Lompat ke konten
Kategori Home » Arsitektur » Paradigma dalam Berteori Arsitektur

Paradigma dalam Berteori Arsitektur

  • oleh

Perkembangan perancangan arsitektur sejak era pra-klasik dan sesudahnya mempelihatkan adanya pergeseran dalam essensi paradigmanya yang dapat digunakan sebagai sumber bertema dan berteori dalam arsitektur.

Pada era peradaban kuno (ancient world) konsep arsitekturnya mendasar-kan inspirasinya dari alam semesta yang berkaiatan dengan nilai-nilai kosmos dan mitos. Pada era kebesaran arsitektur Klasik Eropa (Yunani–Romawi–Renaissance) paradigma arsitekturnya sangat dititik beratkan pada estetika bangunan. Proporsi, simetri, geometri dan ornamentasi merupakan sasaran essensial dalam konsepnya, sedangkan aspek struktur dan fungsi berperan minor.

Dengan munculnya gerakan arsitektur modern yang melawan kemapanan arsitektur klasik eropa yang doktriner, konsep arsitekturnya bergeser lagi dalam paradigmanya. Perancangan modern mendasarkan pemikiran perancangannya pada paradigma Rasionalisme dimana pertimbangan-pertimbangan perancangannya berdasarkan pada logika dan rasio, menggunakan teknologi baru dan aspek-aspek struktur serta fungsi menjadi dominan.

Sementara estetika mendapat interpretasi baru dengan mengutamakan ekspresi sistem bangunan, struktur dan fungsi. Penyelesaian façade dengan garis-garis linier dan bentuk kotak. Assosiasi dengan konteks terabaikan dan eksesnya melahirkan konsep bentuk yang universal. Pada pertengahan tahun 1960-an paradigma arsitektur modern ini mulai dipertanyakan dan ditantang dengan munculnya buku Complexity and Contradiction in Architecture dari Robert Venturi (19–). Gerakan perbaharuan ini menamakan dirinya sebagai post-modernisme (istilah dari Charles Jenck dalam bukunya The Language of Post-Modenism, 1979).

Gerakan Post-Modernisme ini menentang azas-azas yang bersifat tunggal atau „universalism‟ dan „uniformity‟. Kalau gerakan Modern menolak sejarah arsitektur Eropa, kaum post-modernism justru mau merangkul sejarah. Pelbagai teori bermunculan, paradigma-paradigma teoritik menjadi penentu post modernisme, termasuk teori-teori dari luar displin arsitektur.

Dengan demikian suatu era baru dalam perjalanan sejarah arsitektur modern telah lahir. Beberapa contoh paradigma yang tersebut diatas merupakan beberapa diantara paradigma-paradigma yang dianggap gayut dalam perjalan teori arsitektur. Sedangkan masih banyak lagi paradigma-paradigma di dalam belahan bumi yang tidak disebut, baik di Timur maupun di Barat yang berperan sebagai acuan atau inspirasi dalam berkonsep dan berteori.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *