Lompat ke konten
Kategori Home » Farmasi » Analisis Obat Dalam Berbagal Sampel Biologis

Analisis Obat Dalam Berbagal Sampel Biologis

  • oleh

Problem utama analisis obat dalam cairan hayati adalah untuk memisahkan obat dan material endogen sebanyak mungkin. Kemudahan sampel untuk dianalisis akan meningkat seiring tingkat fluidisitasnya, cairan serebrospinal biasanya merupakan cairan yang paling mudah untuk ditangani, sementara darah total adalah yang paling sulit (tabel ).

Untuk meningkatkan fluiditasnya, senyawa berbentuk padatan atau semi padat untuk analisis bisa dilakukan secara mekanik (tabel 10.2). Prosedur ini mungkin berpengaruh pada sampel dalam beberapa metode yang digunakan yang bisa berakibat berubahnya konsentrasi obat dalam sampel (efek temperature, pembentukan khelat logam tertentu, dan hidrolisis konjugat) dan beberapa bagian penanganan menjadi lebih sulit (penyabunan, emulsifikasi dan rupture sel).

Pelarut yang digunakan sebagai media bersifat kritis dan masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Kemudahan ekstraksi obat dalam larutan anorganik ke pelarut organic akan bergantung pada pelarut yang digunakan, dan umumnya dilakukan dengan kombinasi polaritas pelarut pengekstraksi.

1. Darah

Darah, merupakan cairan biologis yang paling kompleks, dikoleksi dan subyek atau hewan uji. Darah terdiri atas cairan buffer encer yang mengandung protein terlarut (solubillzed proteins), lemak dan padatan terlarut (dissolved fats and solids), dan sel tersuspensi, untungnya, kandungan utamanya yaitu set darah merah (erythrocytes) dapat dipisahkan dan cairan encer (plasma) dengan sentrifugasi sederhana.

Meskipun demikian, darah tidak mudah untuk ditangani, set dapat pecah atau rusak dan menyebarkan komponen-komponen yang tak diharapkan dan menjadikan keadaan makin sulit. Contohnya, ion feri dilepaskan oleh eritrosit mungkin akan membentuk khelat dengan senyawa analit dan mengakibatkan ekstraksi yang kurang baik dari fase air.

Tabel  Daftar Sampel Biologis Bergantung pada Fluiditasnya dalam Kaitanya dengan Tingkat Kemudahan Analisisnya

Sel bisa pecah karena pemanasan atau pembekuan, atau oleh factor mekanik seperti pengadukan, tetapi umunya akibat perubahan kekuatan ion disekeliling cairan karena penambahan air, menghasilkan osmosa karena sel bengkak dan pecah (swell and rupture) sehingga perlu penambahan larutan garam isotonis untuk mengubah volume sampel darah utuh.

Ekstraksi umunya bukan dari darah total, tetapi disiapkan sebagai serum atau plasma. Serum diperoleh dengan cara sentrifugasi langsung atau pengendapan sel darah merah tanpa penambahan antikoagulan, kemudian diambil supernatannya sehingga masih mengandung factor penjendalan darah. Sedangkan plasma diperoleh dengan menambahkan antikoagulan dalam darah, disentrifugasi dan diambil supernatannya. Plasma maupun serum mengandung protein dalam jumlah besar yang harus dipisahkan dari analit bila akan diperiksa.

2. Urin

Urin, berbeda dengan plasma atau serum, biasanya bebas dari protein atau

lemak sehingga bisa diekstraksi langsung dengan pelarut organic.

Meskipun begitu, urin memiliki banyak variasi komposisi dan sangat tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Normalnya senyawa yang ditemukan dalam urin adalah larut air, sedangkan sebagian besar obat larut lipid sehingga dapat diekstraksi dengan pelarut yang cocok.

Kesulitan dalam pengumpulan sampel urin adalah volume urin yang benar yang diproduksi selama interval waktu sampling, bukan pada penetapan kadarnya.

Jumlah analit diperoleh dengan mengalikan volume dan konsentrasinya. Sampel urin juga sering memberikan hasil negative palsu misalnya pada pemeriksaan kreatinin.

Urin juga memiliki variasi pH yang lebar, dipengaruhi oleh konsumsi makanan atau obat-obatan. Penggunaan antasida misalnya, kemungkinan bisa menyebabkan urin menjadi basa. Asam kuat tidak besar pengaruhnya, pH urin normal berkisar 5,5-7.

3. Feses

Penanganan sampel feses cukup rumit, mengingat bentuknya semi padat dan juga berupa campuran sisa-sisa proses pencernaan maupun senyawa-senyawa sisa proses metabolisme tubuh. Harus dipikirkan pengambilan cuplikan yang tepat dan juga jenis pelarut yang cocok karena banyaknya senyawa yang terkandung, apalagi jika kadar analit dalam sampel kecil.

4. Sampel biologis lain

Sampel biologis yang lain bisa berupa air susu, cairan serebrospinal, empedu, ludah dan lain-lain, masing-masing memiliki kekhasan sifat dan kandungan senyawa yang berbeda. Kelarutan obat dalam tiap larutan juga berbeda sehingga pemilihan pelarut harus dilakukan secara cermat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *