Kayu di daerah tropis lembab secara teoritis sulit untuk dapat kering udara, artinya kelembaban kayu di bawah 20 % M sulit dapat dicapai. Inovasi konstruksi yang sesuai dengan kondisi iklim perlu terus diteliti dan dikembangkan. Teknik dan konstruksi yang telah dikembangkan di Negara 4 musim tidak dapat sepenuhnya dikembangkan atau diadobsi di negara 2 musim, terlebih Tropis Lembab seperti di Indonesia. Kendala ini yang perlu disikapi. Harus diakui kesadaran akan persoalan ini tidak banyak dan nyata terlihat dilapangan. Banyak model konstruksi kayu yang tidak ada bedanya dalam pilihan teknik dan alat sambung antara konstruksi terlindung dengan konstruksi yang berada di luar.
Teknik alat sambung yang dikembangkan di negara maju, selain membutuhkan peralatan untuk mengerjakan dan SDM yang memadai sulit juga untuk dapat di penuhi karena mahal, sehingga perlu dicari alternatif atau teknologi yang sesuai: teknik alat dan SDM yang sesuai atau memadai untuk lingkup lokal. Teknologi itu menjadi terjangkau dan dapat terujut dan diterapkan.
1. Kondisi dan situasi lingkungan
Kayu sebagai bahan bangunan biologis, memiliki sifat yang sangat bergantung dengan lingkungan sekitar. Perubahan kelembaban di dalam kayu sangat ditentukan oleh kelembaban, temperatur dan angin di sekitarnya. Di daerah dataran dan dataran tinggi tingkat kelembaban udaranya berbeda, begitu juga cerah hujan ataupun perilaku anginnya.
Kondisi lingkungan menjadi sangat menentukan dan besar pengaruhnya. yang perlu untuk dijadikan bahan pertimbangan sebagai bahan rancangan diantaranya:
- kondisi Iklim setempat, curah hujan, pemanasan matahari dan arah angin
- kondisi tats tanaman
- kondisi dan kualitas tanah, berpasir, tanah liat: porositas tanah
- kemiringan tanah
- tata lingkungan buatan di sekitarnya
- fasilitas lingkungan,
- dsb
Kondisi dan situasi ini tidak lain sebetulnya adalah pengetahuan terhadap tata ekologi lingkungan sekitar. Semua akan berdampak pada bahan bangunan atau khususnya bahan kayu, baik secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung, kayu mengalami pelembaban yang tinggi atau pembusukan oleh serangan jamur. Secara tidak langsung kayu akan mengalami kerusakan karena serangan biologis atau oleh insekta yang datang karena tata lingkungan yang rusak, tidak cukup tersedia makanan bagi Rayap di sekitarnya, dan mencari makanan pada bangunan kayu.
2. Gradasi kelembaban atau sumber kelembaban
lingkungan dan kondisi lanadcape akan dapat memberikan infaormasi tentang kondisi tata kelembaban di sekitarnya. Pada waktu hujan dan kering, kelembaban dapat dipredeksikan, arah aliran atau genangan air dapat diketahui. Sumber kelembaban alami, hujan atau genangan / tampungan air; sungai, kolom dan kemungkinan atau potensial menjadi genangan dengan munculnya bangunan baru dsb. Tata kondisi kelembaban ini akan menunjukkan gradasi atau tingkatan kondisi kelembaban pada lingkungan.
Sumber kelembaban selain dari alami juga ada sumber buatan. Sumber buatan datang dari sekitar namun juga dapat datang dari bangunannya sediri. Hal ini erat berkait dengan tata perencanaan dan perancangan arsitekturnya. Hal yang penting bahwa kelembaban dari unsur buatan ini disadari keberadaannya dan dampak nantinya pada bangunan khususnya terhadap bahan kayunya.
3. Pilihan bahan dan penempatan/ perlindungan kayu secara perencanaan dan secara konstruktif
Dalam tata rancangan bangunan, ada kemunglinan bahan kayu dipergunakan dalam posisi di atas, di bawah atau dapat dan mudah di jangkau dsb. Kondisi ini jauh sebelumnya dapat diperkirakan dan perlu dijadikan satu pertimbangan pokok sebagai dasar atau prinsip perlindungan kayu sebelum dipergunakan. Keadaan ini amat sangat tergantung atau ditentukan oleh perencana bangunan, pengetahuan, kesadaran dan tanggung jawab dalam memperhitungkan efisiensi bahan kayu yang bernilai tinggi.
Dikenal bahwa kayu tidak boleh secara langsung kontak dengan cuaca di luar, panas matahari dan hujan. Dalam perkecualian penggunaan/penempatannya yang tidak dapat ditawar, tidak akan pernah ada semua bagian bangunan terlindung dari cuaca, bahan kayu perlu mendapat perlakukan istimewa: perlindungan secara konstruksi atau dengan bahan perlindung kimiawi.
Hal yang perlu menjadi prioritas, bahwa perlindungan secara kimiawi tak mampu mengatasi persoalan kembang susut dari kayu. Selain ketahanannya yang terbatas juga dampak pemakaiannya terhadap lingkungan sangat membutuhkan perhatian dalam pemakaiannya Dalam hal itu perlindungan secara konstruksi menjadi pemikiran dan pilihan yang sangat penting. Sistem perlindungan secara konstruksi dapat dilihat kembali pada kuliah sebelumnya.
4. Penganginan menerus sebagai upaya stabilitas kelemban
Salah satu faktor perlindungan kayu yang murah dan gampang pengelolaannya adalah angin. Perlakuan dalam perencanaan terhadap faktor angin diharapkan menjadi hal yang pokok, bukan hanya untuk kepentingan penyejuk temperatur di dalam ruang, namun terutama di sini sebagai usaha menjaga konsidi kayu tetap kering, genangan air atau kelembaban kayu yang tinggi dapat cepat diturunkan tanpa banyak mengalami kerusakan.
Konstruksi terbuka yang tidak langsung kontak dengan sumber kelembaban dan pemanas akan sangat membantu usia pemakaian kayu. Disisi lain keterbukaan konstruksi akan mempermudah kontrol keberadaan dan kondisi kayunya setiap seat.
5. Konstruksi bebas/ Pertimbangan ke sistem dukungan beban
kayu dalam konstruksi sangat erat berkait dengan kemampuan elemen kayu dalam mendukung beban yang dipikul dan lama pemikulannya. Pendekatan secara statis menjadi pilihan dan persyaratanm untuk keamanan secara konstruksi dan keawetan dalam hal perubahan bentuk dan terutama kekuatannya. Hal yang perlu dipertimbangkan bahwa pengaruh lingkungan terutama kelemban akan menurunkan kekuatan konstruksi kayu.
Cara konstruksi atau pilihan sistem konstruksi akan mempengaruhi kekuatan dan keawetan bahan kayunya. Sistem struktur, mulai dari cara ikat fondasi termasuk perlindungannya dari pengaruh kelembaban dari bawah, sistem rangkaian dan pembebanan, usaha untuk memperbaiki peril aku pembebanan dan penggunaan bahan kayu secara statis, sistem pengaku dan stabilitas dan juga ketepatan/pertimbangan yang matang terhadap jenis alat sambung kayu yang dipilih mis ketahanan terhadap bahaya kebakaran dsb. Merupakan bagian yang akan berpengaruh terhadap penampilan dan usia pakai bahan kayu.
6. Konstruksi bebas /pertimbangan sistem penyangga, alat sambung dan teknik.
Dalam Praktek pembangunan, ada faktor lain yang perlu menjadi pertimbangan jauh hari. Kemampuan tukang dalam artian ketrampilan dia menggunakan alat untuk mengolah bahan kayu. Teknik dan peralatan ini erat berkait bukan hanya dalam estetikanya namun juga terutama dalam kerusakan bahan kayunya. Kayu yang memiliki arah serat sejajar akan mengalam perlemahan ketikan arah serat sejajar ini dipotong, semakin banyak arat serat sejajar batang dipotong semakin kayu akan mengalami perlemahan mekanis dan perlemahan biologis dan fisikalis. Air akan mudah masuk mengikuti arah serat kayu, perusakan oleh faktor biologis sudah menunggu.
7. Keterbebasan Penggunaan Bahan Kayu dalam Perancangan
Satu faktor yang sangat menghambat perkembangan dan kebebasan dalam perancangan arsitektur dengan bahan kayu adakah kemudahan dalam bereksperimen denagan bentuk. Kayu tidak semudah bahan lain semisal beton dan baja. Sambungan kayu menjadi terlihat besar dan tidak manis, atau bersih. Hal ini akan banyak ditemukan pada penggunakan bahan kayu masif yang memang masih mendimonansi jenis bahan bangunan di Indonesia. Dalam perkembangan bahan dan alat sambung, bahan kayu buatan yang dapat dibentuk dan disambung dengan lem menjawab tantangan Arsitek, dalam bentuk dan bentangan berapun akan dapat dilayani. Peralatan sambung memang sangat neggantungakan bahan lain. Sebagai bahan penyambung, bahan logam perlu mendapat ekstra perhatian ketahanan terhadap api. Perkembangan alat sambung sangat memudahkan dan memberikan nilai estetikan lain, ramping atau dekoratif.