Pentingnya partisipasi : Masyarakat yang lebih tahu akan kebutuhannya dan sumber-sumber yang dimilikinya.Ada rasa ikut memiliki (harga diri) untuk ikut dalam keputusan penting bagi masyarakatnya. Merupakan pencerminan hak demokratis dalam pembangunan mereka sendiri.Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan. Partisipasi merupakan konskuensi logis dari hal itu.
Cara mengikut sertakan masyarakat (Diana Cenyers) :
1. Survey dan konsultasi dengan masyarakat setempat, kesulitan :
- biaya tinggi – tidak praktis
- survey yang dilakukan oleh orang luar sering diperoleh data yang kurang akurat
- tidak menunjukkan demokrasi partisipatif
2. Penggunaan staf yang terampil (sebagai perantara): Dengan menggunakan petugas lapangan yang tahu tentang lokasi.
Kesulitan :
- Komunikasi sering didominasi oleh pesan atas (kaum birokratis)
- Kesulitan mengkoordinasikan berbagai rencana antar lembaga
- Perlu tenaga multi-purpose
- Petugas yang kurang komunikatif dan tidak pandai survey sosial
3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi
- Dengan memiliki wakil badan perencana dari pusat.
- Dengan mendirikan badan perencana dari tokoh masyarakat setempat.
Ini hanya akan efektif bila ada disentralisasi implementasi rencana tersebut. Kesulitannya :
- Kurangnya kapasitas perencana yang sesuai di tingkat lokal.
- Mengintegrasikan perencanaan lokal menjadi perencanaan nasional.
- Perencanaan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat lokal kurang melibatkan melibatkan masyarakat awam.
4. Pemerintahan lokal (daerah)
Mulai diperkenalkan di wilayah-wilayah negara dunia ketiga yang dulunya diperintah pemerintah kolonial.
Tujuan :
- agar daerah dapat ikut berpartisipasi.
- memindahkan beban pengadaan dalam pelayanan lokal oleh pemerintah.
- keinginan untuk mendidik masyarakat atas dasar prinsip demokrasi gaya barat.
Masalah :
a. Pemerintah lokal tidak selalu merupakan badan perencana yang efektif.
b. Masih dipertanyakan efektivitas dalam melibatkan masyarakat setempat.
c. Masalah yang menyangkut pada kualitas dan status perencana pemerintah lokal.
d. Masalah yang menyangkut pada pengintegrasian perencanaan lokal dan kebijaksanaan nasional.
Kesulitan dalam mengikutsertakan masyarakat
1. Permasalahan yang berkaitan dengan keinginan masyarakat untuk terlibat, faktor yang mempengaruhi :
- Keterlibatannya dalam perencanaan awal sering tidak berpengaruh terhadap rencana akhir.
- Tidak mempunyai pengaruh langsung pada mereka.
2. Permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk mengetahui kebutuhan pokok mereka.
Ada masalah utama yaitu bahwa rata — rata penduduk negara — negara berkembang , terutama yang tinggal di pedesaan , hampir tidak mempunyai gagasan mengenai rangkaian pilihan yang seharusnya dapat mereka pilih. Dalm kondisi yang demikian maka tidak jarang kemudian mereka akan mengajukan serangkaian pilihan yang sebenarnya hal tersebut merupakan hal-hal yang tidak mungkin atau hal-hal lain yang telah dikatakan oleh kelompok atau orang lain pada mereka.
Kondisi yang demikia kemudian harus menjadi perhatian tersendiri bagi perencana sosial yaitu bagaimana mendidik masyarakat agar dikelak kemudian mereka akan dapat dan sanggup untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan pokok mereka.
3. Masalah perwakilan, konflik dan ketimpangan.
Tidak ada komunitas yang homogen dan lepas dari konflik intern.
- Tidak semua masyarakat dapat terlibat langsung sehingga menggunakan perwakilan. Sebaik apapun perwakilan tidak menjamin dapat menyuarakan aspirasi masyarakat.
- Masyarakat heterogen, wakil diambil dari orang-orang yang lebih mampu. Dalam kondisi yang demikian akan lebih meningkatkan eksistensi ketimpangan yang telah ada sebelumnya.
4. Kesenjangan komunikasi antara masyarakat dengan para petugas lapangan pembangunan dan perencana :
- Kesenjangan komunikasi antara para perencana dan petugas lapangan yang mempersiapkan rencana dan menyimpulkan informasi dengan masyarakat. Persoalannya terletak pada kedudukan para petugas lapangan tersebut di tengah-tengah masyarakat.
- Perbedaan antara lingkungan perencana dengan lingkungan masyarakat yang diharapkan untuk turut berpartisipasi.
- Perbedaan dalam : bahasa, sikap dan harapan, berbagai macam kecurigaan, kurang percaya , dendam bahkan sating mengejek.
5. Masalah harapan yang tidak terpenuhi :
- Ketidak pahaman masyarakat tentang proses pengambilan keputusan, yang pada keputusan akhirnya barangkali tidak sesuai dengan harapan mereka.
- Pengalaman masa lampau, dimana partisipasi mereka tidak juga membuahkan hasil seperti yang mereka harapkan.
- Sumber dari ketidak jelasan pemenuhan harapan masyarakat adalah pada kesenjangan informasi antara perencana, petugas lapangan dan masyarakat luas.
- Perlu adanya penjelasan-penjelasan tentang kebutuhan yang benar- benar mereka butuhkan.
6. Kontradiksi antara partisipasi dengan kecepatan laju pembangunan
- Partisipasi butuh : waktu luang, uang, tenaga (membuat proses perencanaan menjadi lebih rumit)
- Lebih sederhana : tanpa partisipasi (lebih cepat mencapai tujuan pembangunan)
- Bila lebih mementingkan partisipasi maka hal-hal lain merupakan risiko yang hams dibayarkan
7. Kepentingan lokal vs kepentingan nasional
- Konflik antara tuntutan dan kebutuhan masyarakat setempat dengan skala prioritas dan tujuan nasional.
- Ini terjadi karena perbedaan sudut pandang.
Pembangunan yang berwajah manusiawi
Menjelang dan sesudah pertengahan dasa warsa pembangunan ke dua mulai timbul pandangan — pandangan yang menegaskan bahwa pembangunan ekonomi saja tidak akan dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Mereka ingin memperhatikan manusia dalam totalitasnya, memberi bobot perhatian yang sama kepada dimensi- dimensi lain dari manusia. Paradigma ini sering disebut sebagai paradigma Humanizing Development atau pembangunan yang berwajah manusiawi. Tokoh-tokoh yang berbicara dalam paradigma iniadalah :
a. Guereiro Ramos. (1976)
b. Denis Goulet . (1973)
c. Ivan Illich (1973)
Pendapat – pendapat mereka tentang pembangunan dapat disimak dalam uraian berikut.
Guereiro Ramos
Tokoh ini menyimak adanya kecenderungan didalam masyarakat, bahwa di dalam masyarakat yang modern maka akan terjadi kecenderungan adanya dominasi salah satu enclave yaitu enclave pasar, diantara banyak enclave yang ada didalam sistem sosial yang ada.
Dominasi kehidupan manusia oleh enclave pasar ini kemudian akan dapat mendegradasikan martabat manusia menjadi mahluk yang semata-mata berfungsi sebagai pemaksimum manfaat. Akibat dari dominasi yang demikian ini maka terjadilah apa yang disebut sebagai undimensionalisasi kehidupan manusia. Perilaku mereka terbentuk sebagi respons atas tuntutan yang dibebankan oleh mekanisme pasar.
Proses ini telah menanamkan akar-akarnya pada kehidupan manusia sehingga undimensionalisasi hidup manusia sering kali diidentikkan sebagai hakekat manusiawinya itu sendiri_ Di bawah tekanan pasar, orang sering kemudian menyalah tafsirkan hakekat manusiawinya serta proses aktualisasi dirinya. Pada kondisi yang demikian inilah maka dapat dikatakan bahwa manusia sudah dikuasai oleh enclave pasar.
Ramos ingin membebaskan manusia dari dominasi enclave pasar tadi dengan mengarahkan pada terjadinya perubahan pada terbentuknya masyarakat Isonomy , dimana pasar hanyalah merupakan salah satu enclave di dalam realitas sosial yang bersifat multi sentrik, dan individu hanya secara insidental bersifat sebagai pemaksimum manfaat. Hakekat manusiawinya yang lebih esensial adalah sebagai mahluk yang selalu mengatur eksistensinya sesuai dengan hakekat untuk mengaktualisasikan dirinya_
Dengan terbentuknya masyarakat isonomy tersebut, maka masyarakat dapat terhindar dari tekanan enclave pasar yang mendominasi kehihidupan masyarakat modern. Masyarakat diharapkan mampu untuk menentukan sendiri mau masuk enclave yang mana , yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri sejalan dengan kebutuhannya untuk mengaktualisasikan dirinya di dalam masyarakat. Pasar di sini hanya merupakan salah satu enclave saja di antara enclave — enclave yang lain, yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat yang diinginkan adalah yang tidak tergantung dengan pasar.
Denis Goulet
Tokoh ini berpendapat bahwa masalah pembangunan yang berupa development dan under development, bukanlah semata-mata persoalan ekonomi, yang dapat diukur dari pertumbuhan G N P atau pendapatan perkapita. Kemiskinan yang merupakan realita hidup lebih dari dua milyar manusia, merupakan suatu state of mind dan state of national proverty, dan oleh karena itu hanya dapat dimengerti melalui penghayatan
Situasi keterbelakangan pada hakekatnya merupakan pengalaman deprivasi yang sepenuhnya disadari, karena di satu pihak mereka mendapat informasi tentang pembangunan di negara lain, tetapi di lain pihak mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki wahana kelembagaan dan wahana teknik untuk menghapuskan kemelaratan, kesengsaraan dan penyakit.
Keterbelakangan tidak dapat dimengerti hanya dengan angka — angka statistik yang merefleksikan pendapatan yang rendah, perumahan yang buruk, kematian yang dini, serta pengangguran. Pengamat keterbelakangan yang empatetik hanya dapat berbicara tentang keterbelakangan tersebut setelah dia secara pribadi mengalami goncangan akibat keterbelakangan.
Ivan Illich
Tokoh ini melihat bahwa proses pembangunan yang telah menciptakan kemakmuran bagi -sebagian besar anggota masyarakat juga telah menimbulkan dampak yang tidak diharapkan, berupa adanya kecenderungan dominasi teknologi dan hasil teknologi atas manusia . Tolok ukur yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan perubahan semata — mata dari ukuran yang bersifat material, telah menciptakan suatu struktur sosial yang terwujud berdasarkan atas kualitas dari produk yang telah dimiliki oleh seseorang.
Situasi sosial yang bertumpu pada sistem kapitalis telah menciptakan terhadap manusia kebutuhan — kebutuhan yang terus menerus, sehingga pada akhirnya manusia akan berada dalam dominasi teknologi dan hasil teknologi . Teknologi dan hasil teknologi telah membelenggu nilai —nilai kemanusiaan. Sadar ataupun tidak sadar manusia dengan kebebasan yang dimilikinya menjadi terbatas.
Ivan Illich berpendapat pula bahwa karena kedudukan seseorang hanya diperhitungkan menurut apakah mereka punya atau tidak punya benda atau material (baca : teknologi dan hasil teknologi ), maka tokoh ini mengusulkan dibentuknya masyarakat yang memiliki sistem peringatan dini (early warning system ) apabila dirasa akan terjadi dominasi teknologi dan hasil teknologi terhadap manusia. Masyarakat yang dikehendaki oleh tokoh ini disebut dengan nama Convivial yaitu masyarakat yang bebas dari dominasi teknologi dan hasil teknologi yang di dalamnya terdapat keseimbangan multi dimensional dari segala aspek kehidupan.
Pemaparan konsep-konsep pembangunan yang berwajah manusiawi yang berwawasan jauh dan bercakrawala luas ini tidak dimaksudkan untuk mendeskriditkan dimensi ekonomi dalam pembangunan nasional. Namun kiranya telah tiba saatnya untuk merumuskan secara lebih konseptual pembangunan sosial sebagai suatu nilai intrinsik, tidak sekedar sebagai auxiliary pembangunan ekonomi.
Referensi : Conyers , Diana, 1982 : An Introduction to Social Planning in the Third Worid , Johns & Sons Newyork, Brisbane, Toronto, Singapore.