Menurut Carroll dan Tosi (1977) terdapat beberapa pengaruh dari keanggotaan seseorang pada suatu kelompok di dalam suatu organisasi:
(a). Dukungan Individual
Terdapat beberapa keuntungan dengan keikutsertaan seseorang sebagai anggota kelompok. Manusia memiliki berbagai kebutuhan dasar dan berbagai kebutuhan dasar ini dapat terpenuhi dengan ia menjadi anggota suatu kelompok. Hal yang paling nampak adalah bahwa kelompok memberikan kesempatan bagi individu untuk berinteraksi sosial. Tidak dapat dibayangkan jika orang-orang yang berada dalam suatu aktifitas atau unik kegiatan tertentu, tidak saling berinteraksi.
Kahadiran orang lain tidak hanya memberikan pengaruh dalam berinteraksi itu, tetapi lebih jauh lagi, kehadiran orang lain merupakan salah satu kebutuhan dasar dari setiap manusia yang normal, yaitu saling kenal, berkomunikasi, bergaul dan saling bertukar pengalaman serta membagi perasaan, baik suka maupun duka. Ini jelas dapat dipenuhi ketika ia berada dalam kelompok, jadi kelompok memberikan sebagian dari apa yang sangat mendasar dibutuhkan oleh anggotanya, yaitu kebutuhan untuk saling berinteraksi.
Dalam kelompok pula seseorang merasa diperhatikan dan permasalahan yang dihadapinya terkadang mendapatkan pemecahan. Banyak persoalan yang dihadapi seseorang terkadang tidak dapat dipecahkannya sendiri. la kemudian membutuhkan kehadiran orang lain, baik untuk sekedar mendengarkan masalah yang dihadapinya, maupun mengharapkan sumbang saran bagi pemecahan masalah yang dihadapinya itu. Sebaliknya, kehadirannnya juga dibutuhkan oleh orang lain untuk hal yang sama.
Ini berarti, melalui keanggotaannya dalam kelompok, seseorang dapat memperoleh perhatian dan pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya. Ragam masalah yang dihadapi setiap orang dalam kelompok pada dasarnya cukup besar, tidak hanya yang berkaitan dengan kegiatan atau aktifitas yang secara bersama dilakukan, maupun masalahmasalah pada tingkat kelompok itu saja, tetapi juga masalah lain diluar itu, misalnya masalah keluarga, masalah pribadi dan sebagainya.
Kelompok juga menyediakan pertolongan dan bantuan yang dibutuhkan oleh anggotanya. Tidak semua orang dalam kelompok memiliki kemampuan yang sama dalam menghadapi masalah, terkadang masalah itu dirasakan sangat berat sehingga ia membutuhkan orang lain dalam memecahkannya.
Bantuan itu tidak hanya sekedar saran atau pendapat, tetapi ia membutuhkan lebih dari itu. Ini semua dapat dipenuhi oleh adanya kelompok. Tidak jarang anggota kelompok dalam suatu organisasi kerja, membutuhkan bantuan secara ekonomis kepada anggota lain, misalnya ketika ia sakit dan membutuhkan biaya perawatan yang tidak segera dapat disediakannya, sedangkan organisasi dimana ia berada tidak menyediakan bantuan perawatan kesehatan, maka kepada anggota ia dapat memperoleh bantuan ini.
Bantuan dan pertolongan kelompok tidak hanya pada masalah keseharian seperti itu, tetapi juga bantuan dan pertolongan dalam menghadapi masalah yang berakitan dengan aktifitas atau kegiatan organisasi. Dalam organisasi misalnya, melalui kelompok pula anggota baru dapat mengenal aturan dan tata kerja yang harus dikutinya dan mengetahui pula larangan yang tidak boleh dilanggarnya.
Anggota baru dapat memperoleh petunjuk dan nasehat dari anggota kelompok yang lain sehingga ia mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugasnya. Sebagai contoh, seorang anggota baru dalam suatu unit kerja dalam suatu pabrik, belum mengenal kebiasaan yang berlaku di kalangan pekerja lain dalam unit yang sama, akan segera dapat menyesuaikan diri melalui pengenalannya terhadap kebiasaan kelompok pada unit kerja itu, sehingga ia cepat menyesuaikan diri dan cepat diterima oleh kelompok pekerja pada unit yang sama itu.
Kelompok juga memberikan perlindungan bagi anggotanya secara individual. Ini berarti bahwa kelompok berdiri pada posisi depan, melindungi anggotanya dari berbagai bentuk tekanan yang ditujukan kepada anggotanya. Sebagai satu kesatuan, kelompok biasanya menjadi kokoh. Jika secara perorangan mungkin seseorang tidak memiliki keberanian, maka dalam kelompok dapat saja mengambil posisi yang lebih berani, misalnya dihadapan pengawas atau bahkan terhadap organisasi.
Sebagai contoh, secara individual seorang pekerja dalam suatu organisasi produksi tidak berani menentang keputusan mengenai jumlah jam lembur dan besarnya uang lembur yang diterima, tetapi secara bersama dalam kelompok, mereka menjadi merasa memiliki kekuatan untuk berani menyampaikan persoalan itu dan menghadapi tekanan yang datang dari organisasi.
Kelompok menjadi tempat bagi anggotanya untuk berlatih dan sekaligus mempraktekkan berbagai kemampuan dan ketrampilan, termasuk juga ketrampilan dalam hal kepemimpinan. Bahkan jika kelompok itu kemudian mendapat posisi terhormat dihadapan kelompok lain, maka anggota kelompok itu dengan sendirinya memperoleh kenaikan status pula dihadapan anggota berbagai kelompok lainnya.
Pekerja pada suatu unit pengepakan produk di suatu pabrik misalnya, memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari lembaga pendidikan atau pelatihan kerja tertentu, belum tentu dapat mempraktekkan apa yang didapatkannya semasa pendidikan atau pelatihan itu pada kerja yang sesungguhnya. la membutuhkan praktek yang langsung dan ini hanya dapat dilakukan melalui kerjasama dengan anggota kelompok pada unit itu sehingga ia menjadi makin terampil dan dapat melakukan penyesuaian terhadap apa yang secara nyata dihadapinya.
Tidak jarang karena kemampuan individual seseorang memiliki kelebihan dari orang lain, misalnya dalam memahami orang lain, mengartikulasikan kepentingan diri dan kelompoknya sehingga ia dipandang sebagai pemimpin informal dalam unit itu. Proses dimana seseorang kemudian menduduki posisi sebagai pemimpin informal bukanlah sesuatu yang langsung tercipta, proses ini hanya dapat dilakukan dalam kelompok dalam waktu yang tidak singkat.
Dengan demikian, kelompok memberikan kemungkinan seseorang yang secara individual memiliki kelebihan untuk melakukan kepemimpinan itu, dapat mempraktekkan dan sekaligus kemudian mengkondisikan seseorang itu pada posisi pemimpin, meskipun informal sifatnya, karena pada unit kerja itu ada anggota yang karena struktur organisasi yang ada, mendapatkan posisi secara formal sebagai pemimpin pada unit kerja atau kegiatan pada organisasi itu. Dengan demikian, dapat dikatakan, anggota kelompok tumbuh dan berkembang dalam kelompok dan dalam kelompok itu pula tiap-tiap anggota saling belajar satu sama lain.
(b). Sikap Anggota Kelompok
Anggota suatu kelompok juga dipengaruhi dalam sikapnya oleh apa yang diharapkan dan apa yang diinginkan dari anggota yang lain. Jadi sikap anggota kelompok ditentukan oleh anggota lain dalam kelompok itu. Ini berkaitan dengan kuat atau lemahnya ikatan kelompok tersebut. Jika ikatan kelompok kuat, maka norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu akan cenderung mendominasi sikap-sikap anggota kelompok, sebaliknya jika ikatannya lemah, norma-norma kelompok tidak mendominasi sikap anggota kelompok.
Sebagai contoh, dalam suatu organisasi, terdapat suatu sikap dimana orang lebih mengutamakan dulu suatu kewajiban dari pada menuntut hak yang semestinya diterima sehubungan dengan kewajiban yang dilakukannya itu. Ini bisa terwujud karena kuatnya ikatan antar anggota sehingga setiap anggota merasa memiliki kekuatan mengontrol orang lain dan sebaliknya dirinya juga senantiasa dikontrol oleh anggota lain dalam organisasi itu. Penyimpangan terhadap norma ini akan mendapatkan sorotan kuat dari orang lain dalam organisasi itu, sehingga setiap orang merasa diikat oleh suatu kewajiban yang sama, yaitu menegakkan norma dan menghindari penyimpangan atau pelanggaran terhadap norma itu.
Sebagai contoh yang lain, lemahnya ikatan kelompok menyebabkan penegakkan norma kelompok menjadi lemah pula. Pelanggaran dan penyimpangan terhadap suatu norma menjadi sesuatu yang biasa dan tidak ada kontrol yang kuat dari anggota lain terhadap penyimpangan atau pelanggaran itu, sehingga setiap anggota dapat bersikap semaunya sendiri karena orang lain tidak akan memperhatikan dan memperdulikan sikapnya itu.
Misalnya dalam suatu organisasi yang menetapkan aturan bahwa waktu kerja antara jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang sebagai waktu kerja efektif. Jika ada anggota yang datang terlambat dan tidak ada sanksi apapun atas keterlambatannya itu, baik dari organisasi maupun dari orang lain dalam kelompoknya, maka kecenderungannya aturan itu tidak akan efektif berlaku. Tiap anggota tidak merasa diawasi dan dikontrol oleh anggota yang lain serta tidak merasakan sanksi apapun jika terlambat. Sikap disiplin terhadap waktu tidak dapat ditegakkan karena ikatan kelompok yang lemah, yang karena lemahnya ikatan kelompok ini, kontrol anggota kelompok terhadap anggota kelompok tidak dapat efektif dijalankan.
(c). Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja tidak hanya dirasakan oleh seseorang dalam organisasi kerja, tetapi dirasakan pula oleh kelompok. Seorang pekerja baru yang memulai tugasnya dalam suatu organisasi kerja produksi misalnya, akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi jika pekerja itu dapat diterima sebagai anggota kelompok pada unit dimana ia ditempatkan. Sebaliknya, jika dalam suatu lingkungan kerja seorang pekerja mengalami pembatasan dalam berinteraksi dengan pekerja lain pada unit yang sama dalam organisasi itu, maka kepuasan kerja yang dirasakannya akan cenderung menurun.
Kepuasan kerja lebih berkaitan dengan perasaan diterima dan kenyamanan dalam bekerja. Oleh sebab itu, perasaan tidak diterima dalam lingkungan itu akan membuat seseorang tidak merasa nyaman dalam bekerja. Akibatnya, selain merasa selalu curiga terhadap orang lain dalam lingkungan kerja itu, ia juga merasakan sukarnya bekerja sama dengan orang lain. Perasaan tersisih atau tidak diterima dalam kelompok ini memiliki pengaruh besar pada perstasi kerja yang dihasilkannya.
Sebaliknya, jika masuknya seseorang dalam kelompok pada suatu unit kerja organisasi dapat dilakukan dengan mudah, maka kerjasama dengan anggota lain dalam kelompok itu akan dengan mudah dibangun sehingga ia akan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok atau bagian dari suatu unit kerja. Penerimaan kelompok terhadap seseorang yang baru dalam kelompok itu akan menciptakan suatu kenyamanan kerja, dimana anggota baru itu dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan anggota lain yang telah ada lebih dulu dalam kelompok itu.
(d). Ketidak-hadiran dan Perpindahan dalam Kerja
Terdapat suatu hubungan yang kuat antara tingkat kepuasan kerja dengan ketidak hadiran dalam kerja. Jika tingkat kepuasan kerja mengalami penurunan maka ketidak hadiran dalam kerja akan cenderung mengalami peningkatan. Jadi, pada unit-unit organisasi dimana kehadiran seseorang dapat diterima dalam kelompok sebagai bagian atau anggota kelompok itu cukup tinggi, sehingga seseorang itu dapat memiliki kesempatan untuk bergaul dan berinteraksi secara baik dengan anggota kelompok dimana ia berada, maka kecenderungan untuk tidak hadir dalam kerja cenderung rendah. Sebaliknya, jika penerimaan atas kehadiran seseorang dalam kelompok tendah sehingga ia merasa tidak dapat bergaul dan berinteraksi dengan anggota lain dalam kelompok itu, maka kecenderungan tidak hadir dalam kerja akan tinggi.
Hal seperti ini tidak hanya terjadi pada masalah ketidak hadiran seseorang dalam kerja, tetapi juga dalam masalah perpindahan antar bagian dalam organisasi. Jika seseorang merasa mendapatkan kepuasan kerja dalam suatu bagian dalam organisasi, maka ia cenderung tidak ingin berpindah ke bagian lain. Sebaliknya, jika pekerja itu merasakan ketidak nyamanan dalam kerja, karena kehadirannya tidak dapat diterima dalam unit atau bagian dimana ia bekerja, maka kecenderungan untuk berpindah ke bagian lain cukup besar. Bahkan tidak mustahil, tidak diterimanya seseorang dalam kelompok itu dapat menyebabkan seseorang keluar dari organisasi itu.
(e). Sikap Tolong Menolong
Sikap tolong menolong diantara sesama anggota kelompok merupakan suatu sikap atau aktivitas yang berlaku secara universal. Artinya, dimanapun dan kapanpun aktifitas ini dapat terjadi atau dapat ditemukan dalam semua bentuk kelompok, misalnya keluarga, organisasi kerja industri, kesatuan militer dan sebagainya.
Keluarga sebagai suatu kelompok primer, tolong menolong antar anggotanya merupakan dasar yang paling utama sehingga dapat dikatakan bahwa setiap anggota keluarga membutuhkan anggota yang lain karena adanya sikap tolong menolong ini. Dalam organisasi kerja industri, meskipun terdapat aturan dan pembagian kerja yang kompleks, tetapi tolong menolong antar anggota dalam organisasi itu senantiasa akan dapat ditemukan. Tidak hanya tolong menolong yang berkaitan dengan pekerjaan, tetapi juga dalam hal lain di luar pekerjaan. Dalam kesatuan militer, kerjasama dan tolong menolong merupakan dasar bagi terciptanya solidaritas. Ini sangat diperlukan karena setiap unit militer memerlukan solidaritas yang kuat, terutama dalam berbagai operasi militer. Lemahnya solidaritas dalam unit militer dalam suatu pertempuran, dapat memperlemah kekuatannya sebagai unit dalam suatu operasi militer.
Sikap tolong menolong merupakan sikap yang menunjukkan suatu nilai tertentu, terutama kerjasama dan saling membutuhkan. Sikap tolong menolong ini dapat berperan besar dalam kegiatan organisasi. Sebagai contoh, dengan adanya sikap tolong menolong ini, dimana kerjasama dan saling membutuhkan merupakan dasarnya, maka koordinasi akan mudah dilaksanakan sehingga dapat menunjang kelancaran tugas atau pekerjaan.
Meskipun demikian. sikap tolong menolong dalam kelompok juga bisa memiliki segi negatip. Terdapat banyak contoh bahwa tolong menolong memiliki arti yang negatip. Seorang anggota kelompok dalam suatu unit organisasi produksi yang tidak hadir atau meninggalkan pekerjaan, dapat lepas dari pengamatan seorang mandor atau pimpinan karena anggota lain yang ada dari kelompok itu menutupi ketidak hadiran temannya dengan berbagai alasan, misalnya dengan menyatakan sedang ke bagian lain atau alasan lainnya yang dibuat sekedar menutupi ketidak hadiran anggota kelompoknya.
Segi negatip lain dari sikap tolong menolong ini misalnya dalam suatu pabrik ketika anggota kelompok mendapatkan perlakuan tidak adil dari pihak pimpinan organisasi produksi ini. Perasaan solidaritas anggota kelompok lain dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menyampaikan secara lesan keberatan atas perlakukan itu, atau menunjukkan sikap yang tidak bekerjasama dengan pihak pimpinan dalam kerja, atau lebih jauh lagi melakukan pemogokan sebagai bentuk solidaritas diantara anggota kelompok, bahkan tidak mustahil tolong menolong ini dapat dilakukan untuk melakukan sabotase sehingga dapat merugikan
(f). Ketegangan dan Kegelisahan
Sumber dari ketegangan dan kegelisahan pada dasarnya adalah pada ikatan kelompok. Pada kelompok yang memiliki ikatan kelompok yang kuat, kecenderungan terjadinya kegelisahan dan ketegangan akan rendah. Sebaliknya pada kelompok yang ikatannya lemah, ketegangan dan kegelisahan cenderung tinggi.
Seperti yang di kemukakan di atas, dalam kelompok yang kesempatan bergaul dan berinteraksi terbuka dan anggota lain merasakan adanya suatu kenyamanan dalam bekerja, maka kegelisahan dan ketegangan dalam kerja akan cenderung menurun. Jadi, secara jelas terlihat bahwa kelompok sangat berpengaruh terhadap segi kesehatan mental dari anggota, karena dalam kelompok anggota mendapatkan perlakukan yang dapat mengurangi atau sebaliknya, meningkatkan ketegangan dan kegelisahannya dalam bekerja.
(g). Perkembangan Individual
Secara individual, anggota kelompok dalam suatu organisasi kerja mengalami pertumbuhan dan perkembangan dibawah pengaruh kuat dari kelompok yang ada dalam organisasi kerja itu. Ini berarti bahwa secara individual, pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seseorang dalam suatu organisasi kerja dipengaruhi oleh kelompoknya. Situasi kerja dan situasi sosial dalam pekerjaan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan pertumbuhan kemampuan pekerja secara individual.