Kota dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim lokal akibat adanya struktur fisik dari kota, pemakaian artifisial energi, polusi udara, serta reaksi dari elemen-elemen iklim (angin, sinar matahari, dan sebagainya) terhadap permukaan urban. Perubahan iklim ini menyebabkan iklim kota menjadi sangat berbeda dengan iklim perdesaan di sekitamya. Sementara di negara maju polutan udara tradisional di kota-kota dimonitor secara berkala, di negara sedang berkembang sangat jarang hal itu dilakukan, sehingga sangat sedikit data tentang kecenderungan polusi yang terjadi setiap saat.
Hampir semua aspek dari iklim kota dapat berubah, termasuk keseimbangan panas radiasi, kecepatan angin, kelembaban dan karakteristik hujan. Menurut Bridgman, Warner dan Dodson (1995) perubahan iklim di daerah urban dapat disebabkan oleh lima hal:
- Digantinya permukaan rumput, tanah dan pepohonan dengan perkerasan aspal, semen atau beton, dan kaca;
- Digantinya area hijau pohon-pohon dan semak dengan blok-blok bangunan beton; . Dikeluarkannya sisa udara pendingin ruang, pemanas buatan bangunan, industri, dan kendaraan;
- Mengalirnya air hujan langsung kedalam jaringan air hujan, dan hanya sedikit air yang terserap kedalam tanah;
- Adanya polutan-polutan dari berbagai sumber, yang bereaksi dengan kandungankandungan kimia di udara membuat udara urban menjadi tidak normal. Tabel dibawah menunjukkan gambaran pengaruh kota terhadap iklim lokal, dibandingkan dengan daerah perdesaan.
Pengaruh kota terhadap iklim lokal
Sumber: Bridgman, Warner dan Dodson, 1995
Adanya perubahan iklim tersebut menjadikan daerah perkotaan mempunyai temperatur yang lebih tinggi daripada daerah pedesaan disekitarnya. Kondisi ini dikenal sebagai urban heat island yang dapat terjadi di semua kota didunia, besar maupun kecil. Bagian-bagian kota yang padat bangunan, terutama bangunan tinggi cenderung mengalami urban heat island. Apalagi jika disekitar bangunan-bangunan tersebut banyak perkerasan dan bukannya taman atau area penghijauan. Meskipun demikian urban heat island tidak terus menerus muncul. Apabila ada hembusan angin yang cukup kuat atau pada waktu hujan turun, tingginya temperatur dapat berkurang. Efek urban heat island akan muncul dengan semakin padatnya bangunan dan kendaraan di jalan. Oleh karenanya, pusat-pusat perbelanjaan, pusat bisnis, dan area-area padat dengan bangunan tinggi di kota sering mempunyai temperatur lebih tinggi daripada taman-taman kota atau kawasan dengan kepadatan bangunan rendah (Gambar 10.3). Pemakaian batu bata untuk material bangunan di negara tropis dapat menambah ketidak nyamanan penghuni, meskipun pohon dan orientasi timur-barat bangunan dapat mengurangi masalah ini (Sani, 1984). Ironisnya, kenyamanan penghuni membutuhkan cukup besar biaya dan energi, yaitu dengan pemakaian AC.
Gambar Kanopi iklim termal kota
Penutupan vegetasi dan ruang terbuka hijau sangat penting untuk mengurangi panas di daerah-daerah terbangun. Pada malam hari, panas lebih banyak hilang, sedangkan di slang hari tanaman penutup tanah dapat membantu proses evapotranspirasi, menjadikan efek dingin di atmosper paling bawah. Vegetasi juga dapat mereduksi suara serta penyaring polutan dari udara. Jadi, perancangan urban yang memperhatikan alam dapat membawa keuntungan bagi penduduknya.
Referesensi : Universitas Gadjah Mada