Perspektif internal merupakan perspektif yang menunjuk pada faktor-faktor penyebab yang muncul karena faktor-faktor pelaku itu sendiri, bukan karena faktor faktor sosial atau lingkungan sosial.
Ada beberapa jenis perspektif yang termasuk di dalam perspektif internal ini, yaitu meliputi :
1. Pendekatan Fisik atau Physical Approach
Suatu pendekatan yang menyatakan bahwa tindak kriminal dapat dikaitkan dengan tipe fisik seseorang. Lombroso menyebutnya sebagai Physical Type Theory (Teori tipe fisik), sedangkan Soemodidjojo menyebutnya dengan istilah Pendekatan Katuranggan.
Perspektif ini memandang bahwa faktor utama yang menjadi pamacu perilaku kriminal itu adalah faktor fisik. Keadaan fisik individu mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, akan memberikan banyak informasi mengenai kecenderungan individu yang bersangkutan dalam potensinya terhadap tindak kriminal.
Seseorang yang berbadan kecil dan kurus dinyatakan tidak atau kurang memiliki potensi untuk melakukan tindak kriminalias yang berkaitan dengan penggunaan kekuatan fisik, seperti misalnya menjadi preman, demikian juga seseorang yang berwajah jelek menjadi kurang potensial menjadi wanita penghibur, atau sebaliknya seorang pria yang berwajah kurang menguntungkan menjadi tidak potensial bertindak sebagai “gigolo” dan sebagainya.
2. Pendekatan Psikis atau Psycological Approach
Suatu pendekatan yang melihat tindak kriminal sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan seseorang. Pendekatan ini meliputi :,
a. Dalil Peniruan, yaitu suatu kondisi kejiwaan yang membuat seseorang sangat mudah meniru dan terpengaruh terhadap perilaku orang lain. Ingat bagaimana anak-anak Play group atau Taman Kanak-Kanak yang sangat mudah menirukan perilaku gurunya, atau seseorang yang sangat mudah terpengaruh oleh berbagai macam iklan, dan sebagainya.
b. Ketidak-stabilan Daya Berfikir, yaitu suatu kondisi kejiwaan yang demikian sensitif, sehingga apabila ada hal-hal tertentu yang membuat bingung dirinya, maka seseorang tersebut menjadi kehilangan daya piker rasionalnya, yang pada akhirnya justru bisa terdorong ke arah tindak kriminal, atau menjadi korban tidak kriminal.
Seperti misalnya, ketika seseorang sangat terdesak oleh kondisi anaknya yang sedang sakit, namun tidak mempunyai biaya sama sekali untuk membeli obat atau berobat.Pada saat seperti ini, seringkali para orang tua menjadi tidak dapat berfikir rasional, sehingga ia terpaksa mencuri yang akhirnya ketahuan, tertyangkap dan bahkan masuk ke penjara.
3. Pendekatan Penampilan atau Performance Approach
Suatu pendekatan yang melihat bahwa tindak kriminal terjadi karena faktor penampilan dari calon korban yang bersifat memancing minat, sering juga disebut sebagai Exhibition Crime, misalnya :
(1) Memakai perhiasan atau uang dalam jumlah banyak secara menyolok,
(2) Pergi sendirian di malam hari atau tempat sepi, tanpa pengawalan,
(3) Menggunakan busana yang dapat memancing minat untuk mengganggu, melecehkan atau bahkan memperkosa dan sebagainya