Dalam realitasnya, ijtihad itu diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki seorang mujtahid, sebagai berikut:
Ijtihad muthlaq
Ijtihad muthlaq yakni ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid muthlaq untuk menggali dan meletakkan kaidah ushul serta kaidah-kaidah yang lazim diperlukan berijtihad, juga berijtihad dalam seluruh permasalahan fiqh. Yang masuk kategori mujthid muthlaq adalah para imam mazhab, semisal Abu Hanifah (w. 768 M), Malik bin Anas (w. 795 M), Asy-Syafi’i (w. 820 M), Ahmad bin Hanbal (w. 855 M), Ibnu Hazm (w. 1064 M), Ja’far ash-Shadiq (w. 765 M) dll.
Ijtihad mazhabi
Ijtihad mazhabi, yakni ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid mazhab dalam seluruh permasalahan fiqih, dengan menggunakan kaidah ushul serta kaidah-kaidah yang lazim diperlukan dalam berijtihad yang telah digali dan diletakkan oleh imam mazhab. Diantara mujtahid mazhab yang dikenal adalah Ibnu Qudamah Al-Maqdisi (w. 1223 M) yang bermadzhab Hanbali, Abu Yusuf (w. 798 M) yang bermadzhab Hanafi, An-Nawawi (w. 1277 M) yang bermadzhab Syafi’i dll.
Ijtihad fi al-mas’alah
Ijtihad fi al-mas’alah, yakni ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid fi al-mas’alah menyangkut permasalahan fiqih tertentu dan tidak mencakup semua masalah fiqh, dengan menggunakan kaidah ushul dan kaidah-kaidah yang lazim digunakan dalam berijtihad yang telah digali dan diletakkan oleh imam mazhab, sementara dalam permasalahan fiqih lain, bisa jadi ia taklid pada mujtahid yang lain. (Hafidz Abdurrahman, Ushul Fiqih, 2003).