Analisis pemrograman model Farbstein dan Kurtz didasarkan atas prosedur dan proses pengembangannya untuk kemudian dapat dilihat kesamaan maupun perbedaan serta kekuatan dan kelemahan dari masing-masing model.
1. Prosedur dan Proses Pemrograman Model Farbstein
Secara prosedural model Farbstein sangat linier (lihat gambar 1) namun dengan dengan melibatkan klien dan programer pada setiap tahapnya memungkin adanya kegiatan evaluasi dan iterasi untuk mer,guiang dan memperbaiki setiap tah sebelum melangkah ke tahap berikutnya.
Menekan pada pemilihan, berbagai kriteria dealam hasil pemrogramannya menunjukan bahwa model ini sangat tidak terkait dengan proses perancangan artlnya tidak ada upaya merancang fasilitas selama tahapan-tahapan pemrograman berlangsung, setiap permasalah yang timbul akan dijabarkan dalam berbagai alternatif pilihan penyelesaian.
Awal proses pemrograman dengan cara survey literatur, menunjukan bahwa Farbstein bekerja tidak dari permasalahan dalam pengertian permasalahanakan dicari setelah hasil survey literatur ( tahap 1) dipadukan dengan tahap 2 (user description, yaitu hasil dari .menerjemahkan tuivan yang ingin dicapai oleh fasilitas. Mulai tahap kedua ini evaluasi oleh klien mulai diterapkan sehingga mulai pada talhap ini pula kemungkinan terjadi perubahan-perubahan secara siklis untuk kemudian jika disetujui akan dilanjutkan pada tahap berikutnya.
Proses pengembangan model ini dapat menjadi sangat sederhana atau sangat kompleks tergantung dari kompleksitas fasifitas yang diprogramnya/dihadapinya. Namun demikian secara umum tetap berada pada jalur seperti digambarkan pada gambar 1 dan tetap mengutamakan klien hal ini seperti ditegaskan oleh Farbstein sendiri dalam Preiser (1985,14)
2 Prosedur dan Proses Pemrograman Model Kurtz
Pemrograman model Kurtz tampak lebih panjang dan tidak tinier separti halnya model Farbstein, karena secara ekspfisit ada tahapan yang memproses iterasi atau pengulangan secara tegas setelah tahap evaluasi yang juga secara tegas diperlihatkan oleh model ini, walaupun secara garis besar hanya terdapat empat tahap utama. Pe-mrograman model Kurtz inijuga memperlihatkan bagaimana proses pemrograman sangat terkait dengan desain sehingga lebih rumit dan panjang dibandingkan model Farbstein.
Akibat adanya keterkaitan dengan desain maka hasil dari tahap-tahap pemrograman juga sekaligus menghasilkan final schematic disain, sesuatu yang tidalk lazim dalam proses pemrograman. Namun demikian melihat batasan pengertian program yang di ajukan Kurtz pada bagian awal serta keterkaitan
pemrograman denge:n disain seperti dinyatakan lebih lanjut dalam (Palmer ,1981 :35)
Programming is thus carried (on in an increasing degree of detail simultaneously and in-teractively (emphasis added) with the phases of design, construction and occupancy
Maka proses yang demikian panjang dan tidak linier menjadi sangat cocok: pada model ini, walaupun mungkin seperti halnya model di atas tergantung dari tingkat kesulitan program yang diatasi
3 Kesamaan dan Perbedaan Model Pemrograman Farhstein dan Kurtz.
Letak kesamaan model Farbstein dan Kurtz adalah keterlibatan klien dalam setiap tahap pemrogramannya balk itu pengguna, maupun pemilik fasilitas, hal ini tentunya akan memak- simalkan hasil pemrograman sesuai dengan harapan.
Keterlibatan ini lebih lanjut memperlihatkan bahwa kedua model selalu melakukan eveluasi secara langsung dalam tiap tahapan. Perbedaan kedua model terletak pada dilibatkannya tahap pendisainan dalam pemrograman, Farbstein tidak terkait sama sekali dengan proses disain sedangkan Kurtz sangut menekankan adanya proses pendisainan selama pemrograman dengan maksud memberikan masukan langsung ke dalam program-program yang diajukan (desain-as-fee back).
Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.