Lompat ke konten
Kategori Home » Sosial Politik » HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR SOSIAL DAN PERILAKU KRIMINAL

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR SOSIAL DAN PERILAKU KRIMINAL

  • oleh

Struktur Sosial merupakan suatu konsep dalam Sosiologi yang sangat penting untuk  dipelajari,  karena  manusia  sebagai  obyek  dari  Sosiologi,  memiliki  dua kedudukan, yaitu :

Pertama berkedudukan sebagai makhluk individual, yang memiliki kondisi  spe  sifik  dan  kebebasan  memenuhi  kebutuhannya,  sertakedua, sebagai makhluk struktural atau anggota suatu struktur. Sebagai makhluk individual manusia memiliki   beberapa   kesamaan-kesamaan   dan   perbedaan-perbedaan   apabila dibandingkan  dengnan  manusia  lain.  Faktor  penyebabnya  sudah  barang  tentu bermacam-macam, baik fisikal, psikis, maupun biologis. Bahkan dapat pula dilihat dari dimensi sosial-budaya, politis maupun ekonomis, karena dari saat lahir sampai dengan meninggal dunia, tiap-tiap manusia sudah pasti akan mengalami hal-hal yang sama, bersama  anggota  masyarakat  lain,  maupun  hal hal  khusus  yang  berbeda  dan merupakan pengalaman unik dari masing-masing individu yang tidak sama dengan manusia lainnya.

Dalam kesadaran bahwa di dalam kehidupan manusia dapat ditemui adanya perbedaan-perbedaan, maka sebagai makhluk sosial atau struktural, manusia akan berusaha menciptakan kesamaan-kesamaan, agar di dalam kehidupannya didapati suatu pola perilaku yang tidak bertentangan di antara sesama anggota masyarakat. Sebagai contoh dapat dikemukakan, misalnya : Penciptaan pedoman mengenai cara berpakaian, tata cara bertamu, cara berinteraksi dengan lain jenis, tata cara melamar gadis, tata cara pernikahan dan lain-lain.

Sementara itu bentuk-bentuk kesamaan di antara anggota masyarakat yang secara  naluriah  telah  tercipta  dengan  sendirinya  adalah : Dorongan  untuk  saling menyayangi, dorongan untuk menjaga kesehatan, dorongan untuk mempertahankan diri, dorongan untuk mengatasi rasa lapar, dorongan untuk berpakaian, dorongan untuk memiliki tempat tinggal, dorongan untuk melangsungkan keturunan, dan  masih  banyak  contoh  lain  lagi  yang mamnunjukkan  bahwa  disamping  ada perbedaan, didapati juga adanya kesamaan-kesamaan kolektif.

Perbedaan-perbedaan disatu sisi, dan kesamaan-kesamaan di sisi lain, pada saat tertentu akan membuat kehidupan suatu masyarakat menjadi harmonis, tertib, aman dan teratur, namun demikian, tidak jarang pula kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada itu justru membuat kehidupan masyarakat menjadi kacau dan saling bertentang an, menciptakan konflik, sampai pada tindak kriminalitas.

Kesamaan-kesamaan   untuk   mencapai   pemenuhan   kebutuhan   bersama, seperti : kebutuhan akan adanya tempat ibadah, memperkeras dan memperlebar jalan desa, membuat parit penanggulang banjir, dan keinginan lain yang mengarah pada usaha meningkatkan kesejahteraan sosial serta kepentingan umum, sudah tentu hasilnya akan positif, akan tetapi jika ujudnya adalah keinginan unuk memasuki lapangan pekerjaan yang sama, sekolah pada sekolahan yang sama atau bahkan menikahi   orang   sama,   maka   akibatnya   justru   akan   melahirkan   persaingan, permusuhan, perkelahian dan sebagainya.

Apabila kesamaan-kesamaan saja dapat menimbulkan pertentangan, maka apalagi   perbedaan-perbedaan.   Sudah   barang   tentu,   kecenderungannya   untuk melahirkan pertentangan, kekacauan atau perpecahan di antara anggota masyarakat akan lebih nyata. Walaupun bukan barang mustahil, bahwa untuk hal-hal tertentu, perbedaan-perbedaan   di   antara   anggota   masyarakat,   akan   dapat   membawa ketenteraman, kerukunan dan intergasi. Misalnya perbedaan dalam hal memilih letak tanah dan rumah. Ada anggota masyarakat tertentu yang tidak suka memiliki rumah yang letaknya berada di pojok simpang empat ataupun simpang tiga jalan, karena dianggap akan membawa malapetaka.Sebaliknya anggota masyarakat tertentu justru memilih di pojok, karena pojok dianggap akan membawa keberuntungan, misalnya dalam hal kelebihan tanah, pemandangan yang dapat dilihat dari beberapa penjuru, dan kelompok yang seperti ini justru keberatan jika harus memiliki rumah atau tanah yang tidak di pojok, melainkan di tengah atau di antara tanah atau rumah orang lain, karena dianggap akan membawa beban atau “memiku!” beban berat orang lain.

Contoh lain dapat dikemukakan bahwa adanya perbedaan keahlian orang dalam hal melakukan pekerjaan, seperti ada yang ahli elektronik, ahli otomotif, ahli menukang batu, telah membuat kehidupan ini menjadi lengkan karena jika tidak ada mereka,  maka  kehidupan  ini  akan  menjadi  susah,  karena  setiap  orang  harus melakukan semuanya.

Demikian juga adanya orang-orang yang tidak sempat sekolah atau kuliah, telah membawa keberuntungan juga bagi pemenuhan kebutuhan fihak lain akan keberadaan  orang  yang  siap  menjadi  sopir,  siap  menjadi  tukang  kebun  dan sebagainya. Perbedaanperbedaan semacam ini justru akan membuat orang tidak saling berebut atau setidaktidaknya akan mengurangi jumlah orang untuk saling berebut.

Mengingat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam kehidupan manusia, dapat mengakibatkan munculnya pertentangan, permusuhan, kete  gangan,  ketidak-harmonisan  dan  sebagainya,  maka  bukan  barang  mustahil bahwa bagi mereka yang tidak mampu menahan diri dalam proses persaingan, konflik dan   lain-lain   itu,   akan   terdorong   ke   arah   tindakan   kriminalitas   yang   dapat mengakibatkan kerugian atau penderitaan fihak lain.

Kecenderungan berbuat kriminalitas ini, di antara anggota masyarakat yang satu dengan lainnya tidaklah sama, hal ini sangat dipengaruhi dan berkaitan dengan profil sosialnya, yang meliputi : Struktur social dan budaya. Dalam arti bahwa bentukbentuk tindak kriminalitas di antara anggota masyarakat yang memiliki strata social rendah, menengah dan tinggi, tidak selalu sama. Demikian juga bagi mereka yang memiliki  kebudayaan  yang  berbeda.Persamaan-persamaan  ataupun  perbedaanperbedaan di antara anggota masyara kat itu dapat di lihat dari beberapa dimensi, baik dimensi horizontal, vertikal maupun mobilitas. Buku teks ini akan menjelaskan secara detail mengenai kedudukan manusia balk secara individual maupun struktural. Lebih dari sekedar itu, pemahaman pun akan dilakukan melalui beberapa dimensi, yang meliputi  dimensi  horizontal,  vertical  dan  mobilitas,  dengan  mencoba  melakukan penjelasan mengenai keterkaitannya dengan aspek krim inalitas.

Referensi : Universitas Gadjah Mada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *