Meskipun telah diungkapkan berabad lamanya, pernyataan dari Heraclitus, “tidak ada sesuatu yang tetap atau permanen, kecuali perubahan itu sendiri”, pernyataan ini dirasakan tidak pernah usang. Memang semua selalu berubah, tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan secara sederhana dapat diartikan sebagai “sesuatu yang berbeda dari sebelumnya”. Dalam pengertian ini berarti ada sesuatu yang berganti, bergeser, atau berubah sejalan dengan berputarnya waktu.
Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dalam segala aspeknya. Organisasi sebagai komponen dari masyarakat, juga tidak luput dari proses perubahan ini. Perubahan organisasi merupakan fenomena yang senantiasa terjadi sebagaimana masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Perubahan organisasi dapat dipandang sebagai suatu variasi dari cara-cara yang telah mapan, yang selama ini berlangsung dalam organisasi dan selama ini dipergunakan dan ditaati oleh anggota organisasi dalam melakukan aktifitasnya dalam organisasi. Dengan kata lain, perubahan organisasi merupakan sesuatu yang berbeda dari apa yang selama ini ada dan telah berlaku dalam organisasi.
Dalam suatu organisasi sejak awal dibentuknya, telah mulai berkembang cara-cara beraktifitas yang dipandang sesuai dengan tujuan organisasi dan lingkungan dimana organisasi itu berada. Cara-cara beraktifitas ini makin lama makin mapan dan menjadi suatu pola perilaku yang dijadikan ukuran untuk bertindak, menjadi pedoman yang diterima dan ditaati oleh semua anggota organisasi dalam berinteraksi maupun beraktifitas.
Oleh sebab itu, ketika para anggota organisasi itu beraktifitas bersama, mereka dapat dengan mudah melakukannya dan saling dapat mengenal, memahami bahkan meramalkan perilaku pihak lain dalam organisasi itu. Tidaklah mengherankan jika masuknya anggota baru tidak kemudian menyebabkan timbul masalah yang cukup berarti dalam organisasi, karena anggota baru itu akan berupaya menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap pola-pola perilaku dalam aktifitas organisasi itu. Jadi dengan adanya cara-cara yang terpola itu, aktivitas organisasi dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Meskipun cara-cara beraktifitas yang mapan itu menjadi pedoman bagi semua anggota organisasi, namun cara-cara beraktifitas itu bukannya sesuatu yang tidak dapat berubah. Perubahan terhadap pola-pola beraktifitas yang mapan itu dapat terjadi, baik karena sebab dari dalam maupun dari luar organisasi.
Perubahan-perubahan atas cara-cara beraktifitas yang mapan ini dapat terjadi secara mendasar maupun tidak mendasar. Perubahan yang tidak mendasar dapat terjadi misalnya dengan masuknya anggota baru dalam aktifitas yang selama ini dijalankan oleh organisasi. Bertambahnya anggota ini akan mengubah cara-cara beraktifitas yang telah mapan itu sebagai usaha untuk mengakomodasi masuknya anggota baru, dan selanjutnya pola ini akan menjadi pola baru yang kemudian menjadi mapan kembali. Jadi disini tidak ada perubahan mendasar yang terjadi.
Berbeda dengan itu, perubahan mendasar akan dapat terjadi jika polapola aktifitas yang mapan, yang selama ini menjadi pedoman perilaku dan interaksi antar anggota dalam organisasi itu berubah secara mendasar. Perubahan ini dapat disebabkan karena sebab dari dalam, misalnya perubahan tujuan, introduksi teknologi yang baru, struktur organisasi, perubahan bagianbagian dan sebagainya, maupun perubahan dari luar, misalnya berubahnya pangsa pasar, perubahan sistem ekonomi masyarakat serta perubahan kondisi lingkungan organisasi lainnya.
Perubahan-perubahan pada pola-pola aktivitas yang mapan ini akan memiliki dampak bagi individu, kelompok maupun bagi organisasi secara keseluruhan. Reperkusi perubahan itu dapat berdampak bagi individu. Organisasi mengintrodusi perubahan melalui orang-orang atau individu dalam organisasi. Jika orang-orang yang ada dalam organisasi tidak memiliki kehendak cukup besar dan tidak memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan organisasi, maka perubahan akan sukar dilakukan.
Hal ini terjadi misalnya jika introduksi teknologi baru yang digunakan organisasi tidak ditanggapi dengan upaya untuk mempelajari teknologi baru itu dan tidak segera dilaksanakan sesuai dengan rencana penerapan teknologi itu, karena dipandang akan menyingkirkan orang-orang yang tidak memiliki ketrampilan maupun kemampuan yang sesuai dengan teknologi itu.
Sebaliknya, jika kehendak untuk melakukan perubahan itu kuat, dan usaha itu segera diwujudkan dengan tindakan nyata, maka perubahan organisasi dapat dengan cepat terjadi. Pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan untuk belajar beradaptasi dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pola perilaku yang sesuai dengan lingkungannya yang senantiasa mengalami perubahan secara terus menerus. Universitas Gadjah Mada
Kelompok yang ada dalam organisasi juga memainkan peran penting dalam merespon perubahan organisasi. Peran kelompok-kelompok dalam organisasi dapat berbeda-beda, misalnya, kelompok-kelompok dapat dipergunakan sebagai media perubahan (medium of change), kelompokkelompok sebagai sasaran perubahan (target of change) dan kelompokkelompok sebagai agen perubahan (agent of change).
Ini semua menunjukkan bahwa kelompok-kelompok dalam organisasi memiliki peran penting dalam perubahan organisasi. Jika makin banyak pihak, balk individu anggota organisasi maupun kelompok-kelompok dalam organisasi, yang terkena dampak perubahan, maka secara keseluruhan, organisasi juga akan mengalami perubahan.
Sudah barang tentu respon terhadap perubahan itu akan berbeda-beda. Jika perubahan dirasakan memberikan kemudahan dan keuntungan maka perubahan itu akan cepat diterima, atau jika perubahan itu tidak secara Iangsung memiliki konsekuensi tertentu maka respon tidak akan diberikan, sebaliknya jika perubahan itu secara langsung merugikan, maka pihak-pihak yang dirugikan itu akan berupaya menolak atau jika mungkin melakukan perlawanan terhadap perubahan itu.
Perbedaan respon atau reaksi terhadap perubahan dalam organisasi ini tidak didasarkan pada kenyataan atau fakta yang ada, tetapi lebih banyak ditentukan oleh persepsi yang dimiliki oleh para anggota dalam organisasi. Jadi dalam hal ini, apa akibat yang diterima sebagai dampak dari perubahan, adalah ditentukan oleh bagaimana para anggota organisasi itu melihat dan memaknai situasinya. Suatu perubahan yang berhasil merupakan perubahan yang memiliki kekuatan lebih besar untuk mengatasi penolakan dan perlawanan terhadap perubahan itu.
Perubahan-perubahan organisasi dapat terjadi pada tingkat individu, kelompok maupun bagi organisasi secara keseluruhan.
Perubahan ini dapat berupa perubahan pengetahuan (knowledge change), perubahan sikap (attitudinal change) maupun perubahan pada tingkat kelompok atau organisasi (group or organizational change). Meskipun dapat dibedakan satu sama lain, namun perubahan-perubahan ini pada dasarnya saling berkaitan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain.
Perubahan pengetahuan merupakan perubahan yang paling mudah terjadi dalam organisasi. lni antara lain terjadi melalui bertambahnya pengetahuan dan wawasan para anggota dalam suatu organisasi. Cara bagaimana pengetahuan ini berubah antara lain dengan membaca informasi (buku, data, dan sebagainya), maupun hanya dengan mendengar mengenai suatu informasi dari pihak lain yang mampu memberikan informasi baru. Universitas Gadjah Mada
Perubahan sikap merupakan perubahan yang lebih sukar dan lebih mendasar dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Struktur pengetahuan seseorang pada dasarnya berbeda dari struktur sikapnya. Pengetahuan seseorang bisa saja bertambah luas dan mendalam, namun sikapnya tidak selalu mengikuti perubahan pengetahuan ini. Hal ini disebabkan karena perubahan sikap menyangkut aspek emosi yang berubah, yang bisa sejalan dengan perubahan pengetahuan itu atau bisa pula sebaliknya. Perubahan perilaku seseorang secara individual jauh lebih sukar lagi dibandingkan perubahan pengetahuan dan perubahan sikap. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa perilaku seseorang secara individual tidak selalu sejalan dengan pengetahuan dan sikapnya.
Sebagaimana perubahan perilaku seseorang secara individual yang merupakan perubahan yang tidak mudah, perubahan perilaku kelompok jauh lebih sukar dan lebih rumit (complicated). Perubahan perilaku kelompok dan pada akhirnya perubahan organisasi akan berkaitan erat dengan perubahan norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, dan secara keseluruhan “budaya” yang ada dalam organisasi itu akan berubah, dimana perubahan semacam ini merupakan perubahan yang sangat memerlukan banyak waktu.
Terdapat banyak cara bagaimana suatu organisasi mengalami perubahan. Adalah sangat tidak mungkin untuk menyebut berapa banyak cara suatu perubahan organisasi dapat terjadi. Namun yang pasti bahwa pada umumnya, ketika suatu perubahan terjadi maka pengaruhnya akan segera dialami tidak saja oleh bagian yang terkena secara langsung oleh perubahan itu, tetapi juga bagian lain yang berkaitan dengan bagian yang secara langsung terkena perubahan itu.
Adanya bermacam-macam cara dari perubahan organisasi, pada gilirannya akan menghasilkan masalah di dalam organisasi maupun terhadap lingkungan organisasi yang bermacam-macam pula.
Sebagaimana tidak mungkinnya menghitung bagaimana cara perubahan organisasi terjadi, adalah tidak mungkin pula untuk menghitung banyaknya masalah yang timbul sejalan dengan adanya perubahan organisasi ini, demikian juga tidak mungkin dapat memperhitungkan kemungkinan reaksi yang muncul dalam merespon perubahan ini. Dapat saja satu perubahan akan mendapatkan reaksi tunggal, tetapi pada umumnya reaksi yang muncul merupakan reaksi yang beraneka ragam dari banyak anggota organisasi yang mengalami perubahan itu.
Pada setiap organisasi pada dasarnya selalu menghadapi suatu dilema yang berkaitan dengan perubahan organisasi ini. Pada satu sisi, organisasi memiliki tuntutan untuk selalu berubah agar dapat menjaga kemampuannya dalam berkompetisi dengan organisasi lain dalam persaingan yang makin ketat, juga dalam menerapkan teknologi dan metode yang lebih efektif dan efisien, serta dalam menjaga keseimbangan yang harmonis dengan lingkungannya.
Disisi yang lain, organisasi juga bertahan terhadap perubahan atas dasar tuntutan menjaga stabilitas dan kepastian-kepastian yang dimilikinya, Hal ini nampak misalnya organisasi harus dapat menjaga kestabilan hasil (output), dapat direncana pengeluaran dan pemasukannya maupun menjaga integritas finansialnya. Disini organisasi mengalami dilema, bagaimana organisasi dapat mewujudkan tuntutan untuk selalu mengalami perubahan, tanpa harus mengganggu aktifitas operasional yangtelah, sedang dan akan dilakukan.