Lompat ke konten
Kategori Home » Kehutanan » Mekanisme Terjadinya Perubahan Ekosistem

Mekanisme Terjadinya Perubahan Ekosistem

  • oleh

Bila kita memahami tentang dinamika vegetasi, maka pertama kita harus menjawab pertanyaan: Mengapa perubahan terjadi? Bila kita ingin menggunakan pemahaman tentang suksesi dalam pengelolaan sumber daya alam hutan, maka harus menambah pertanyaan: Berapa besar kecepatan proses suksesi terjadi?

Telah diketahui bahwa factor pengendali dan kecepatan suksesi berbeda dari tempat satu ke tempat lainnya, dari wilayah satu ke wilayah lainnya, dan ada perbedaan tingkat seralnya pada tempat tertentu.

1. Kolonisasi

Kolonisasi adalah proses dengan dua komponen, invasi dan survival. Kecepatan suatu kawasan dikuasai (jumlah per unit waktu) oleh individu organisme (biji-bijian, spora, individu belum masak dan individu masak) yang datang pada tempat tersebut, dan mereka berhasil hidup mantap dan survive. Kolonisasi di tempat yang basah akan lebih cepat dibanding pada tempat yang kering dan tidak subur karena kemudian akan tidak survive. Contoh studi suksesi di padang rumput Afrika, menunjukkan rata-rata jumlah biji yang diproduksi pertumbuhan adalah 20.700 untuk kolonisasi jenis pionir, 6200 untuk jenis rumput awal, 272 untuk jenis rumput sekunder, dan hanya 27 untuk jenis tumbuhan klimaks.

Jika organisme kolonizer memproduksi propagul reproduktif yang umurnya pendek, maka organisme tersebut harus menghasilkan dalam jumlah sangat banyak kecuali mereka memiliki penyebaran biji yang efisien untuk menjangkau habitat baru yang sesuai. Banyak jenis tumbuhan yang tergantung pada angin dan produksi biji kecil yang melimpah, relatif pendek umurnya untuk mengkompensasi kondisi angin yang tidak selalu dapat dipercaya untuk mengantarkan biji-biji ke tipe habitat barn yang cocok.

2. Merubah karakter fisik ekosistem

Survival suatu jenis tumbuhan yang telah menginvasi kawasan tertentu merupakan ukuran kemampuan beradaptasi dan bertoleransi terhadap kondisi fisik dan biotic tempat yang bersangkutan. Dengan menguasai tempat tersebut, maka jenis tumbuhan tidak dapat menghindari dari perubahan kondisi tempat tumbuh, dan perubahan tersebut sering tidak menguntungkan untuk meneruskan penguasaannya terhadap tempat tersebut.

Perubahan yang terjadi dapat menurunkan kemampuan berkompetisi bagi jenis yang tinggal dan meningkatkan kemampuan berkompetisi bagi jenis pendatang, atau kedua-duanya. Contoh, jenis tumbuhan pionir yang intoleran terhadap naungan menciptakan naungan seperti ketika komunitas jenis tersebut berkembang yang temyata justru anakannya sendiri tidak mampu tumbuh dan tidak survive, sementara anakan jenis pendatang tumbuh dengan subur.

3. Pergantian jenis tumbuhan karena antibiosis, autotoxicity dan kompetisi

Tumbuhan tidak hanya merubah iklim macro dan karakter fisik maupun kimia tanah, mereka juga merubah lingkungan kimia organiknya. Tumbuhan juga memproduksi ragam yang luas bahan kimia yang bersifat alelopatik, yang mampu menghambat perkecambahan dan atau pertumbuhan jenis lainnya. Penyesuaian ini memainkan peran yang nyata dalam suksesi. Dalam beberapa kasus alelopati juga menjadi factor yang mempercepat suksesi, sedang di bagian lain justru menghalanginya. Setiap factor yang mempengaruhi ketersediaan unsur nitrogen dalam tanah akan mempengaruhi tingkat suksesi. Beberapa tumbuhan pionir yang toleran terhadap ketersediaan nitrogen yang rendah, telah menyesuaikan diri untuk memperpanjang penguasaannya pada areal yang bersangkutan dengan memproduksi bahan kimia alelopatik yang menghambat proses penambatan nitrogen dan bakteri penghasil nitrogen dan oleh karena itu mengganggu pertumbuhan tumbuhan seral berikutnya.

Bahan kimia alelopatik dapat memodifikasi hubungan kompetitif jenis, tetapi kompetisi dirinya sendiri, khususnya untuk cahaya. Tumbuhan suksesi awal umumnya shade-intolerant dan kecil ukurannya, sedang jenis tumbuhan suksesi akhir umumnya shade-tolerant dan lebih tinggi ukurannya.

Anakan pohon yang ternaung lebih mudah kena serangan jamur, dan kemampuan untuk bertahan terhadap serangan tersebut menjadi penting untuk menentukan peran jenis dalam proses suksesi. Kemampuan survive di bawah naungan berhubungan dengan berat biji dan kecepatan respirasi. Biji-biji jenis shade-tolerant, jenis akhir suksesi sering lebih besar dan memilikipertumbuhan dan tingkat kematian yang lebih rendah daripada jenis shade-intolerant, jenis awal suksesi..

Suksesi Linear dan Siklis: Problem Konsep Klimaks

Berdasarkan sejumlah studi tentang vegetasi telah dilaporkan bahwa di dalam tipe ekosistem tertentu seseorang dapat mengamati kelompok-kelompok kecil komunitas yang secara suksesif saling menggantikan posisi satu sama lain dalam rangkaian yang siklis. Kemungkinan siklus tersebut hanya melibatkan tingkat suksesi akhir saja, atau mungkin suatu sikius ulangan dari seluruh rangkaian suksesi.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap klimaks dari banyak tipe ekosistem telah terungkap bahwa kompleks regenerasi – terdiri atas kelompok-kelompok komunitas kecil atau kondisi komunitas, masing-masing kelompok tergantung pada tetangganya dan berkembang di bawah kondisi yang sebagian ditentukan oleh mereka – adalah umum pada banyak tipe ekosistem.

Vegetasi klimaks harus dipertimbangkan sebagai `steady state’ dari ragam siklis ulangan jangka pendek dalam komposisi kelompok-kelompok kecil vegetasi di sekitar kondisi komunitas rata-rata, dari pada sebagai stabil, kondisi yang tidak beragam dimana ada pertukaran antara individu ke individu. Pengenalan terhadap pentingnya gangguan dalam skala kecil telah menghasikan perhatian pertumbuhan dinamika celah (gap dynamics) dalam ekosistem hutan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *