Tingkat pengembalian atas modal yang digunakan umumnya digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisional. Ada dua penggunaan yang berbeda dari ukuran tingkat pengembalian atas modal yang digunakan. Ukuran tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dari aktiva yang dikomitmenkan ke divisi tertentu, atau dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari manajemen divisional.
Jika tingkat pengembalian atas modal yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan yang menguntungkan dari aktiva yang dikomitmenkan ke divisi tersebut, maka ukuran tersebut sebaiknya memasukkan hanya pos-pos yang dapat dihindari jika divisi tersebut ditutup. Jika tingkat pengembalian atas modal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari manajer divisional, ukuran tersebut sebaiknya hanya memasukkan pos-pos laba dan hanya aktiva yang berada di bawah kendali manajemen divisional.
Membandingkan tingkat pengembalian atas modal yang digunakan dari suatu divisi dengan divisi lain tidaklah berdasar. Alasannya adalah setiap divisi memproduksi produk yang berbeda dan beroperasi dalam pasar yang berbeda. Konsekuensinya, risiko pasar yaitu, variabilitas dalam permintaan-kemungkinan akan berbeda untuk setiap divisi, yang berarti bahwa manajemen puncak sebaiknya memperkirakan bahwa tingkat pengembalian divisional akan berbeda juga.
Untuk mengkompensasikan risiko, divisi yang beroperasi dalam pasar yang beresiko tinggi sebaiknya diharuskan untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang beroperasi dalam pasar yang resikonya yang lebih rendah.
Jika tingkat pengembalian dari setiap divisi disesuaikan dengan risiko pasarnya, maka perbandingan antara divisi menjadi wajar (dengan asumsi, bahwa laba dan aktiva yang digunakan juga diukur dengan cara yang dapat diperbandingkan).
Alasan lainnya misalnya adalah lingkungan ekonomi dari divisi yang berbeda umumnya terlalu berlainan untuk memungkinkan perbandingan yang berarti dengan tujuan ini. Satu divisi mungkin berada dalam pasar yang berada dalam pasar yang sangat kompetitif, sementara divisi lain ada di pasar ang dilindungi atau monopolistik
Ukuran divisional dari tingkat pengembalian atas modal yang digunakan telah dikritik sebagai alat multivasional karena suatu divisi berusaha untuk memaksimalkan tingkat pengembaliannya atas modal yang digunakan dan bukannya laba absolut.
Jika perusahaan mempunyai tingkat pengembalian 30% sekarang dan akan mempertimbangkan proyek yang tingkat pengembaliannya 25%, mungkin manajemen divisional akan menolak proyek tersebut karena tingkat pengembalian dari total modal divisi akan menurun.
Tetapi jika penerimaan dari proyek tersebut akan merupakan penggunaan yang terbaik dari sumber daya divisi tersebut dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan, walaupun dengan tingkat pengembalian yang lebih rendah untuk divisi tersebut atau untuk perusahaan secara keseluruhan, proyek tersebut sebaiknya diterima.
Perilaku suboptimum seperti ini dapat diatasi dengan laba residual yaitu laba suatu divisi dikurangi dengan jumlah yang mewakili biaya modal yang digunakan oleh divisi tersebut, untuk mengukur kinerja dan bukannya tingkat pengembalian atas modal yang digunakan.
Grafik Sebagai Pedoman Operasi
Perencanaan yang baik dan operasi yang berhasil harus mengarah kepada kombinasi optimum dari laba, penjualan, dan modal yang digunakan. Dalam perusahaan dengan banyak produk, ketiga faktor tersebut tidak dapat seragam, karena jenis operasi yang berbeda.
Tetapi jenis grafik tertentu dapat membantu ketika kinerja segmen atau produk perlu dinilai dalam hal hubungannya dengan tingkat yang diinginkan dari pengembalian secara keseluruhan atas modal yang digunakan.

Hubungan Antara Persentase Laba Terhadap Penjualan dan Tingkat Perputaran Modal yang Digunakan
Grafik di atas menunjukkan kombinasi yang mungkin dari persentase laba terhadap penjualan dan tingkat perputaran modal yang digunakan yang menghasilkan tingkat pengembalian 20%. Ketika divisi atau produk individual diplot ke dalam grafik, maka titik data segmen tersebut tampaknya ada disebelah kiri atau di sebelah kanan kurva dasar.
Jika titik data yang diplot ada di sebelah kiri, maka unit tersebut memiliki kinerje tingkat pengembalian atas modal yang digunakan di bawah apa yang diperkirakan untuk perusahaan secara keseluruhan. Suatu segmen dengan titik data yang diplot di sebelah kanan kurva dasar memiliki tingkat pengembalian melebihi apa yang diperkirakan untuk perusahaan secara keseluruhan. Interpretasi yang sama berlaku ketika total pengembalian perusahaan diplot.
Keuntugan Menggunakan Tingkat Pengembalian atas Modal yang Digunakan
Penggunaan tingkat pengembalian atas modal yang digunakan memiliki keuntungan yang umum diklaim sebagai berikut:
1) Memfokuskan perhatian manajemen pada perolehan laba terbaik yang mungkin atas modal (total aktiva) yang tersedia.
2) Menghubungkan banyak fase dari perencanaan keuangan, tujuan penjualan, pengendalian biaya, dan cita-cita laba.
3) Membantu manajemen mendeteksi kekuatan dan kelemahan dari penggunaan (tidak digunakannya) aktiva individual.
4) Berfungsi sebagai tolak ukur bagi pengukuran kinerja dan menyediakan suatu dasar untuk evaluasi perbaikan dengan berjalannya waktu dan antardivisi.
5) Mengembangkan perasaan yang lebih tajam atas tanggung jawab dan usaha tim antarmanajer divisional dengan memampukan mereka untuk mengukur dan mengevaluasi aktivitas mereka sendiri dalam hal anggaran dan dalam kaitannya dengan hasil yang dicapai ole manajer divisional lainnya.
Berbagai Ukuran Kinerja
Banyak perusahaan yang dikelola dengan baik menggunakan berbagai ukuran kinerja untuk mengatasi keterbatasan dari menggunakan satu ukuran saja. Sistem evaluasi dan penghargaan sebaiknya didasarkan pada ukuran kinerja nonfinansial bersama-sama dengan ukuran kinerja financial.
Penerapan dari struktur evaluasi dan penghargaan yang memasukkan berbagai ukuran kinerja tidak hanya mendorong manajer untuk berusaha mencapai profitabilitas, tetapi juga berfungsi sebagai insentif bagi manajer divisional untuk terlibat dalam aktivitas- aktivitas yang diinginkan seperti riset dasar, pengembangan produk baru, perbaikan kualitas, inovasi produksi, pengembangan karyawan, dan pengembangan pasar baru.
Sistem dengan banyak ukuran kinerja dapat menjadi sulit untuk diterapkan dan diadministrasi. Karena criteria pengukuran tidak semuanya dapat dikuintifikasi, maka perbandingan kinerja keseluruhan dari satu divisi dengan divisi lain akan menjadi sulit. Selain itu, manajemen pusat mungkin akan menganggap sulit untuk menerapkan banyak criteria yang tidak dapat dikuantifikasi secara konsisten antar periode dan antar divisi. Ketidakpastian mengenai bobot yang diberikan oleh manajemen pusat pada berbagai ukuran dapat menyebabkan kebingungan bagi manajer divisional, yang kemudian akan menyebabkan tersebarnya usaha dan ketidaksetabilan dalam kinerja divisional.
Perusahaan yang menggunakan berbagai ukuran untuk menilai kinerja divisional menggambarkan meodenya sebagai kemajuan kuantifikasi sebagai standar yang disetujui. Setiap tahunnya, standar umum diadopsi dengan persetujuan manajer divisioal dan manajemen korporat. Nilai diberikan ke standar yang mencerminkan area-area yang memerlukan perhatian khusus di setiap divisi, sebagaiman ditentukan oleh manajemen kinerja diukur sebagai berikut:
1) Laba tahun berjalan dibandingkan dengan laba dari tahun lalu dalam dollar absolute, margin, dan tingkat pengembalian atas modal yang digunakan.
2) Laba dibandingkan dengan anggaran.
3) Kas dan ukuran manjemen modal digunakan. Disini, penekanan ada pada manajemen yang efektif atas persediaan dan utang.
Rencana Kompensasi Insentif Manajemen
Rencana kompensasi insentif digunakan oleh manajemen puncak dan dewan direksi untuk mendorong manajer mengejar cita-cita perusahaan. Manajer di perusahaan besar sering kali menerima gaji pokok plus suatu benuk kompensasi insentif. Bentuk umum dari kompensasi insentif manajemen meliputi berikut ini :
1) Bonus tunai, yang biasanya dibayarkan sekaligus di akhir suatu periode dan didasarkan pada kominasi dari kinerja korporat, kinerja individual, dan tingkat manajemen.
2) Bonus saham, yang ditenukan dengan cara yang sama dengan bonus tunai.
3) Kompensasi ditunda, yang dibayarkan dalam bentuk tunai dan / atau saham yang tidak akan diberikan sampai suatu periode di masa depan. Daalm beberapa kasus, manajer tersebut diharuskan unuk melakuakan investasi tahunan dan perusahaan mengaitkan kontribusinya.
4) Opsi saham, yang memberikan kepada manajer suatu hak unu membeli saham pada harga tertentu dalam periode tertentu. Insentif ini untuk membantu perusahaan meningkatkan harga pasar dari sahamnya sebanyak mungkin dalam periode opsi.
5) Hak atas kenaikan saham, yang serupa dengan opsi saham kecuali bahwa manajer tidak di haruskan untuk membeli saham tersebut melainkan menerima jumlah yang setara dengan kenaikan saham di akhir dari periode tertentu.
6) Saham kinerja, yang merupakan hadiah saham yang dibayarkan kepada manajer hanya setelah cita-cita jangka panjang tertentu telah dicapai.
Insentif kinerja bagi setiap manajer harus sejajar dengan kepentingan keseluruhan dari perusahaan. Bonus tunai dan saham yang didasarkan pada hasil dari suatu priode memberikan hanya insentif jangka pendek. Sebaliknya, opsi saham, hak atas kenaikan saham, dan saham kinerja hanya akan berharga jika perusahaan meningkat dalam jangka panjang.
Memilih Ukuran Kinerja
Supaya efektif, ukuran kinerja yang dipilih harus dapat dikendalikan oleh manajer yang akan dievaluasi. Ukuran kinerja dan rencana kompensasi insentif terkait sebaiknya
(1) menghargai kinerja jangka panjang; (2) menghubungkan kompensasi insentif guna mencapai cita-cita strategis (non financial), seperi target pangsa pasar, tingkat produktivitas, perbaikan dalam kualitas produk, pengembangan produk, dan pengembangan karyawan; (3) mengevaluasi laba operasi sebelum keuntungan dari transaksi keuangan; sebelum pengurangan atas pengeluaran yang disetujui untuk riset dn pengembangan, perbaikan kualitas dan pemeliharaan preventif; dan sebelum pengurangan untuk jumlah incremental atas penyusutan yang dipercepat.