Lompat ke konten
Kategori Home » Kehutanan » Pengaplikasian Analisis Break Even Point (BEP) Dalam Unit Perusahaan Hutan

Pengaplikasian Analisis Break Even Point (BEP) Dalam Unit Perusahaan Hutan

  • oleh

Dari segi kelestarian hutan, besarnya produksi telah diatur secara lestari dalam RKT-RTT. Jatah RKT-RTT merupakan batas maksimal produksi yang diperbolehkan. Persoalannya adalah pada keuntungan atau dengan pertingkat produksi berapa perusahaan akan memperoleh ataan lain harus diketahui lebih dulu berapa BEPnya.

Sebagai contoh:

Perusahaan HPH dengan target RKT sebesar 80.000m3/tahun. Berapa produksi pada BEPnya, hal ini dapat diketahui setelah ketetapan dalam rumus dimuka diketahui dan ternyata produksi produksi beberapa pada titik BEP misalnya 60.000 m3/th. Angka target produksi pada BEP ini diperlukan oleh perusahaan   dalam   rangka   pengendalian   dan   pengawasan kinerja produktivitas perusahaan secara keseluruhan.

Direksi, manajer dan kanyawan harus untuk memenuhi target produksi di atas BEP agar supaya penusahaan berusaha mendapat keuntungan. Untuk menampung terjadinya penyimpangan maka perusahaan dapat saja membuat 2 macam budget alternatif dengan skenario masih tetap untung tetapi besarnya keuntungan tidak sama.

Sebagai contoh dapat dibuat budget :

a. skenario dengan produksi sebear 70.000 m3/tahun

b. skenario dengan produksi sebesar 80.000 m3/tahun (maksimal)

Besarnya keuntungan akan dipakai sebagai dasar dalam pemberian bonus/premi kepada karyawan sesuai kinerja/produktivitas yang dicapai.

Perusahaan hutan penghasil kayu bulat tentunya ada variasi dalam hasil produksi karena jenis, ukuran dan kualitas kayu. Dalam hal ini maka penggunaan analisis BEP merupakan pendekatan. Sebagai contoh HPH memproduksi lebih dan satu jenis kayu akan tetapi karena 70-80% didominasi oleh jenis meranti maka untuk penetapan harga jual dipakai jenis meranti. Demikian pula halnya ukuran diameter produk tersebut dapat diketahui dominasinya misalnya ukurannya kurang lebih 70-80 cm.

Apabila terdapat banyak produk pendekatannya harus ada koreksi dengan menghitung variasi/penyimpangan berapa persen nilai dominan!tidak dominan masing- masing produk dan adanya perbedaan harga jual apakah cukup besar diantara jenis produk diatas. Disamping itu salah satu manfaat analisis di muka adalah dapat dipelajari pengaruh biaya, prodyksi dan harga jual terhadap perkiraan keuntungan perusahaan. Dalam dinamika perusahaan tentunya dapat terjadi perubahan baikyang positif maupun yang negatif, contoh kasus misalnya:

  • Adanya kasus terjadinya penurunan harga kayu atau sebaliknya terjadi kenaikan harga. Apabila nilainya telah diketahui maka perusahaan akan mudah dan cepat untuk mengantisipasi antara lain dengan melakukan revisi terhadap budget yang telah dibuat.
  • Pada kasus lain terjadinua perubahan biaya variabel, misalnya adanya tuntutan kenaikan upah buruh/karyawan atau adanya ketetapan kenaikan upah minimum regional (umur) dan pihak pemerintah, ketetapan pemerintah untuk kenaikan BBM, perubahan nilai tukar dollar terhadap rupiah terhadap biaya suku cadang.
  • Adanya perubahan dalam kinerja produksi disebabkan oleh faktor alam yang tidak dapat dikendalikan misalnya, adanya curah hujan yang melebihi normal, adanya musibah kebakaran dll.

Dalam dunia usaha tidak terkecuali unit perusahaan dan waktu ke waktu akan terjadi perubahan yang dapat terjadi dalam bulan, triwulan maupun perbedaan kondisi dan tahun ke tahun disebabkan oleh faktor internal perusahaan maupun eksternal perusahaan termasuk pengaruh kebijaksanaan pemerintah. Untuk mengatasi hal ini pimpinan perusahaan harus dinamis, peka terhadap perubahan, mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam membuat alternatif pemecahan masalah sehingga tepat dan akurat di dalam mengambil keputusan khususnya dalam hal untung rugi perusahaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *