Mobilitas Penduduk adalah Proses perpindahan atau pergerakan penduduk yang meliputi :
1. Mobilitas horisontal atau geografis, meliputi semua gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu
2. Mobilitas vertikal, meliputi perubahan yang menyangkut status individu dalam masyarakat
Menurut bentuknya, mobilitas penduduk dibagi menjadi dua :
1. Mobilitas permanen atau migrasi yaitu setiap gerak perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dengan maksud menetap di daerah tujuan Jenis migrasi antara lain :
- Migrasi internal : perpindahan penduduk yang terjadi antara unit-unit geografis dalam suatu Negara
- Migrasi eksternal/internasional : perpindahan penduduk antar Negara
- In migration/migrasi masuk ; masuknya penduduk ke suatu daerah tujuan
- Out migration/migrasi keluar ; meninggalkannya penduduk dari suatu wilayah
- Nett migration : selisih antara migrasi keluar dan migrasi masuk
- Gross migration : merupakan penjumlahan dari migrasi masuk dan keluar
- Migrasi total/exodus : migrasi besar-besaran 2. Mobilitas non permanen atau migrasi sirkuler yaitu ; gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain tanpa bermaksud menetap di daerah tujuan Macam-macam mobilitas sirkuler menurut waktu :
- Mobilitas ulang-alik : nglaju (jawa), komutasi
- Periodik : seminggu sekali
- Musiman ; dicocokan dengan musim tertentu, kegiatan tertentu
- Jangka panjang : lebih dari 3 tahun Menurut ruang, mobilitas sirkuler dapat terjadi antara :
- Desa dengan desa
- Desa dengan kota/urbanisasi
- Kota dengan desa
- Kota dengan kota
Faktor-faktor yang menyebabkan mobilitas sirkuler :
1. Faktor sentrifugal dan sentripetal
- Sentrifugal ; Kekuatan yang terdapat di suatu wilayah yang mendorong penduduk untuk meninggalkan daerahnya
Contoh : kurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian dan non pertanian, terbatasnya fasilitas pendidikan
- Sentripetal : Kekuatan yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di daerahnya
Contoh : jalinan persaudaraan dan kekeluargaan warga desa yang erat, sistem gotong royong yang erat, penduduk desa terikat pada tanah pertanian dan tanah kelahirannya
2. Perbaikan sarana transportasi
Tersedianya prasarana transportasi yang murah banyak orang desa pergi ke kota, begitu pula sebaliknya, semula mondok/kost (menetap) berubah menjadi nglaju
3. Kesempatan kerja di sektor formal dan informal
Tekanan penduduk yang tinggi di pedesaan dan kurangnya lapangan kerja di luar sektor pertanian menyebabkan penduduk melakukan urbanisasi. Tetapi proses urbanisasi di Indonesia tidak diimbangi perluasan lapangan pekcrjaan di kota sehingga banyak pendatang yang bekerja di sektor informal dengan upah yang rendah karena kesempatan kerja di sektor formal juga sedikit.
Kecilnya pendapatan tidak memungkinkan para migran tinggal di kota sehingga sebagian tetap tinggal di desa dan glaju setiap hari