Individu dengan kekuatan psikologis yang baik akan dapat membiarkan sebuah penyelesaian yang baik mengenai hal-hal yang mengancam ke dalam kesadaran tanpa merasa cemas terlalu banyak. Individu yang tidak memiliki kekuatan psikologis sering kali menggunakan defense mechanism untuk menghindari ancaman kenyataan.
Sebagai contoh, seorang pria muda melihat dirinya sebagai seorang mahasiswa yang baik tetapi mendapatkan nilai “C” sebagai nilai akhir dalam sebuah mata kuliah. Ketidaksesuaian antara konsep yang ia miliki mengenai dirinya dan kenyataan menerima nilai “C” menciptakan sebuah kecemasan. Untuk menghindari kecemasan, pria itu menggunakan pertahanan proyeksi (“Professor tidak memiliki kompetensi, karenanya saya mendapat nilai ‘C’”) atau rasionalisasi (“rekan sekamar saya memiliki masalah psikologis yang serius yang mempengaruhi saya sepanjang semester”). Dengan menggunakan berbagai pertahanan itu, pria muda itu dapat terus mempersepsikan dirinya sebagai seorang mahasiswa yang baik, pada faktanya, ia hanya berada pada kategori rata-rata.
Akan terlihat bahwa orang akan cenderung menyembunyikan bagianbagian negatif daripada kepribadian mereka dan menerima dengan senang hati bagian-bagian positif, tapi hal itu tidak selalu benar. Beberapa orang menyembunyikan berbagai bagian positif dari diri mereka dan dengan senang hati menerima bagian-bagian negatif. Contoh, seorang perempuan muda mempersepsikan dirinya sebagai orang tidak atraktif dan tidak menarik. Meskipun dia tidak terlalu suka memiliki perasaan seperti itu, ia menggunakan sebagai pembenaran untuk menghindar dari orang lain. Dengan kata lain, konsep diri yang negatif yang dimilikinya mempersiapkan perlindungan terhadap kedekatannya dengan orang dan resiko untuk disakiti dan ditolak. Suatu hari seorang pria muda mengajaknya berkencan, yang menciptakan sebuah cognitive dissonanceantara konsep diri negatifnya dengan kenyataan yang positif. Untuk menurunkan kecemasan, dia percaya bahwa dia ditantang oleh kakak prianya untuk mau diajak pergi atau dia akan percaya bahwa pria yang mengajaknya pergi memiliki motif jahat.
Wanita muda ini memiliki keinginan yang cenderung tetap dalam memiringkan sebuah kenyataan yang positif menjadi negatif karena dia akan menghindar. Jika wanita tersebut membiarkan dirinya sendiri untuk memiliki kemungkinan tentang dirinya yang lebih atraktif dan menarik daripada yang ia pikirkan, dia akan lebih dapat berhubungan dengan orang dan lebih memiliki resiko, yang akan memunculkan sebuah ancaman besar. Dengan kata lain, dia akan lebih merasa tidak atraktif dan aman daripada atraktif dan memiliki resiko tersakiti. Dia akan lebih berpikir bahwa dia tidak menarik daripada memiliki hubungan dengan orang lain dan mengetahui resikonya.
Penting bagi konselor untuk menyadari bahwa, bagi orang dengan konsep diri yang negatif, kenyataan positif bisa jadi sama mengancamnya dengan kenyataan negatif bagi orang dengan konsep diri yang positif. Konselor harus berhati-hati untuk tidak terjadi tarik-menarik dengan individu tersebut, yang menyatakan bahwa individu memiliki beberapa hal positif akan tetapi individu tidak menyatakan hal itu. Jika hal ini terjadi, konselor mungkin menjadi frustrasi dan pada akhirnya mengkomunikasikan perasaan “bagaimana mungkin Anda menjadi begitu bodoh seperti tidak melihat betapa menariknya Anda!” dengan daya dorong ini individu memenangkan tarik-menarik ini. Hal itu mungkin menjadi lebih produktif bagi konselor untuk membantu individu ini memikirkan kualitas pertahanan dari konsep diri negatif mereka dan mengembangkan berbagai kompetensi psikososial untuk berhubungan secara efektif dengan realitas yang mengancam.