Lompat ke konten
Kategori Home » Sosial Politik » Paradigma Pembangunan Menurut Perspektif Diakronis

Paradigma Pembangunan Menurut Perspektif Diakronis

  • oleh

Paradigma Pertumbuban Ekonomi Moneter

Lahir kurang lebih tahun 1950 dan tahun 1960 Menafsir pembangunan identik dengan pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan fungsi dari : saving, stratregi investasi dan teknologi

Tujuan Pembangunan Nasional : mencapai pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya dengan menetapkan pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai. Kemiskinan merupakan fenomena otonom (karena tidak memiliki modal dan nilai-nilai untuk maju). Difusi modal dan teknologi akan mengubah masyarakat menjadi maju à kemiskinan akan lenyap dengan proses pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

Untuk terwujudnya cita-cita tersebut dibutuhkan :

  • tenggang waktu, dan
  • proses perembesan ke bawah (trickle down effect)

Kepincangan ekonomi yang melebar merupakan harga yang harus dibayar , dan yang lebih penting adalah menumbuhkan ekonomi secara terus-menerus.

Dalam pendekatan yang mengarah pada pertumbuhan yang tinggi, yang memperoleh kesempatan untuk maju adalah lapisan masyarakat yang memiliki:

  1. pendidikan tinggi,
  2. ketrampilan tinggi, dan
  3. modal (di negara berkembang, jumlahnya kecil).

Keadaan yang demikian itu di negara berkembang kemudian memunculkan dualisme dalam perkembangan ekonomi yaitu sekelompok orang yang sangat kaya di satu sisi dan kelompok besar orang miskin di sisi yang lain. Keadaan ini memicu terjadinya disintegrasi dalam hubungan sosial ekonomi

Fenimena lain yang muncul di negara berkembang adalah adanya modal asing, import mengakibatkan industri rakyat gulung tikar

Paradigma yang mengacu pada nilai-nilai kesejahteraan

Merupakan reaksi untuk paradigma pertumbuhan karena tidak berhasil memperbaiki tingkat hidup kaum miskin (laju pertumbuhan ekonomi naiknya income per kapita)

Ciri-ciri

  • Fokus utama : penduduk miskin
  • Sifat : memberi bantuan (direct attack)
  • Pandangan terhadap orang miskin : hanya    punya  tenaga fisik      dan      intelektual, sehingga perlu bantuan.

Macam :

  1. Aliran indikator sosial

Melihat pembangunan tidak sekedar economic oriented tetapi juga social minted – aspek sosial bervariasi

  • Pertumbuhan dengan Pemerataan

(Redistribution with Growth)

  • Petumbuhan ekonomi searah dengan distribusi kekuasaan yang kemudian diarahkan pada distribusi pendapatan
  • Transfer of income dari kelas atas ke kelas bawah, dari negara kaya ke negara miskin sebesar 2 %

Paradigma Basic Needs

Merupakan program bantuan bagi orang yang sangat miskin melalui pemenuhan kebutuhan- kebutuhan dasar.

Tidak hanya mencakup penghasilan (ekonomi) tetapi juga akses terhadap pelayanan

  • politik,
  • pendidi kan,
  • kesehatan,
  • air bersih,

transportasi umum, dll.

Basic Needs merupakan konsep yang dinamis, konsep ini mempunyai makna yang berubah- ubah. Konsep ini hams diletakkan dalam konteks pertumbuhan suatu bangsa. Konsep ini juga hams dipandang sebagai suatu tingkat kehidupan yang lebih baik (bukan sesuatu yang diperlukan untuk minimal kebutuhan). Di dalam konsep Basic Needs juga terkandung arti adanya persamaan hak dalam mengakses fasilitas (dalam kenyataan tidak mudah dilakukan, misalnya dalam pemberian kredit).

Indikator-indikator dalam Basic Need (bervariasi)

  • Kesehatan : usia harapan hidup
  • Pendidikan : Prosentase yang bisa baca tulis, prosentase anak sekolah yang tertampung
  • Pangan : Jumlah kalori (kira-kira)
  • Suplai air bersih : Prosentase penduduk yang bisa mengakses air bersih
  • Perumahan : tidak ada indikatornya
  • Yang paling umum digunakan : tingkat kematian bayi

Paradigms Neo-ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak mencerminkan apa yang dirasakan orang miskin Perlu tolok ukur untuk pembangunan

  1. Seberapa jauh pembangunan berhasil memberantas kemiskinan
  2. Seberapa jauh pembangunan berhasil mengurangi pengangguran
  3. Seberapa jauh pembangunan berhasil memberantas ketimpangan Pandangan terhadap kemiskinan :

Kemiskinan diartikan sebagai socially defined (masyarakat miskin itu didefinisikan oleh masyarakat tertentu).

Misalnya :

Dalam suatu negara penduduknya sama-sama menempati RSS dengan sedikit variasi maka ini belum tentu dikategorikan miskin.

Tetapi kalau di satu pihak ada gedung pencakar langit dan di pihak lain banyak gubuk reyot , maka yang di gubug reyot itu yang miskin.

Paradigma Dependensia

  • Pembangunan berkaitan dengan kolonialisme dan kapitalisme
  • Development dan under-development ada kaitan erat — > merupakan sisi dari proses historis yang sama.

Sritua Arif berpendapat:

Kemiskinan massal di satu pihak dan situasi berlebihan pada sekelompok elit di pihak lain adalah merupakan manifestasi proses ekonomi yang tertinggal. Ini dapat dilacak dalam konteks sejarah, pada saat seluruh kegiatan sosial ekonomi dan tatanan politik, budaya yang mendukung; diciptakan dalam suatu proses sejarah yang mengabdi kepada kepentingan elite feodal dan kaum penjajah.

Jadi proses development suatu negara akan mengakibatkan under-development di negara lain. (Indonesia miskin karena lama dijajah Belanda).

Gejala ketergantungan terjadi pada saat negara-negara pra-kapitalis diintegrasikan dalam jaringan                 pasar    internasional     (melalui    perdagangan    internasional)     maka    terjadilah eksploitasi buruh dari para kapitalis. Kondisi ini membuat surplus negara kapitalis yang mengakibatkan terjadinya akumulasi kapital dan ini membuat negara tersebut menjadi

negara maju. Pada giliran berikutnya negara maju mengalihkan kapital ke negara kurang maju berupa pinjaman melalui kolonialisme atau jaringan pasar internasional.

Akibatnya kemudian negara pra-kapitalis :

  • Dibanjiri penduduk baru, dan ini merupakan keuntungan bagi negara kapitalis.
  • Sebagai suplier tenaga kerja murah.

Proses yang demikian itu membuat ekonomi suatu negara ditentukan oleh kemajuan negara lain (dependensia). Dalam melanggengkan penghisapan, negara kapitalis bekerja sama dengan : elite politik negara pra-kapitalis dalam bentuk penanaman medal terselubung

Referensi :

Arif Sritua & Adi Sasono, 1984, ketergantungan dan keterbelakangan, Sinar Harapan , Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *