Fasilitas drainasi umumnya berupa sistem saluran untuk pembuangan air dan beberapa bangunan air untuk operasi dan pemeliharaan. Sesuai dengan tujuan pembuatan fasilitas drainasi pada umumnya, yaitu untuk menjaga suatu wilayah areal tertentu agar bebas dari akibat negatif banjir atau genangan yang berlebihan, maka bangunan drainasi harus dirancang sedemikian hingga mampu untuk mengeluarkan atau membuang beban genangan yang terjadi, baik karena hujan atau luapan air dan luar sistem aliran wilayah yang ditinjau.
Atau dengan kata lain kapasitas sistem drainasi yang akan dibuat harus cukup mampu untuk menampung debit aliran sesuai beban genangan yang ditentukan.
Dalam hal ini cara penentuan beban rancangan drainasi tergantung kepada tipe sistem drainasi dan kondisi wilayah drainasi. Berdasarkan cara drainasi dikenal 2 tipe sistem drainasi, yaitu drainasi permukaan (surface drainage) dan drainasi bawah permukaan (subsurface drainage).
Tipe pertama banyak diterapkan pada perancangan sistem drainasi untuk wilayah pemukiman yang relatif sebagian besar arealnya merupakaan permukaan kedap air (impervious). Sistem drainasi bawah permukaan biasanya digunakan untuk keperluan pertanian, yaitu untuk menjaga kelengasan tanah pada suatu kadar tertentu agar tidak mengakibatkan terhambatnya proses fisiologis tanaman serta mencegah pembusukan akar tanaman.
Pada tipe pertama yang harus ditetapkan adalah besarnya debit aliran permukaan rancangan sedangkan tipe kedua adalah kapasitas infiltrasi yang diartikan sebagai kemampuan maksimum lapisan tanah meneruskan gerakan air baik secara horisontal maupun vertikal. Parameter tanah tersebut merupakan salah satu karakteristik hidrologi areal yang ditinjau yang dapat diperkirakan nilainya dengan melakukan survey hidrologi tertentu.
Kedua besaran rancangan tersebut akan menentukan tipe, bentuk serta dimensi saluran atau jaringan pipa drainasi yang akan dibuat. Dalam hal ini peranan ilmu
hidrologi adalah untuk melakukan hitungan perkiraan kedua besaran rancangan tersebut berdasarkan data hidrologi yang dapat diperoleh. Untuk debit rancangan fasilitas sistem drainasi permukaan umumnya dilakukan pendekatan dengan pendekatan koefisien aliran permukaan (runoff coefficient), yaitu rasio yang menyatakan jumlah bagian hujan yang menjadi limpasan permukaan. Persoalan yang muncul adalah penentuan nilai hujan sebagai masukan hitungan debit rancangan tersebut.
Dalam hal ini inilah hujan rancangan ditetapkan berdasarkan tujuan drainasi dan tingkat resiko yang dikehendaki. Sebagai gambaran misalnya persyaratan drainasi untuk pemukiman moderen tentunya tidak akan sama dengan drainasi untuk lahan sawah padi. Pada wilayah pemukiman moderen genangan air akibat curah hujan secepatnya harus dapat dikeringkan, sedangkan areal sawah padi mempunyai toleransi genangan yang relatif cukup lama, 2-3 hari. Secara umum dapat dikatakan peran ilmu hidrologi adalah untuk menetapkan hujan rancangan dan beban aliran rancangan untuk kedua macam tipe drainasi tersebut.