Tingkat pengembalian atas modal yang digunakan dapat dipakai sebagai ukuran profitabilitas untuk total perusahaan, pabrik individual, dan produk. Ketika analisis total dari suatu perusahaan dan perbandingan dengan rasio industri adalah signifikan bagi manajemen eksekutif, maka nilai riil dari tingkat pengembalian atas modal yang digunakan adalah untuk pengukuran dan pengendalian laba internal.
Informasi mengenai tingkat pengembalian atas modal banyak digunakan oleh semua tingkatan manajemen karena mudah untuk dipahami. Informasi tersebut memberikan gambaran secara lengkap dari kesuksesan dan kegagalan operasi secara keseluruhan. Kinerja penjualan, laba, dan investasi ditangkap dalam satu angka.
Pembuatan anggaran adalah teknik perencanaan dan pengendalian utama yang digunakan oleh hampir semua perusahaan. Jika anggaran penjualan yang dapat diterima telah ditetapkan, maka tingkat pengembalian atas modal yang digunakan menjadi berguna dalam mengevaluasi keseluruhan prosedur preencanaan.
Teknik perencanaan yang sukses untuk memperbaiki laba meliputi langkah- langkah sebagai berikut :
1) Mendefinisikan secara kuantitatif (untuk penjualan, laba, dan modal yang digunakan) selisih yang ada antara kinerja sekarang ini dan tujuan jangka panjang
2) Mengevaluasi masalah secara tepat dengan cara memeriksa setiap aktivitas secara rinci
3) Memformulasikan program tindakan spesifik yang akan mencapai perbaikan yang diinginkan
4) Menerjemahkan hasil-hasil yang direncanakan dari setiap program ke dalam dampaknya terhadap laba dan modal yang digunakan.
Karena tingkat pengembalian atas modal yang digunakan merupakan ukuran tersebut mengabaikan kinerja nonfinansial. Konsekuensinya, perilaku disfungsional dapat muncul ketika tingkat pengembalian atas modal yang digunakan menjadi satu-satunya kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial.
Tindakan yang kadang kala memperbaiki tingkat pengembalian atas modal yang digunakan untuk jangka pendek dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang mliputi berikut ini :
1) Penundaan atau pengurangan pemeliharaan preventif, yang mengurangi beban sekarang tetapi memperpendek umur aktiva, dan dengan demikian meningkatkan biaya masa depan.
2) Pengurangan dalam pengeluaran riset dan pengembangan, yang mengurangi beban sekarang tetapi membuat perusahaan menjadi kurang kompetitif di masa depan
3) Pengurangan atau penghilangan pelatihan dan pengembangan karyawan, yang mengurangi beban sekarang tetapi membuat perusahaan menjadi kurang kompetitif di masa depan
4) Penjualan aktiva yang dibutuhkan , yang kemudian disewa kembali. Hal ini menghilangkan aktiva dari neraca tetapi dapat membuat biayanya lebih tinggi di masa depan dibandingkan dengan kepemilikan.
5) Penangguhan, pengurangan, atau penghindaran modernisasi fasilitas manufaktur terotomatisasi, yang membuat biaya aktiva di neraca rendah tetapi membuat perusahaan menjadi kurang kompetitif di masa depan.