1. Fire Alarm System
Sifat cara kerjanya hanya memberita-hukan adanya bahaya kebakaran, baik kepada penghuni bangunan maupun kepada petugas pemadam kebakaran.
Pada sistem manual, dilakukan dengan menekan switch tanda bahaya kebakaran yang akan mengoperasikan sistem signal dan membunyikan bell atau horn tanda bahaya.
Pada peralatan otomatis secara otomatis memberikan perintah kepada sistem signal untuk bekerja membunyikan bel atau horn. Perlengkapan otomatis dilengkapi dengan detector.
Ada 2(dua) macam Detector, yaitu:
- Thermal Detector, mendeteksi perubahan suhu ruang dan pada ketinggian suhu tertentuakan memberi isyarat pada signal-box.
- Smoke Detector, mendeteksi kepekatan asap dan pada kepekatan tertentu kemudian memberikan isyarat ke signal-box.
Perletakan Fire Alarm system di dalam bangunan:
- Peralatan yang bekerja secara manual biasanya diletakkan pada jalanjalan keluar, misalnya tangga darurat.
- Peralatan Otomatis biasanya diletakkan di dalam ruang boiler, dapur, laboratorium, gudang, dll.
- Smoke detector biasanya diletakkan pada ruang-ruang yang banyak ditempati manusia, misalnya lobby, ruang kelas, ruang pertemuan, dll.
- Thermal detector ditempatkan pada ruang-ruang yang tidak banyak dikunjungi manusia dan pada tempat penyimpanan barang-barang yang peka terhadap panas.
- Bell tanda bahaya diletakkan pada ruang-ruang private atau ruang-ruang yang tidak ramai sehingga bunyi bell dapat terdengar dengan jelas.
- Horn (corong) mempunyai suara yang relative tinggi sehingga cocok untuk ditempatkan di ruang-ruang yang mempunyai angka kebisingan cukup tinggi atau ramai.
2. Fire Detection System
Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya api, yaitu:
- Smoke Detector
Pada prakteknya Smoke Detector umumnya dipasang pada return air duct, pada ruang-ruang penyimpanan barang-barang bernilai tinggi, dan pada tempattempat yang tidak ada kegiatan manusia. Sebagai sensor dapat dipakai Smoke Control, bila diaktifkan oleh asap akan membuka vents yang berhubungan dengan udara luar dan menjalankan kipas yang ada disitu untuk mengeluarkan asap dan udara panas.
- Heat detector
Pada hakekatnya sama dengan smoke detector, tetapi tugasnya adalah mengindera perubahan suhu yang terjadi di dalam ruangan dan kemudian menunjukkan lokasi kesulitan pada panel kontrol. Prinsipnya adalah menggunakan thermostat, tube, atau sejenis kabel yang akan putus bila terkena suhu tertentu.
- CCTV Camera
Alat ini fungsi utamanya adalah sebagai komponen sekuriti sistem dalam bangunan, tetapi dalam prakteknya dapat membantu pendeteksian akan adanya api. Kelemahannya adalah bahwa pengoperasian kamera harus terus ada yang menjaga atau mengawasi.
3. Sprinkler System
Jenis-jenis sprinkler system:
a. Wet Pipe Automatic System
Jaringan sudah berisi air di bawah tekanan agar bisa segera memancar bila katup sprinkler bekerja atau pecah.
b. Dry Pipe Automatic System
Pipa berisi udara di bawah tekanan. Bila kepala sprinkler pecah/lepas, air mengalir masuk ke dalam pipa lalu memancar melalui kepalanya.
c. Deluge System
Dengan sprinkler terbuka atau kombinasi terbuka dan tertutup yang dikendalikan oleh katup mekanis atau hydrolis / deluge valve. Kebutuhan Air untuk sistem ini sangat besar.
d. Pre-Action System
Merupakan gabungan dari Dry Pipe dan Deluge.
e. Limited Water Supply Pressure Tank System
Letak tangki di basement dengan tekanan 100-110 psi. Digunakan untuk bahaya kecil, dan tidak lebih dari 5-10 sprinkler raja yang bekerja.
f. Junior System
Merupakan Wet Pipe dengan lubang sprinkler /8, dimana tidak boleh lebih dari 3-4 sprinkler yang bekerja.
g. Special System
Dipergunakan bila jumlah air lebih terbatas lagi. Biaya tinggi.
h. Automatic sprinkler system
Merupakan suatu sistem sprinkler yang bekerja secara otomatis dengan pola pemipaan horizontal yang diletakkan di dekat ceiling atau struktur yang membutuhkan. Pipa ini dilengkapi dengan outlet dan sprinkler head yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga ada suhu 135-160 derajat Fahrenheit akan terbuka secara otomatis dan memancarkan sejumlah air. Jarak sprinkler head ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya:
- Fire Rating dari bangunan.
- Konstruksi ceiling.
- Jarak balok-balok.
4. Water Supply System
a. Stand Pipe and Hoses
Alat ini fungsinya untuk digunakan oleh personil bangunan sementara menunggu dari fire department yang lebih terlatih. Stand pipe disyaratkan untuk ditempatkan di dalam atau di dekat tangga darurat, dengan demikian hoses dapat mencapai kebakaran di setiap sudut bangunan.
b. Up-Feed Pumping
System ini menggunakan Automatic Controlled Pumping System yang menghindari elevated tank. Sistem ini akan bekerja secara otomatis apabila terjadi kebakaran dengan pengaliran secara up feed system.
5. Smoke and Heat Venting
Vents digunakan untuk mengurangi asap dan panas bangunan dan menambah aksesibilitas bagi pemadam agar dapat mendekat dan langsung bertindak di sumbernya.
6. Fire dumper dan Shutter
Pada saat terjadi kebakaran, Fire dumper dan Shutter akan menutup berbagai perlobangan yang terdapat pada partisi tahan terhadap api.
7.Chemical Extinguishing System (Portable Fire Extinguisher)
Alat ini digunakan untuk kebakaran-kebakaran yang kecil. Alat ini berbentuk tabung pemadam api dengan isi bahan kimia tertentu (CO2 dst).
Penempatan Chemical Extinguisher System:
- Satu alat untuk luas lantai 5.000 sqft atau sekitar 464,5 meter persegi.
- Mudah dicapai.
- Dipasang pada tempat-tempat yang strategic.
- Dipasang agar dapat dicapai kurang dari 30 meter di setiap tempat.
Tabel: Kenaikan temperatur terhadap waktu kebakaran
Referensi : Universitas Gadjah Mada