Ahli psikologi pertama yang mencoba membuat konsep hubungan manusia dan lingkungan adalah Lewin (1951). Lewin memformulasikan lingkungan dengan persamaan sebagai berikut, B=f (P,E) yang bermakna, B/ Behavior (perilaku) adalah fungsi dari P/ Person (manusia) dan E/ Environment (lingkungan). Lawton dan Nahemow (1973) mencoba untumengembangkan hubungan ini lebih jauh dengan melihat terminologi person sebagai sebuah kompetensi dalam domain biologis, fungsi sensorik, kemampuan kognitif dan kekuatan ego.
Lawton dan Nahemow mengklasifikasikan lingkungan berdasarkan karakter kebutuhan terhadap konteks tempat manusia beraktifitas. Beberapa lingkungan membuat kebutuhan perilaku yang besar terhadap manusia, sementara lingkungan yanglain tidak demikian. Mengikuti istilah ahli psikologi lain, Murray (1983) menyebut dimensi ini sebagai environmental press (tekanan lingkungan).
Model adaptasi lingkungan yang diajukan oleh Lawton dan Nahemow ini menggambarkan hubungan antara kemampuan manusia dalam beradaptasi terhadap tekanan lingkungan mereka. Kemampuan diletakkan sebagai sumbu vertikal dengan range kemampuan rendah sampai tinggi. Sedangkan tekanan lingkungan sebagai sumbu horizontal dengan kekuatan tekanan dari lemah sampai kuat.
Kombinasi dari kemampuan beradaptasi dan tekanan lingkungan menghasilkan berbagai tingkat adaptasi. Pada zone pusat terdapat kondisi tekanan lingkungan yang lemah dengan kompetensi yang baik, terdapat perilaku yang adaptif dan sikap yang positif. Pada zone ini ditemukan kenyamanan maksimum dan potensi performansi (kinerja) yang maksimum. Di luar zone ini terdapat zone sikap negatif dan perilaku maladaptif (kesalahan adaptasi) seperti yang digambarkan di gambar berikut :
Gambar : Model adaptasi lingkungan Lawton dan Nahemow
1. Zone level adaptasi dengan sikap positif;
2. Zone sikap adaptasi dengan sikap toleran dan perilaku adaptasi marjinal;
3. Zone sikap negative dan perilaku mal adaptasi
Dari model adaptasi lingkungan Lawton dan Nahemow memberikan beberapa pemahaman tentang sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku adaptasi yang positif terjadi apabila antara kompetensi dan tekanan lingkungan berada pada perbandingan tertentu. Pada tingkat ini ditemukan tingkat kenyamanan yang paling balk dan tingkat performansi yang paling optimal. Sedangkan di luar itu apabila terjadi tekanan lingkungan lemah sedangkan kompetensi tinggi atau sebaliknya, maka akan menimbulkan sikap toleran.
Pada tingkat di mana tekanan lingkungan sangat lemah dan kompetensi meningkat tajam, atau sebaliknya tekanan lingkungan meningkat tajam sedang kompetensi melemah, maka akan menimbulkan sikap yang negatif dan kesalahan perilaku adaptasi.
Sejalan dengan bagan tersebut di atas Lawton dan Nahemow membuat hipotesis yang disebut dengan istilah environmental docility hypothesis (kejinakan lingkungan). Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin lemah kompetensi seseorang, maka semakin besar faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap individu tersebut.
Referensi : Universitas Gadjah Mada