Dilihat dari beberapa karakteristik yang dimilikinya, organisasi formal dan organisasi informal dapat dikomparasikan sehingga nampak adanya berbagai persamaan dan perbedaan. Dilihat dari sisi ini maka selain akan diperoleh gambaran yang menunjukkan persamaan maka juga akan dapat dilihat adanya perbedaan yang secara mendasar terjadi antara organisasi formal dan organisasai informal.
Organisasi formal diorientasikan pada pencapaian tujuan dan disusun berdasarkan prinsip umum suatu organisasi, yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi itu. Struktur formal merupakan hasil dari proses pemikiran yang terencana dan disusun secara rasional dalam kaitannya dengan tujuan organisasi.
Perubahan pada struktur formal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan pula pada tingkat pelaksanaan kegiatan dan hubungan antar bagian struktur itu. Sebaliknya, suatu organisasi informal terbentuk secara spontan, dimana individu dalam organisasi itu menggunakan pola tingkah laku tertentu yang disebabkan karena berbagai macam faktor sosial dan personal. Ini berarti bahwa struktur informal yang terbentuk mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan tujuan pada tingkat individu dari pada perbedaanperbedaan pada tingkat organisasi.
Sebagai akibatnya, organisasi informal memiliki kaitan erat dengan proses berdasarkan emosi dari pada proses yang lebih berdasarkan nalar. Perubahan struktur informal menunjukkan adanya pergeseran kesepakatan pada sebagian anggota organisasi itu, bukan merupakan cerminan dari perubahan pada sistem administrasi organisasi.
Secara teoritik, dalam organisasi formal hubungan antara individu dengan organisasi ditandai oleh hubungan yang bersifat mekanis dan tidak bersifat personal. Jadi, pertanggung jawaban dalam kegiatan dan perilaku anggota organisasimenunjukkan cirikhasnya sebagai suatu pelaksanaan tugas.
Berbeda dengan organisasi formal, pada organisasi informal berkaitan dengan pelaksanaan tugas ini akan menghasilkan suatu peran tertentu, sehingga dalam organisasi peran ini lebih luas dari sekedar peran yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan peran individual semata, tetapi lebih dari itu peran dalam organisasi juga meliputi harapan peran dari orang lain yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam struktur organisasi formal.
Oleh karena tingkah laku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang dalam suatu peran dapat memiliki bermacam-macam sumber, maka seseorang diharapkan berperilaku tidak hanya sebatas pada peran yang dimilikinya berkaitan dengan pelaksanaan tugas dalam struktur formal.
Ini berarti bahwa secarateknis, pelaksanaan tugas akan menghasilkan suatu perilaku tertentu dalam organisasi, tetapi harapan peran yang berkaitan dengan peran seseorang dalam pelaksanaan tugasnya dapat datang dari berbagai pihak, teman kerja, atasan, bawahan, keluarga dan sebagainya. Akibatnya konflik peran menjadi sesuatu yang mudah terjadi.
Sebagai contoh, seorang pekerja sangat diharapkan kehadirannya dirumah oleh keluarganya seusai jam kerja, tetapi pada saat yang sama teman-temannya sebagian dalam unit kerja itu mengajaknya bermain bridge untuk persiapan suatu turnamen bridge. Ini akan -menghasilkan suatu situasi yang tak mudah bagi seseorang yang mengalaminya karena ia harus memilih antara keuntungan dan kerugian dari pilihan yang dilakukannya.
Tujuan dari suatu organisasi formal dibentuk oleh para pendiri atau jika pada perusahaan bisnis ditentukan oleh para pemilik atau yang mewakilinya, dimana tujuan ini secara umum bersifat memberikan keuntungan atau menghasilkan efisiensi bagi organisasi. Selain tujuan utama, juga terdapat beberapa tujuan tambahan.
Dalam organisasi informal, tujuan utamanya adalah kepuasan hubungan sosial dari anggotanya. Ini bukanlah berarti bahwa organisasi informal tidak memberikan sumbangannya bagi pencapaian tujuan organisasi formal, dalam beberapa hal organisasi informal secara nyata memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi formal.
Tetapi yang utama dalam organisasi informal ini adalah pemenuhan kebutuhan sosial anggotanya. Idealnya tujuan organisasi formal danb informal ini sama, tetapi hal ini sangat sukar dapat terjadi. Jadi, pada kenyataannya, setiap anggota organisasi formal itu memiliki tujuan individual dan pada saat yang sama terdapat tujuan organisasi. Antara tujuan individual dengan tujuan organisasi ini tidak selalu sama.
Dalam organisasi formal, proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain bersumber dari posisi formal dan ditentukan oleh kewenangan yang dimiliki sesuai dengan posisinya dalam struktur formal itu. Ini berarti bahwa sesorang dalam posisi tertentu pada struktur formal memiliki cakupan kewenangan tertentu dan membawahi sejumlah bawahan tertentu.
Jadi disini pengaruh itu setara dengan kewenangan yang dimiliki, artinya jika wewenang itu diberikan pada seseorang pada suatu posisi tertentu dalam struktur formal, diasumsikan seseorang itu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Pada organisasi informal, proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain ini
Terjadi melalui persetujuan dari kelompok, bukan dari struktur formal dari organisasi. Secara umum, seseorang yang memiliki kemampuan besar untuk mempengaruhi orang lain dalam organisasi formal adalah orang yang paling dapat diterima dan dapat memperjuangkan pemenuhan kebutuhan kelompoknya. Seseorang yang memiliki kemampuan yang demikian dapat saja anggota biasa dari suatu kelompok tetapi dapat juga seseorang itu merupakan pemegang jabatan dalam suatu struktur formal.
Karena pemimpin informal seperti itu muncul dari proses sosial, maka faktor sosial yang menentukan kemampuan orang mempengaruhi orang lain tidak bersumber dari faktor-faktor yang berasal dari organisasi formal. Ini berarti bahwa pengaruh yang dimiliki seseorang dalam organisasi informal menunjuk pada orang atau person tertentu, sedangkan pada organisasi formal menunjuk pada posisi dalam struktur formal.
Dalam organisasi formal, mekanisme kontrol dalam bentuk peraturan, kebijakan, tatacara dan sebagainya, merupakan bagian yang terlekat dengan struktur formal. Meskipun tingkat kemampuan mekanisme kontrol tiap organisasi berbeda-beda, tetapi secara umum terlihat bahwa organisasi memiliki kemampuan mengontrol tingkah lahu dari anggotanya.
Dalam organisasi informal, ukuran tingkah laku, yang dapat dilihat sebagai suatu norma, dikomunikasikan kepada anggota organisasi informal melalui proses-proses sosial. Dalam organisasi informal, norma-norma yang ada ditujukan untuk mengontrol tingkah laku dan mengatur sanksi jika terjadi pelanggaran terhadap norma itu. Fungsi utama dari norma dalam organisasi informal ini adalah menguatkan jaminan bahwa pemenuhan kebutuhan dari anggotanya dapat dijamin.
Dalam organisasi formal, fungsi utama dari struktur wewenang yang hirarkhis adalah untuk membangun jaringan komunikasi yang tepat. Jadi jalur wewenang itu juga menunjukkan fungsinya sebagai jalur komunikasi. Pada organisasi informal, memiliki jaringan komunikasinya sendiri, untuk mencapai tujuannya secara individual maupun organisasional, yang berbeda dengan jaringan komunikasi organisasi formal.
Karena jaringan komunikasinya lebih banyak melalui komunikasi langsung dari orang ke orang, maka semua kebutuhan informasi pada organisasi informal, meskipun informasi itu telah mengalami seleksi, kadang-kadang tidak selalu tepat dan bahkan telah terdistorsi, selalu lebih cepat dibandingkan dengan informasi yang melalui jaringan formal.
Dalam organisasi formal, bagan atau susunan dari bagian-bagian organisasi menunjukkan hubungan wewenang. Perubahan pada penugasan dan perubahan wewenang akan dapat menggeser bagan yang ada sesuai dengan perubahan tersebut, Bagan ini memiliki tujuan untuk menunjukkan siapa memiliki wewenang atas siapa, bagiaman komunikasi antar bagian berlangsung, bagaimana hubungan antara bagian dan bagaimana hubungannya dengan tujuan organisasi.
Dalam organisasi informal, setara dengan bagan organisasi ini digambarkan dalam bentuk sosiogram. Sosiogram ini menunjukkan hubungan interaksi antar anggota dalam suatu kelompok tertentu. Sosiogram disusun melalui pengamatan perilaku aktual dari para anggota kelompok, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai, siapa yang paling berpengaruh, siapa yang dapat diterima oleh kelompok dan siapa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok. Dengan sosiogram ini dapat diperoleh gambaran tentang susunan kelompok dalam organisasi informal.