of personal  problems through directed reading.” Berry (1978) mendefinisikan bibliotherapy sebagai a family of techniques for structuring an interaction between a facilitator and a participant…based on mutual sharing of literature”.

Lebih dari beberapa tahun lalu bibliotherapy telah digunakan oleh berbagai profesional pemberi bantuan seperti konselor, psikolog, psikiater, dan pendidik. Kemudian para pekerja sosial juga mulai menggunakan bibliotherapy dalam praktek klinis. (Pardeck & Pardeck, 1987). Dictionary of Social Work karangan Barker (1987) mengemukakan definisi komprehensif dari bibliotherapy, yaitu:

“The use of literature and poetry in the treatment of people with emotional problems or mental illness. Bibliotherapy is often used in social group works and group therapy and is reported to be effective with people of all ages, with people in institutions as well as outpatients, and with healthy people who wish to share literature as a means of personal growth and development.” (h.15)”

Bibliotherapy adalah penggunaan literatur dan puisi dalam teratment bagi orang-orang yang mengalami masalah emosional atau sakit mental. Bibliotherapy sering digunakan dalam kerja kelompok sosial dan terapi kelompok dan dilaporkan efektif bagi semua orang dari berbagai kelompok usia, baik bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan, juga efektif bagi orang-orang sehat yang ingin berbagi literatur yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Rubin (1978) mencatat bahwa sebagian besar profesional yang menggunakan bibliotherapy dalam praktik memiliki persiapan minimal untuk menggunakan teknik yang menggugah rasa ingin tahu ini. Pardeck & Pardeck (1987) menyimpulkan bahwa pekerja sosial paling sedikit menggunakan bibliotherapy dalam praktik, dan sedikit yang memiliki pelatihan klinis formal dalam penggunaan buku dalam treatment sosial.

Baruth & Burggraf (1984), Griffin (1984), dan Pardeck & Pardeck (1984) mengusulkan bahwa tujuan utama bibliotherapy adalah: a) memberikan informasi tentang masalah, b) memberikan insight tentang masalah, c) menstimulasi diskusi tentang masalah, d) mengkomunikasikan nilai-nilai dan sikap-sikap baru, e) menciptakan suatu kesadaran (awareness) bahwa orang lain berhasil mengatasi masalah yang mirip, dan f) memberikan solusi atas permasalahan.

Banyak informasi dapat diperoleh melalui kegiatan membaca bersama dan membaca buku yang diugaskan. Bibliotherapy membuat seseorang dapat mempelajari fakta-fakta baru, cara berbeda  dalam memandang/mendekati masalah, dan pilihan cara memikirkan masalah (Griffin, 1984). Karena pengetahuan atau pengalaman pribadi sebagian besar klien tentang masalah yang mereka hadapi terbatas, bibliotherapy dapat memberikan insight yang bermanfaat bagi klien untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Pemahaman diri dan insight merupakan tujuan penting dari bibliotherapy (Baruth & Burggraf, 1984; Zaccaria & Moses, 1968). Saat terapis menggunakan fiksi dalam bibliotherapy, klien membaca tentang karakter (tokoh) yang menghadapi masalah yang mirip dengan masalah yang ia hadapi, lalu ia mengidentifikasikan dirinya dengan karakter tersebut, dan dengan demikian ia memperoleh kesadaran dan pemahaman tentang motivasi, perasaan, dan pikirannya (Griffin, 1984). Dengan membaca tentang konflik-konflik yang dialami karakter, kognisi, dan reaksi emosionalnya, klien memperoleh insight tentang suatu situasi masalah (Pardeck & Pardeck, 1983).

Bibliotherapy merupakan teknik yang sangat bagus untuk merangsang munculnya diskusi tentang suatu masalah yang mungkin tidak didiskusikan karena adanya rasa taku, bersalah, dan malu (Mc Kinney, 1997). Membaca tentang sebuah karakter dalam fiksi yang mengatasi masalah yang mirip dengan masalah yang dihadapinya menjadikan klien terbantu mengungkapkan secara lisan perasaannya tentang masalah yang ia hadapi kepada terapis.

Bibliotherapy dapat membantu klien mengatasi dan mengubah masalah yang sedang dihadapinya manakala ia membaca tentang orang lain yang berhasil mengatasi masalah seperti yang ia hadapi. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hambatan fisik dapat membaca tentang karakter yang berhasil mengatasi masalah yang berkaitan dengan hambatan fisiknya. Orang-orang yang memiliki hambatan/kelemahan dapat belajar bahwa banyak orang yang berhasil mengatasi masalah yang sama, sebelumnya memiliki kemiripan tentang perasaan tidak mampu dan gagal, dan belum menemukan cara untuk berhasil dan mengembangkan kesadaran diri tentang ketidakmampuan/hambatannya (Pardeck & Pardeck, 1984).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *