Lompat ke konten
Kategori Home » Ekonomi » Budget bahan baku dan pembelian

Budget bahan baku dan pembelian

  • oleh

1. Budget bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam suatu perusahaan industri dibagi dalam:

  • Bahan baku langsung
  • Bahan baku tak langsung

Bahan  baku  langsung  atau  bahan  baku  produktif  ialah  bahan  baku  yang merupakan   bagian  yang  integral  dari  barang-barang   hasil  produksi,   dan   dapat diidentifikasikan langsung dengan harga pokok dari barang hasil produksi. Bahan baku langsung ini dianggap termasuk dalam biaya variable, ialah biaya yang berubah secara proporsional, sesuai dengan perubahan volume produksi.

Bahan   baku   tak   langsung   ialah   bahan   baku   yang   digunakan   dalam hubungannya  dengan proses produksi, akan tetapi tidak dapat langsung dibebankan kepada barang hasil produksi tertentu. Bahan baku tak langsung ini biasanya disebut bahan bantu atau bahan penolong,  yang terdiri misalnya,  dari  minyak pelumas  dan bahan-bahan untuk mengadakan pemeliharaan.

Budget bahan baku hanya rnengenai bahan baku langsung, sedangkan bahan- bahan penolong dimasukkan dalam budget biaya-biaya produksi tak langsung. Tujuan utama dan penetapan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan secara terperinci dalam budget bahan baku ialah:

1.  Untuk memberikan data kepada bagian pembelian, sehingga dapat direncanakan pembelian bahan baku yang tepat.

2.  Untuk  memberikan  data  kuantitas,  sehingga  dapat  disusun  budget  pemakaian bahan baku (biaya bahan baku) untuk proses produksi.

3.  Memberikan  data  untuk  menetapkan  kuantitas  standar  dan  persediaan  bahan baku,   agar   dapat   melakukan   kontrol   yang   efektif   terhadap   tingkat-tingkat persediaan bahan baku.

4.  Memberikan   data  untuk   menetapkan   kebutuhan   uang  (Cash   budget)   untuk pembelian bahan baku.

5.  Memberikan data untuk melakukan kontrol terhadap bahan baku.

Di dalam suatu perusahaan hutan yang menghasilkan produksi kayu bulat bahan baku dan hasilnya adalah sama (kayu bulat). Oleh sebab itu dalam perusahaan hutan apabila didasarkan hal di atas maka bahan baku yang ada termasuk bahan baku tak langsung  yaitu bahan atau material pendukung  proses  produksi yaitu bahanlmaterial yang diperlukan oleh mesin-mesin alat produksi seperti solar, pelumas, suku cadang, ban, sling dllnya untuk traktor, truck dllnya.

2. Menaksir kuantitas kebutuhan bahan baku

Jika untuk tiap satuart barang yang akan diproduksi sudah diketahui banyaknya bahan  baku yang dibutuhkan,  maka kebutuhan  bahan baku yang  dibutuhkan  untuk proses  produksi  dapat dihitung  dengan  mengalikan  banyaknya  barang-barang  yang akan diprodusir dengan kebutuhan bahan baku untuk tiap satuan produksi.

Jika banyaknya  bahan baku yang dibutuhkan  untuk tiap satuan barang  yang akan dprodusir tidak dapat ditetapkan  dengan mudah, maka kebutuhan  bahan baku untuk proses produksi dapat ditetapkan dengan 4 metode yaitu:

1.  Ratio dari banyaknya  barang-barang  yang akan diprodusir terhadap kuantitas dan tiap macam bahan baku. Ratio untuk bulan yang lalu atau tahun yang lalu dapat dihitung dan data yang ada di pembukuan.  Kemudian  ratio ini dirubah disesuaikan  dengan  kondisi-kondisi  yang  berubah  untuk  tahun  yang  akan datang.

2.  Ratio dari  bahan baku yang digunakan terhadap jam kerja langsung atau jam mesin langsung.

3.  Ratio dari biaya pemakaian bahan-bahan baku terhadap upah langsung.

4.  Ratio dari biaya pemakaian  bahan-bahan  baku terhadap  jam kerja  langsung atau jam mesin langsung.

Untuk   suatu   perusahaan   hutan   yang  di  sini  diambil   contoh   dari   suatu perusahaan hutan mekanis maka ratio dapat dihubungkan  dengan jam dan kuantitas produksi dalam m3. Sebagai  contoh adalah bahan/material  bahan  bakar  solar untuk traktor  penyaradan.  Dengan  traktor  sarad  yang  mempunyai  HP  sekitar  125,  maka kebutuhan solar perjam adalah ± 25 liter/jam atau per hari 8 jam kerja sekitar 200 liter per hari. Apabila prestasi kerja traktor sara per hari ± 50 m3  atau dengan ratio 4 l/M3 produksi.

3. Budget Pembelian dan budget persediaan bahan-bahan baku

Jika budget pemakaian bahan baku sudah ditetapkan, maka budget pembelian dapat disusun secara terperinci. Budget pembelian menunjukkan:

1.  Banyaknya tiap macam bahan baku yang harus di beli.

2.  Waktu pembelian

3.  Taksiran harga dan bahan-bahan baku yang akan beli.

Banyaknya bahan-bahan baku yang direncanakan untuk dibeli tidak selamanya sama dengan banyaknya bahan-bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi, oleh karena dalam rencana pembelian diperhatikan banyaknya bahan baku yang ada dalam persediaan awal dan taksiran persediaan bahan baku pada akhir periode.

4. Budget persediaan bahan-bahan baku

Untuk  menyusun  budget  persediaan  bahan-bahan  baku  perlu  diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1.  Waktu dan kuantitas bahan-bahan baku yang dibutuhkan oleh pabrik.

2.  Pembelian-pembelian  yang ekonomis dengan mendapat potongan kuantitas.

3.  Tersedianya bahan-bahan baku.

4.  Sifat lekas busuk atau lekas rusak dan bahan-bahan baku.

5.  Fasilitas penyimpangan.

6.  Kebutuhan modal untuk membiayai persediaan bahan-bahan baku.

7.  Biaya penyimpanan.

8.  Kemungkinan perubahan harga dan bahan-bahan baku.

9.  Pencegahan terhadap kemungkinan kekurangan bahan-bahan baku.

10.   Resiko untuk mengadakan persediaan bahan-bahan baku.

5. Menaksir harga satuan dan bahan-bahan baku

Untuk menaksir harga satuan dan bahan-bahan baku perlu diperhatikan factor- faktor sebagai berikut:

1.  Kondisi perekonomian secara umum.

2.  Prospek dari cabang industri yang bersangkutan

3.  Laporan hasil panen.

4.  Permintaan terhadap bahan-bahan baku yang bersangkutan.

5.  Kondisi pasar pada waktu sekarang.

Harga dan bahan-bahan baku ini terdiri dari:

1.  Harga menurut faktur pembelian

2.  Dikurangi potongan pembelian

3.  Ditambah dengan biaya pengangkutan  dan handling cOst sampai bahan-bahan baku itu masuk di gudang.

Masalah pembelian bahan baku bahan/material  diperusahaan  hutan khususnya di luar Jawa adalah lokasi areal hutan yang terpencil jauh dan supply bahan/material. Pengangkutan dan pusat supply (dikota) ke hutan kadang memerlukan beberapa hari dengan  alat  angkutan  khusus  (kapal  tongkang)  dllnya.  Bahan/material   peralatan pengusahaan  hutan misalnya sling, ban “logging truck”, suku cadang traktor dll tidak selalu tersedia di setiap pusat supply karena merupakan bahan/material khusus. Untuk mendapatkannya    harus   melalui   pemesanan   pada   pusat   supply   khusus   dan memerlukan waktu untuk terpenuhinya.

Beberapa  bahan/material   (misalnya  solar)  memerlukan   penanganan  khusus karena disamping masalah alat angkutan dan pusat suplai juga memerlukan  gudang yang cukup besar di lokasi areal hutan (Bace Camp) dan selanjutnya dari gudang di Camp perlu disuplay ke lokasi kerja peralatan dengan truk tangki bahan bakar/solar. Sebagai  gambaran  apabila  suatu  perusahaan  hutan  mempunyai  5  traktor  sarad dengan produksi 5000 m3  setiap bulan, maka untuk traktor sara saja harus tersedia 5000  x  4  1J1M3  atau  20.000  liter  solar  per  bulan,  belum  lagi  untuk  alat  lainnya misalnya truk akan jauh lebih banyak.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa  masalah  bahan baku material  dll dalam  suatu unit  perusahaan  memerlukan penanganan   yang  intensif  oleh  bagian/departemen   logistik  dengan  bekerjasama bagian     lain     produksi,     pemeliharaan/perbaikan     peralatan     mekanis,     dllnya. Keterlambatan/kekurangan  bahan/material  dapat  mengakibatkan   kemacetan  kerja, untuk  alat-alat  mekanis  karena  dengan   investasi  besar,  maka  setiap  jam  kerja peralatan  dibebani  biaya  tetap  total  cukup  tinggi.  Oleh  sebab  itu alat-alat  mekanis harus bekerja  sehingga  menghasilkan  produksi.  Biaya tetap per unit akan menurun apabila  jumlah produksi  tinggi, dengan  perkataan  lain untuk menghasilkan  produksi harus  didukung  oleh  persediaan  bahan/material  yang  cukup  dan  tersedia  secara lancar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *