Lompat ke konten
Kategori Home » Sosial Politik » Teori Wahyu Tuhan

Teori Wahyu Tuhan

  • oleh

Teori ini menyatakan bahwa kelakuan religius manusia terjadi karena mendapatkan wahyu dan Tuhan. Teori ini disebut teori Wahyu Tuhan, atau teori revelasi. Pada mulanya teori ini berasal dari seorang antropolog dan ilmuwan Inggris bernama Adrew Lang.

Sebagai seorang ahli kesusastraan, Andrew -Lang banyak membaca tentang kesusasteraan rakyat dari banyak suku bangsa di dunia. Dalam dongen-dongeng itu, Lang sering mendapatkan seorang tokoh dewa, yang oleh suku-suku bangsa yang bersangkutan dianggap dewa tertinggi, pencipta alam semesta serta isinya, dan penjaga ketertiban alam dari kesulitan.

Kepercayaan kepada seorang tokoh dewa serupa itu, menurut Andrew Lang, terutama tampak pada suku-suku bangsa yang amat rendah tingkat kebudayaannya dan yang hidup dan berburu dan meramu, misainya suku bangsa di daerah gurun Kahala, gurun Kalahari di Afrika Selatan yang biasanya, disebut orang Bushan, suku-suku bangsa penduduk asli bangsa Australia, suku bangsa Negrito di Kongo, penduduk kepulauan Andaman di Irian Timur dan sebagian suku bangsa Amerika Utara.

Keadaan itu membuktikan bahwa kepercayaan kepada satu Tuhan itu tidak timbul karena pengaruh agama Nasrani atau orang Islam. Kepercayaan tadi dalam perkembanganya bahkan tampak terdesak oleh kepercayaan akan makhluk-makhluk halus, dewa dewi alam, roh dan hantu.

Lang menyimpulkan bahwa kepercayaan kepada dewa tertinggi merupakan suatu kepercayaan yang sudah tua, dan mungkin merupakan bentuk religi manusia yang tertua. Pendirian seperti itu ia kemukakan dalam beberapa karyanya misalnya dalam The Making of Religion (1888).

Pendapat Andrew Lang kemudian dilanjutkan oleh W Schmidt, seorang tokoh besar antropologi dari Austria dan menurut pendeta Katolik ini, mudah dimengerti kalau ada kepercayaan kepada dewadewa tertinggi dalam jiwa bangsa-bangsa yang masih amat rendah tingkat kebudayaannya.

Dalam hubungan itu, ia percaya bahwa agama berasal dari wahyu Tuhan yang diturunkan kepada manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi ini. Oleh karena itulah, adanya suatu kepercayaan kepada dewa pencipta yang justru berkembang pada bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat kebudayaannya-diperkuat oleh anggapan mengenai adanya “wahyu Tuhan asli” atau uroffen barungitu.

Demikianlah kepercayaan yang ash dan bersih kepada Tuhan, atau kepercayaan urmonotisme, yang ada pada bangsa-bangsa yang sudah tua dan hidup dalam zaman ketika tingkat kebudayaan manusia masih sangat rendah. Ketika kebudayaan manusia semakin maju, kepercayaan terhadap Tuhan semakin kabur. Makin banyak kebutuhan, makin terdesaklah kepercayaan ash itu oleh pemujaan kepada makhluk halus, roh, dewa, dan sebagainya.

Anggapan schmidt di atas dianut oleh beberapa orang ilmuwan yang sebagian bekerja sebagai penyiar agama Nasrani, dad organisasi Societas Verdi Divini. Selain menjalankan togas sebagai penyiar agama Nasrani di berbagai daerah di muka bumf ini, mereka juga melakukan penelitian agama berdasarkan teori Schmidt tersebut.

Referensi : Universitas Gadjah Mada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *