Konsep In-group merupakan konsep yang dikemukakan oleh seorang sosiolog W.G. Sumner dalam karyanya berjudul “Folkways”. Konsep ini menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan proses sosialisasi kelompok. Di lain pihak, konsep Out-group merupakan konsep yang diletakkan sebagai lawan dari In-group, merupakan istilah yang dikembangkan para ahli sosiologi dan telah menjadi istilah yang sangat lazim di dalam sosiologi.
Klasifikasi in-group dan out-group terbentuk dalam proses sosialisasi. Dalam proses sosialisasi setiap anggota kelompok mendapatkan pengetahuan tentang “kami” atau “kita”, sebagai lawan dari “mereka” dan dalam proses itu pula terbentuk perasaan “berkami” (we feeling) dalam diri anggota kelompok itu. Ini sangat berpengaruh terhadap sikap individu terhadap kelompok lain dan pemahaman tentang kepentingan kelompoknya oleh individu dihadapan kelompok lain.
Kelompok sosial dengan mana individu mengidentifikasikan dirinya dikenal sebagai in-group, sedangkan out-group dipandang sebagai lawan dari in-group. Ukuran suatu kelompok sosial merupakan in-group bagi seseorang sangat bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial tertentu. In-group didasari oleh perasaan simpati dan perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. Sebaliknya, out-group ditandai dengan adanya antipati dan antagonisme.
In-group mendorong terjadi dan menguatnya loyalitas pada kelompoknya dan sekaligus berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial kelompok terhadap anggota in-groupnya. Ini berarti bahwa dalam in-group, terbentuk pola interaksi yang khas bagi kelompok itu, yang berbeda dengan kelompok lain, yang dipandang sebagai out-group bagi kelompok itu.
Dalam berbagai organisasi, perasaan sebagai in-group maupun out-group ini juga muncul sebagai dasar interaksi antar anggota suatu organisasi. Sebagimana diketahui, ukuran suatu kelompok sosial merupakan in-group atau menjadi out-group bagi seseorang sangat bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi social tertentu.
Hal ini juga berlaku dalam lingkup organisasi. Pada suatu kondisi sosial tertentu, seluruh bagian dari suatu organisasi dapat menjadi in-group ketika dalam posisi berhadapan dengan organisasi lain. Artinya, kesatuan antar bagian atau anggota dalam organisasi itu menunjukkan karakternya sebagai suatu in-group.
Sebagai contoh, dua perusahaan bisnis yang bersaing menggarap suatu bidang yang sama, akan cenderung menguatkan perasaan in-group dalam tiap-tiap organisasi itu, tetapi juga membentuk perasaan out-group terhadap organisasi lainnya.
Pada kondisi sosial yang lain, tidak mustahil terjadi dimana dalam satu organisasi terbentuk in-group dan out-group. Ikatan antar anggota suatu kelompok dalam suatu bagian tertentu dari suatu organisasi kerja, tidak jarang menggambarkan perasaan sebagai suatu in-group.
Tetapi pada saat yang sama, terhadap bagian lain dalam organisasi itu juga, kelompok ini memandangnya sebagai suatu out-group. Sebagai contoh, dalam lingkungan kerja tidak jarang muncul istilah “bagian basah” dan “bagian kering”. Kondisi ini, meskipun dalam suatu organisasai kerja yang sama, akan dapat menghasilkan munculnya in-group dan out-group.