Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu mekanisme untuk mempengaruhi tingkah laku pihak lain. Dalam kepemimpinan organisasi, kekuasaan dan otoritas merupakan dua elemen yang penting. Dalam setiap organisasi selalu terdapat seseorang atau sekelompok orang yang berada pada suatu posisi, yang dapat menjalankan kekuasaan melalui perintah atau membuat keputusan.
Jika kekuasaan yang diperoleh itu diberikan oleh organisasi sebagai suatu institusi, maka kekuasaan itu disebut otoritas karena merupakan kekuasaan yang sah atau legal. Jadi otoritas senantiasa berkaitan dengan dua hal, yaitu adanya suatu posisi yang berkaitan dengan hubungan kekuasaan dan adanya suatu norma atau aturan yang legal, yang mengatur pembagian dan penggunaan kekuasaan itu. Struktur otoritas relatif lebih stabil dan relatif lebih efektif untuk mengontrol, dibandingkan dengan struktur kekuasaan.
Kepemimpinan organisasi merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, terutama yang penting adalah posisi yang dimiliki dalam organisasi. Posisi dalam struktur organisasi ini memberikan dasar kekuasaan bagi pemegang kekuasaan dalam organisasi dan membawa pihak yang tidak memiliki kekuasaan pada harapan bahwa kekuasaan itu sah serta para pemegang kekuasaan itu akan menggunakan kekuasaan dalam proses kepemimpinannya dengan pemikiran dan tindakan yang ditujukan bagi organisasi itu sebagai suatu keseluruhan.
Selain itu, juga menggunakan kekuasaan dalam proses kepemimpinannya untuk menjalankan fungsi kepemimpinan bagi organisasi sebagai suatu keseluruhan. Harapan ini sangat nampak dalam kepemimpinan organisasi yang mengalami situasi konflik disekitar pergantian kepemimpinan, dimana para anggota memiliki harapan agar pemimpin yang baru dalam organisasi itu melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh para pemimpin yang sebelumnya.
Mengenai fungsi kepemimpinan, menurut Zelznick (Hall, 1991) terdapat empat fungsi dari kepemimpinan, yaitu:
(a) kepemimpinan memberikan batasan dan definisi mengenai peran dan misi organisasi.
Fungsi ini sangat penting terutama dalam berbagai organisasi yang ada dalam masayarakat yang sedang mengalami perubahan dengan pesat sehingga menuntut kemampuan untuk memberikan kejelasan mengenai peran dan misi yang diemban oleh organisasi. Selain itu, perubahan yang cepat juga menuntut adanya daya tanggap dari pemimpin, yang memandang tugas itu sebagai suatu proses yang dinamis.
(b) kepemimpinan berfungsi mewujudkan tujuan institusional atau organisasional.
Fungsi ini menunjuk pada usaha untuk menciptakan dan memutuskan berbagai kebijakan organisasi, yang diterapkan dalam organisasi. Adapun tujuan dari hal itu adalah untuk menentukan cara-cara yang dapat ditempuh atau dapat dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
(c) kepemimpinan berfungsi mempertahankan keutuhan organisasi. Dalam hal ini
terdapat dua aspek yang berkaitan, yaitu nilai dalam organisasi dan hubungan dengan pihak luar organisasi. Dalam hubungannya dengan pihak luar, pemimpin mewakili organisasi dan anggota-anggotanya dan sekaligus merusaha akar anggota yang diwakilinya dapat menerima keputusan yang diambil serta menjalankan keputusan itu dengan baik.
(d) kepemimpinan berfungsi menata kembali dan meredakan berbagai konflik
yang muncul dalam organisasi. Fungsi ini berkaitan dengan konflik yang muncul secara internal, dimana kebutuhan akan adanya kekuatan untuk meredakan konflik sangat dibutuhkan dan kemudian menata kembali hubungan yang ada sehingga akibat dari konflik yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin.
Kepemimpinan merupakan salah satu kunci penting untuk memahami organisasi. Keberhasilan atau sebaliknya kegagalan suatu organisasi sangat ditentukan oleh bagaimana kepemimpinan dalam organisasi itu dapat dijalankan secara efektif. Jadi salah satu elemen penting dalam penetuan keberhasilan suatu organisasi mewujudkan tujuannya adalah efektifitas kepemimpinan. Meskipun demikian, sebagaimana dikemukakan di atas, terdapat beberapa masalah ketika konsep efektifitas kepemimpinan ini dipergunakan.
Kajian mengenai efektifitas kepemimpinan merupakan kajian yang tidak mudah dilakukan. Hal ini berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, dalam kajian mengenai efektifitas terdapat masalah yang serius berkaitan dengan penentuan kriteria mengenai efektifitas itu sendiri. Jadi apa yang menjadi ukuran atau kriteria sesuatu itu efektif atau tidak efektif, selalu tidak jelas.
Kedua, tidak semua kriteria yang dipergunakan untuk menunjukkan efektifitas dapat diukur atau diestimasikan. Ketiga, tidak ada cara tunggal yang dapat dipakai untuk mengukur efektifitas. Selain beberapa kesulitan di atas, masih terdapat kesulitan lain dalam mengukur efektifitas, antara lain dalam mengukur efektifitas berkaitan dengan suatu kepentingan tertentu sehingga ukuran yang dibuat sangat dipengaruhi oleh kepentingannya itu.
Kesulitan pertama berkaitan dengan penentuan kriteria yang dipergunakan untuk mengukur efektifitas kepemimpinan. Dalam hal ini tidak terdapat kesepakatan diantara para ahli mengenai kriteria apa yang paling tepat dapat dipakai untuk menentukan suatu kepemimpinan itu efektif. Kesulitan kedua, tidak semua kriteria yang dapat dipakai untuk menunjukkan efektifitas kepemimpinan itu dapat diukur. Artinya, meskipun suatu kriteria mengenai efektifitas kepemimpinan dapat dirumuskan, tetapi rumusan secara metodologis itu tidak selalu dapat diukur. Kesulitan yang berikut berkaitan dengan kenyataan bahwa dalam studi tentang kepemimpinan terdapat beberapa perspektif atau pendekatan sehingga dalam menentukan efektifitas kepemimpinan terdapat beberapa cara pandang yang berbeda-beda.
Semua ini menyebabkan penentuan suatu kepemimpinan itu efektif atau tidak tidak mudah dilakukan. Meskipun terdapat beberapa kesulitan, akan tetapi hal itu bukan berarti tidak terdapat cara menjelaskan masalah efektifitas kepemimpinan, meskipun setiap cara yang dipakai sangat disadari memiliki kelemahan atau kekurangan tertentu.
Salah satu cara yang dapat dipakai untuk menjelaskan efektifitas kepemimpinan adalah dengan kembali memahami esensi dari organisasi. Setiap organisasi senantiasa memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Kepemimpinan dikatakan efektif jika kepemimpinan itu dapat membawa semua potensi dan sumber-sumber yang ada dalam dan di luar organisasi kearah pencapaian tujuan tertsebut. Jadi efektifitas kepemimpinan diukur dari kemampuan kepemimpinan untuk dapat mewujudkan tujuannya.
Pernyataan ini secara teoritik benar, tetapi selain terlalu menyederhanakan masalah yang ada, juga tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan efektifitas kepemimpinan. Kepemimpinan ada dalam setiap organisasi dan pada berbagai tingkatan dalam organisasi juga memungkinkan bekerjanya proses kepemimpinan.
Dengan demikian, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang seherhana sehingga tidak terlalu mudah menjelaskan efektifitas kepemimpinan hanya dengan melihat dari segi pencapaian tujuannya secara umum.
Fiedler (1967) menyatakan bahwa efektifitas kepemimpinan dengan melihat kemampuan pemimpin melakukan kepemimpinannya, dalam hal ini ditunjukkan oleh prestasi suatu kelompok terutama dalam perbandingan dengan kelompok lain. Apa yang dinyatakn oleh Fiedler ini memang lebih jelas dan barangkali secara metodologis memungkinkan untuk diukur. Meskipun demikian hal itu bukan berarti suatu hal yang mudah untuk dilakukan.
Efektifitas kepemimpinan juga dapat diukur dari bagaimana kepemimpinan itu dapat melaksanakan fungsi kepemimpinan. Dalam hal ini, mengikuti Zelznick (Hall, 1991) terdapat empat fungsi dari kepemimpinan, yaitu kepemimpinan memberikan batasan dan definisi mengenai peran dan misi organisasi, kepemimpinan berfungsi mewujudkan tujuan institusional atau organisasional, kepemimpinan berfungsi mempertahankan keutuhan organisasi, kepemimpinan berfungsi menata kembali dan meredakan berbagai konflik yang muncul dalam organisasi.
Oleh karena itu, suatu kepemimpinan dapat dinyatakan efektif apabila keempat fungsi ini dapat dijalankan dan menunjukkan hasil yang secara nyata dapat dilihat. Ukuran dalam menentukan efektifitas kepemimpinan dari segi fungsi kepemimpinan ini adalah apa bila kepemimpinan itu dapat secara tepat memberikan batasan dan definisi mengenai peran dan misi organisasi.
Selain itu, kepemimpinan yang efektif harus dapat berfungsi mewujudkan tujuan institusional atau organisasional. Penentuan tujuan ini merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi sehingga kepemimpinan yang efektif salah satu tolok ukurnya adalah kemampuan mewujudkan tujuan ini secara relatif. Artinya, setiap organisasi pada dasarnya tidak akan dapat mewujudkan semua tujuannya secara sempurna sehingga pada tingkat tertentu suatu tujuan dapat dicapai di bawah suatu kepemimpinan, maka kepemimpinan itu dapat dipandang memiliki efektifitas.
Efektifitas kepemimpinan juga memiliki fungsi mempertahankan keutuhan organisasi. Jika fungsi ini dapat dilakukan oleh suatu kepemimpinan, maka kepemimpinan ini dapat dipandang efektif. Selain itu, kepemimpinan yang efektif dapat menjalankan fungsi menata kembali dan meredakan berbagai konflik yang muncul dalam organisasi. Meskipun memiliki masalah yang kurang lebih sama dengan cara lain yang telah di kemukakan di atas, cara ini memberikan gambaran yang lebih memadai dalam melihat efektifitas kepemimpinan.
Pendapat lain (Hall, 1991:140-142) melihat efektifitas kepemimpinan dikaitkan dengan bagaimana pemimpin membangun hubungan sosial dan emosianal dengan bawahan. Ini meliputi beberapa bentuk:
(a). Mempertimbangkan bawahan
Pemimpin mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan pilihan-pilihan yang dimiliki oleh bawahan atau yang dipimpin. Pemimpin memperlakukan bawahan sesuai dengan martabatnya dan jasajasanya serta tidak melakukan tindakan yang mengarah pada penerapan hukuman pada bawahan.
(b). Konsultasi dalam Pengambilan Keputusan
Pemimpin meminta masukan dari yang dipimpin berdasarkan pandangan dan opini mereka sebelum pemimpin itu mengambil keputusan. Jadi dalam hal ini selain bersifat konsultatif, juga partisipatif dan demokratis karena yang dipimpin ikut memberikan sumbangan berupa masukan dan opini dalam proses pengambilan keputusan.
(c). Melakukan Pengawasan Umum
Pemimpin melakukan pada tingkat keseluruhan saja, sedangkan pada bagianbagian tertentu diserahkan kepada tiap bagian itu sendiri-sendiri. Pemimpin mendelegasikan otoritas kepada para bawahan sehingga bawahan pada tingkat tertentu memiliki otoritas untuk melaksanakan tugasnya. Mengikuti pandangan pendekatan situasi kepemimpinan, kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu memanfaatkan semua potensi yang ada dalam suatu situasi untuk melaksanakan kepemimpinannya sehingga tujuan yang ditentukan dapat dicapai.
Dalam hal ini kemampuan pemimpin itu sendiri juga ikut menentukan. Jadi efektifitas kepemimpinan dapat dilihat sebagai suatu fungsi dari dasar motivasional yang dimiliki pemimpin dan interaksi berbagai faktor situasi. Dalam pendekatan ini suatu kepemimpinan dapat dijalankan secara efektif atau tidak tergantung pada situasi kepemimpinan yang menguntungkan atau tidak serta bagaimana kemampuan pemimpin itu memanfaatkan situasi tersebut.
Jadi sangatlah tidak mudah untuk menunjukkan atau menentukan sesuatu kepemimpinan itu efektif atau tidak, hal ini dapat dikembalikan pada kenyataan bahwa konsep kepemimpinan itu merupakan suatu kombinasi dari berbagai faktor. Berbagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan itu adalah, posisi organisasi itu sendiri, situasi khusus yang dihadapi, karakteristik dari individu yang terlibat dalam kepemimpinan dan beberapa faktor Iainnya. Dengan demikian, tidaklah mudah mendapatkan suatu ukuran yang secara tepat dapat menunjukkan suatu kepemimpinan itu efektif atau tidak efektif.