Lompat ke konten
Kategori Home » Teknik Sipil » Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

  • oleh

Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan  tegangan  dan  regangan  maupun  terjadinya  perubahan  bentuk.  Untuk batang yang menerima beban aksial, perubahan bentuk ini dapat berupa pertambahan panjang    (akibat    beban    tarik)    ataupun    pemendekan    (akibat    beban    tekan).

Batasan batasan  yang harus dipenuhi  dalam  perancangan struktur teknik antara lain berupa kekuatan bahan (strength) dan kekakuan (stiffness).Oleh karena itu, beberapa sifat bahan perlu diperhatikan  agar  didapatkan  hasil perancangan  yang efisien serta batasan-batasan  tersebut dapat dipenuhi. Salah satu sifat penting dan bahan adalah hubungan antara tegangan dan regangan.

Hubungan Tegangan-Regangan

Jika suatu  batang  menenma  beban  aksial,  maka  akan  timbul  respons  yang dapat berupa tegangan  dan perubahan  panjang,  seperti diperlihatkan  pada  Gambar

2.1. Tegangan yang terjadi pada potongan normal (potongan yang tegak lurus sumbu

batang)   disebut   tegangan   normal.   Besarnya   tegangan   normal   rata-rata   pada penampang batang yang dibebani beban aksial dapat didekati dengan rumus:

σ =  N  A0

(2.1)

dengan  N dalah  gaya  normal  yang  bekerja  pada  penampang  dan  A0   adalah  luas penampang  awal (sebelum  dibebani  luas penampang  ini dianggap  konstan).  Dalam kenyataannya,  luas penampang  ini berubah jika beban telah bekerja atau jika beban yang  berkerja  juga  berubah.  Anggaplah  luas  penampang ini  konstan.  Satuan  dan tegangan  adalah  gaya  per  satuan  luas,  dalam  Sistem  Intemasional  (SI)  misalnya MN/m2, N/mm2  atau MPa.

Akibat  beban,   batang   akan  mengalami   deformasi.   Dalam   hal  ini  batang   akan memendek  jika menenima  beban tekan dan memanjang  jika menerima  beban tarik. Adanya perubahan panjang ini, batang mengalami regangan (s). Sedangkan regangan

(s) didefinisikan seperti rumus berikut:

ε = l − l0

l0

(2.2)

dengan / adalah panjang batang saat batang dibebani dan l0  adalah panjang batang awal. Sebagaimana luas penampangnya, panjang awal ini sebenarnya juga tergantung dan kondisi pembebanan sebelumnya, sehingga nilainya dapat berubah-ubah. Satuan regangan  adalah  perubahan  panjang  tiap  satuan  panjang,  jadi  tidak  mempunyai dimensi, dapat dalam persen atau nilai mutlaknya.

Gambar 2.1. Batang yang dibebani secara aksial

Didepan telah disebutkan, bahwa salah satu sifat bahan terpenting adalah hubungan antara  tegangan  dengan  regangan.  Hubungan  ini  dapat  disajikan  dalam  bentuk diagrarn/kurva tegangan-regangan  pada tata sumbu ε – σ yang biasanya didapat dari hasil pengujian  tarik atau tekan. Umumnya  ukuran benda  uji  dan cara pengujiannya diatur  dalam  standarisasi,  misalnya  ASTM  (American  Society  for  the  Testing  of

Materials).  Dalarn pengujian,  beban dapat dilihat pada alat ujinya, sedangkan  untuk mengukur perubahan panjang dapat digunakan alat ukur panjang (extensorneter) yang dapat bekerja secara mekanik yang ditunjukkan oleh dial indicator atau bekerja  secara elektrik  (displacement  tranduce,).  Dari kedua  pengamatan  ini dapat dibuat diagram/ kurva hubungan tegangan-regangan.

Beberapa  contoh  diagram  tegangan  regangan  secara  umum  dalam  kondisi  ideal diperlihatkan  pada Gambar  2.2. Pada umumnya  kurva bagian awal  memperlihatkan hubungan  yang  linier.  Pada  daerah  ini berbanding  lurus  dengan  regangan  berlaku hukum Hook, dimana tegangan.

Gambar 2.2. Diagram tegangan regangan

Contoh diagram tegangan regangan tarik baja tulangan dan tekan beton dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan 2.4 beserta benda ujinya. Pada benda uji ditempatkan alat untuk mengukur perubahan panjang.

Gambar .3. Diagram tegangan regangan tarik baja tulangan (3 buah sampel benda uji)

Gambar 2.4. Diagram tegangan-regangan tekanan beton

(berbagai kuat tekan beton)

Dari diagram tegangan regangan, ada beberapa sifat atau istilah penting antara lain:

1.  Modulus  elastisitas  (Young’s  Modulus):  besaran  yang  menunjukkan  kemiringan diagram!kurva tegangan-regangan.

2.  Batas   proporsional   (proportional   limit):   tegangan   terbesar,   pada   saat   kurva tegangan-regangan masih menunjukkan hubungan yang linier.

3.  Batas elastik (elastic limit): tegangan terbesar, dimana bahan akan kembali pada posisi/ukuran semula, jika beban dihilangkan.

4.  Titik leleh (yield point): tegangan yang biasanya sedikit di atas batas proporsional, dimana akan terjadi kenaikan regangan meskipun tanpa adanya penambahan atau pengurangan tegangan.

5.  Tegangan batas (ultimate stress): tegangan maksimum  yang dapat dicapai suatu bahan.

6.  Modulus  lenting  (resilience  modulus):  luas  di  bawah  kurva  tegangan-regangan yang dibatasi  oleh tegangan  batas proporsional.  Satuan  modulus  lenting adalah satuan energi tiap satuan volume. Luas mi menunjukkan kemampuan bahan dalam menyerap energi, dimana bahan masih bersifat elastik.

7.  Keuletan  (thougness):  luas  total  di  bawah  kurva  tegangan-regangan.   Luas  mi menunjukkan kemampuan bahan dalam menyerap energi hingga mencapai runtuh.

8.  Pengerasan  regangan  (strain  hardening):  kenaikan  batas  elastik  bahan  akibat pembebanan ulang (reloading), lihat Gambar 2.3.

9.  Ulet  (ductile):  sifat  bahan  yang  menunjukkan  kernampuannya  terjadi  deformasi plastik tanpa adanya penambahan atau pengurangan beban yang berarti sebelurn mengalami runtuh.

10. Getas (brittle): sifat bahan yang rnenunjukkan deformasi yang sangat kecil sebelum runtuh (lawan dan ulet adalah getas):

11. Isotrop: Bahan yang mernpunyai sifat sama pada berbagai arah.

12. Homogen: Bahan yang mempunyai sifat sama pada setiap titik pada bahannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *