Penyaradan atau Skidding adalah memindahkan produk pohon dari areal tebangan melalui lapangan yang diperbaiki ke tempat pengumpulan kayu atau tempat traktor sarad yang tidak diperbaiki ke tempat traktor sarad membongkar muatan. Kadang-kadang traktor sarad terpaksa membuat jalannya sendiri bila harus melalui topografi yang sangat sulit dan terhambat oleh rapatnya tumbuhan bawah.
Apabila sebuah jalan sarad dipakai dalam waktu yang lama dan dipakai oleh banyak traktor, maka jalan itu bisa menjadi jalan angkutan sementara, walaupun pada jalan ini harus selalu diadakan pemeliharaan. Bila truk sebagai alat angkutan bisa lewat dijalan ini maka truk tersebut akan memuat kayunya di hutan, walaupun hanya kayu-kayu yang berukuran kecil. Ada kalanya truk ini hanya sampai dipinggir hutan, namun ada juga yang mengangkut sampai ditempat tujuan, misalnya di halaman pabrik atau suatu tempat penimbunan (log yard).
Skidding sering juga disebut Yarding. Kedua istilah ini mengacu kepada pemindahan sebatang kayu atau sekumpulan batang dalam jarak dekat dari lokasi tunggak ke tempat pemuatan dimana kayu tersebut akan dimuat keatas kendaraan pengangkut. jarak ini bisa dari 500 meter sampai satu kilometer. Skidding atau penyaradan ini kadang dibagi menjadi dua tahap dengan dua cara yang berbeda, misalnya yang satu dengan sistem kabel dari daerah rawa atau dari lembah dan kemudian dengan traktor sampai tempat pemuatan. Pada keadaan ini penyaradan dengan sistem kabel disebut Yarding dan penyaradan dengan Traktor disebut Skidding.
Untuk mengefisiensikan penyaradan, maka muatan sarad harus sebanyak- banyaknya (full). Apabila satu batang dirasa belum dirasa belum cukup satu muatan, maka muatan itu harus ditambah beberapa batang sehingga menjadi satu muatan penuh. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kayu yang disarad itu kadang-kadang diameternya kecilkecil sedangkan traktor sarad yang dipunyainya bertenaga besar. Pengumpulan beberapa batang sehingga menjadi satu muatan sarad ini disebut Bunching. Bunching ini bisa dilakukan oleh alat lain, akan tetapi juga bisa oleh traktor sarad itu sendiri.
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penvaradan (Skidding)
Perhitungan biaya adalah menjadi andalan pemilihan metode penyaradan sampai saat ini. Tetapi didalam praktek yang menentukan adalah pengalaman. Dengan pengalaman dapat ditentukan berapa tingkat keseimbangan antara biaya penyaradan
dan biaya pengangkutan. Berapa intensitas jalannya dan berapa panjang jarak rata- ratanya sehingga dicapai keseimbangan biaya antara biaya penyaradan dan biaya pengangkutannya.
2. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prosedur penyaradan yang paling baik antara lain:
1. Ukuran dan karakter kayu. Di hutan Jati di Jawa sampai sekarang penyaradannya masih menggunakan sapi, karena baik ukuran dan karakteristik kayunya memungkinkan untuk disarad dengan sapi. Tetapi diluar Jawa dimana ukuran kayunya sangat besar dan panjang, sapi tidak mungkin digunakan lagi untuk menyarad dan sebagai gantinya dipakai traktor sarad.
2. Topografi. Pada topografi yang sangat berat sehingga baik hewan maupun traktor tidak dapat digunakan, maka ada kalanya digunakan sistem kabel.
3. Sistem pengelolaan atau sistem silivikultur. Pada kebanyakan hutan yang dipanen kayunya, penyaradannya dengan traktor, akan tetapi berdasarkan pertimbangan silvikultur dan kebijaksanaan pengelolanya penyaradan dengan traktor dilarang karena dapat mematikan anakan dan juga mempersulit regenerasi.
4. Pertimbangan iklim. Traktor hanya tepat dipakai pada waktu musim kemarau, sebab bila dipakai dimusim penghujan akan cepat merusakkan tanah. Dalam hal ini penyaradan dengan hewan lebih fleksibel, bisa dipakai pada musim kemarau atau pada musim penghujan.
5. Jarak ke jalan angkutan. Apabila jarak saradnya dirasa sangat jauh, maka penyaradannya biasanya memakai dua sistem, mungkin traktor dengan kabel, mungkin traktor dengan hewan dan lain sebagainya.
3. Bunching
Bunching adalah menyiapkan kaplingan kayu yang akan disarad Pelaksanaan bunching bisa seperti dibawah ini:
1. Menurut pola penebangan. Pohon dapat ditebang menurut pola sedemikian rupa sehingga tidak perlu ada kegiatan bunching. Dalam mengarahkan arah rebah pohon bila keadaan lain memungkinkan, pohon dapat ditebang dalam suatu pola yang disebut sistem jalur (strip). Namun pola jalur ini biasanya hanya dapat dilakukan pada pohon yang kecil-kecil saja yang biasanya untuk bahan baku pabrik pulp.
Dalam tebang strip ini pohon direbahkan ketengah jalur dan bila dikumpulkan maka cukup dengan tenaga manusia saja (tangan). Tetapi kadang-kadang pohon juga direbahkan kelompok per kelompok, hingga tidak perlu dibunching lagi.
2. Dengan tangan. Produk yang kecil akan tidak ekonomis bila disarad satu demi satu. Apabila alat sarad tidak dilengkapi dengan alat pemuat, maka pengumpulan dan pemuatan kayunya bisa dilaksanakan dengan tangan. Khususnya produk yang diperuntukkan sebagai kayu pulp yang berukuran pendek dan dibagi-bagi didekat tebangan. Bila 1 lapangan mengijinkan maka truk dapat memuat dari tunggak ke tunggak. Bila hal ini dapat dilaksanakan maka akan sangat menguntungkan.
3. Dengan hewan. hewan seperti kuda, lembu, kerbau dan bahkan gajah dapat digunakan untuk mengumpulkan kayu-kayu ini. Di Indonesia hewan yang sering digunakan untuk membawa kayu (penyaradan) adalah sapi (lembu). Di Sulawesi Utara ada juga yang menggunakan kuda, di Sumatra dan Kalimantan ada yang menggunakan kerbau. Dengan adanya sekolah gajah di Sumatra Selatan, kemungkinan bisa dimanfaatkan untuk keperluan penyaradan kayu di Indonesia. Di Jawa digunakan sapi karena sapi cocok untuk bekerja di daerah panas, sedangkan untuk daerah yang basah yang lebih cocok adalah kerbau. Penggunaannya bisa secara seekor untuk bekerja akan tetapi juga bisa secara tim (beberapa ekor bekerja menjadi satu).
Pada umumnya hewan yang dikerjakan kehutanan adalah disela-sela tidak ada waktu kerja di sawah. Kayu yang dibawa bisa langsung terkena tanah akan tetapi j uga ada yang diberi alas agar tidak rusak karena tergesek oleh tanah.
Ada juga yang dinaikkan ke atas sebuah kendaraan beroda pompa sehingga sangat mengurangi beban. Tetapi alat penjepit kayu (tang) dan alat penyarad kayu (rantai ) harus selalu ada, baik disarad langsung maupun disarad diatas alas (kendaraan).
4. Dengan traktor. Bila volume kayu dan waktu kegiatan dirasa perlu dipakai trak-tor, maka traktor yang dipakai adalah traktor kecil yang biasa dipakai untuk para petani penggarap sawah dan ladangnya. Pemakaian traktor karena kendaraan dibanding dengan hewan lebih kuat, lebih cepat, lebih mobil, lebih tinggi hasilnya dan lebih sediki dalam menggunakan tenaga kerja.
3. Skidding (Penyaradan)
Kayu hasil tebangan biasanya dikumpulkan menjadi satu tempat yang disebut skidway atau landing. Kayu-kayu ini ditarik dari areal-aeal dimana pohon itu ditebang. Setelah terkumpul cukup banyak baru dimuat ke atas kendaraan pengangkut dibawa ketempat tebangan ke landing itulah yang disebut penyaradan.
Karena penyaradan itu tidak melewati jalan yang sudah disiapkan lebih dahulu, maka penyaradan biayanya mahal. Oleh karena itu jarak penyaradan ini harus terbatas. Berapa jarak penyaradan yang paling menguntungkan? Jawabnya adalah tergantung pada banyak hal seperti: tipe kayu, topografi dan kondisi tanah dan juga keadaan jalan angkutan misalnya apakah air, rel atau mobil.
Secara garis besar ada 4 tipe penyaradan, diklasifikasikan berdasarkan penggunaan tenaganya, adalah:
- Binatang
- Traktor
- Cable yang ditarik oleh kekuatan mesin (yarder).
- Forwarder
Di Indonesia tipe 1 dan 2 yang banyak digunakan. Sedangkan tipe 3 dan 4 sampai sekarang masih belum banyak, bahkan sistem 3 dilarang penggunaannya karena (terutama di luar Jawa) sistem tebangannya adalah tebang pilih sehingga dikawatirkan penyaradannya dengan cable akan lebih merusakkan anakan pohon tinggal.
Keuntungan pemakaian hewan dan traktor untuk penyaradan adalah karena mobilitasnya yang tinggi. Kedua tipe ini dengan mudah menghindari anakan yang tidak boleh rusak, dengan mudah mengambil kayu yang diinginkan dan dengan mudah membuat ilaran api dan lain-lain. Sedangkan penyaradan dengan sistem kabel karena jalan saradnya selalu dalam satu garis lurus, maka semua bends (termasuk anakan pohon dan tegakan tinggal) akan terlanda oleh kayu yang disarad dansebagai akibatnya pasti rusak dan bahklan bisa mati.
Oleh karena itu sistem penyaradan dengan kabel biasanya hanya cocok untuk tebang habis dan tidak untuk tebang pilih, karena pohon-pohon yang akan direncanakan untuk produksi tebangan berikutnya sudah rusak oleh mekanisme penyaradan dengan kabel itu. Disamping itu untuk menggunakan sistem kabel yang canggih diperlukan teknik yang tinggi dan beaya yang sangat besar, sehingga dituntut produktivitas yang sangat tinggi per satuan waktunya, agar modal bisa kembali dalam waktu yang ditentukan.