Para konselor juga melakukan defense mechanism, baik dalam kehidupan personal mereka maupun dalam konseling. Pengetahuan konselor mengenai perilaku bukanlah sebuah usaha penjagaan menggunakan pertahanan yang bersifat otomatis. Faktanya, pengetahuan mengenai perilaku dapat digunakan untuk mengasah sistem pertahanan yang biasa untuk menjadi sistem pertahanan yang lebih cerdas.
Pengetahuan mengenai perilaku dapat digunakan untuk membenarkan tindakan yang tidak mungkin dibenarkan pada kondisi “kotor” seseorang. Sebagai contoh, seseorang mungkin sedikit merasa takut untuk mengekspresikan kemarahannya sebelum mempelejari konseling. Tetapi sekarang yang ia pahami adalah bahwa “seorang konselor harus konfrontif” untuk membantu orang menghadapi diri mereka sendiri, individu merasa dibenarkan dalam mencerca dan menyerang orang lain dalam konseling. Kemarahan dan frustrasi konselor yang tertahan, melalui rasionalisasi, menjadi sebuah alat terapeutik.
Contoh di bawah ini menunjukkan bagaimana konselor dapat menggunakan defense mechanismuntuk menipu dirinya sendiri, dan akibatnya menipu individu dalam konseling. Seorang konselor dapat berkata kepada individu dalam konseling “Saya pikir saya telah bersikap toleran kepada Anda dan membiarkan Anda menarik langkah di dalam konseling. Saya akan bersikap sedikit keras kepada Anda tetapi itu untuk kebaikan Anda sendiri.” Individu merespon “baiklah, mungkin itu yang saya perlukan, saya biasanya dapat berhasil secara lebih baik jika seseorang memberi saya sebuah tendangan untuk membuat saya tetap jujur.”
Meskipun baik konselor ataupun individu mungkin menyadarinya, dalam hati konselor mengatakan “lelaki ini secara pasif mengingatkan saya kepada ayah saya yang saya benci. Saya tidak dapat melakukan apapun terhadap ayah saya sekarang, tetapi saya dapat “memukul” orang ini di bawah samaran “menguatkannya”, dan itu akan membuat saya merasa lebih baik.
Para konselor harus selalu menyadari kemungkinan bahwa mereka bisa jadi menipu diri mereka sendiri dan orang yang mereka temui dalam konseling pada waktu tertentu. Ketika keduanya, baik konselor dan individu, dapat mendekat satu sama lain dengan menyatakan “Inilah apa yang saya pikir dan saya rasa, tetapi kita sebaiknya melihat bahwa itulah yang benar-benar saya rasakan.” Konseling akan mengalami kemajuan secara lebih efektif.