Tiap individu memiliki personal image yang terbentuk oleh Tatar belakang dan karakter tingkah laku masing-masing individu. Sejak lahir manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya, namun semakin lama manusia tidak dapat melepaskan diri dari keharusan untuk berinteraksi dengan manusia yang lain. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa saling menghormati yang pada akhirnya akan mengakibatkan adanya rasa keterbatasan.
Kondisi ini tidak semuanya mengakibatkan ketidakbebasan. Bisa jadi jika dilakukan dengan kesadaran akan mendapatkan kebaikan dan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan hidup karena dengan menghormati hak orang lain maka hak kitapun akan dihormati.
Privasi atau keleluasaan pribadi memiliki pengertian yang sangat luas dan merupakan salah sate tuntutan penarikan secara subjektif. Kondisi tersebut menyebabkan setiap manusia memiliki batan yang berbda dan sangat berkaitan dengan kenyamanan dan keamanan yang berarti melakukan kegiatan dengan tingkat ketertutupan dari pandangan dan suara orang lain.
Rapoport (1977) mendefinisikan privasi sebagai kemampuan individu atau kelompok untuk mengontrol jenis interaksi dan untuk memperoleh kondisi interaksi yang diinginkan. Privasi membantu sesorang atau kelompok untuk mengatur jarak personal atau jarak sosial , kapan akan menyendiri dan kapan akan menjauh.
Bates, Chapin dan Kira (dalam Altman, 1975) mendefinisikan privasi sebagai kebutuhan akan keterpisahan individu dari lingkungan sosialnya. Definisi ini juga senada dengan Sarwono (1992) yang menyatakan bahwa privasi adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya.
Sementara Westin (dalam Lang, 1987) menjelaskan 4 (empat) tujuan privasi yaitu,
a. memberi otonomi pribadi hal ini ditujukan untuk mencapai kesendirian, pemisahan diri secara individu dari lingkungan secara sengaja agar dapat melakukan refleksi diri, evaluasi diri.
b. memungkinkan pelepasan emosi hal ini ditujukan untuk mencapai keintiman pemisahan diri oleh kelompok tertentu, keluarga atau pasangan sehingga dapat pberkomunikasi maupu mengeluarkan emosi tanpa diketahui oleh orang lain.
c. membantu upaya evaluasi diri serta hal ini ditujukan untuk mencapai anonimitas di mana hal ini akan diperoleh ketika seseorang berada bersama orang lain sehingga penarikan diri lebih bersifat psikis.
d. membatasi dan melindungi komunikasi hal ini ditujukan untuk mencapai keseganan di mana hal ini dicapai dengan penarikan diri dengan membatasi diri untuk membicarakan hal pribadi tanapa dipengaruhi oleh batas fisik.
Beberapa definisi tentang privasi di atas, definisi yang dikemukakan oleh Altman mengandung pengertian yang lebih luas dari definisi lainnya. Privasi oleh Altman (1975) merupakan unit sosial yang dapat digambarkan baik berupa hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok sosial atau kelompok sosial dengan kelompok sosial yang lain. Definisi ini juga menjelaskan privasi sebagai proses dua arah atau pengontrolan input dan output.
Privasi menurut Altman memiliki fungsi sebagai berikut,
a. Mengatur atau mengontrol interaksi antar pribadi, sejauh mana hubungan dengan orang lain diijinkan, kapan waktu menyendiri dan kapan saat bersama orang lain.
b. Membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, intim atau berjarak
c. Sebagai indentifikasi diri
Di dalam Lang (1987) Altman juga menyatakan bahwa ada dua aspek penting dari privasi yaitu privasi harapan dan privasi yang dicapai. Jika privasi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi pada seseorang atau kelompok yaitu,
a. perasaan terisolasi (isolated) , jika privasi terlalu besar
b. perasaan sesak (crowding), jika privasi terlalu kecil
Secara diagramatis , pemikiran Altman itu dapat digambarkan pada skema sebagai berikut :
Gambar : Model hubungan privasi,isolasi,teritori dan ruang personal (Altman, 1975)
Dari skema di atas terlihat bahwa apabila privasi yang dicapai sama dengan privasi yang diharapkan maka akan dicapai privasi yang optimal.
Upaya untuk mencapai privasi optimal dilakukan dengan mekanisme control yang dapat berupa, ruang personal, teritori, perilaku verbal (lisan) maupun non verbal (simbol, bahasa tubuh). Ruang personal dan teritori memang terkait erat dengan privasi, bahkan Sarwono (1992) mengatakan bahwa ruang personal dan teritori pada dasarnya merupakan perwujudan dari privasi.
Privasi menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Privasi intenal yaitu kebebasan tanpa gangguan visual maupun suara dalam suatu ruang. Kebebasan ini lebih bersifat fisik yaitu memisahkan din secara fisik.
b. Eksternal privasi yaitu kebebasan menggunakan ruang luar tanpa gangguan sehingga lebih bersifat pemisahan diri secara mental.
Jenis gangguan privasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu
a. Keleluasan pandangan
Privasi ini ditujukan untuk tidak ingin melihat dan dilihat serta tidak ingin dilihat tetapi ingin melihat. Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pemakaian dinding, kaca gelap atau terang.
b. Keleluasan pendengaran
Privasi ini ditujukan untuk tidak ingin didengar dan mendengar serta tidak ingin didengar tetapi ingin mendengar. Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan dinding jedap suara; memasang tulisan peringatan misalnya `Harap tenanga ada ujian’
c. Keleluasan penciuman
Privasi ini ditujukan untuk melindungi indera penciuman dari aroma yang tidak
dikehendaki. Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menutup hidung, membuat tulisan Dilarang Merokok’.
Privasi adalah kelompok area dengan akses tanggung jawab hanya terhadap individu atau kelompok tertentu, dan privasi ini dapat dipenuhi melalui,
a. Penguasaan atas ruang
b. Perbedaan peruangan
c. Pembagian peruangan
d. Pemakai menjadi penghuni
e. Ruang transisi
f. Penguasaan atas ruang publik
g. Pencapaian publik atas ruang privat