Struktur Sosial merupakan suatu konsep dalam Sosiologi yang sangat penting untuk dipelajari, karena manusia sebagai obyek dari Sosiologi, memiliki dua kedudukan, yaitu :
Pertama berkedudukan sebagai makhluk individual, yang memiliki kondisi spe sifik dan kebebasan memenuhi kebutuhannya, sertakedua, sebagai makhluk struktural atau anggota suatu struktur. Sebagai makhluk individual manusia memiliki beberapa kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan apabila dibandingkan dengnan manusia lain. Faktor penyebabnya sudah barang tentu bermacam-macam, baik fisikal, psikis, maupun biologis. Bahkan dapat pula dilihat dari dimensi sosial-budaya, politis maupun ekonomis, karena dari saat lahir sampai dengan meninggal dunia, tiap-tiap manusia sudah pasti akan mengalami hal-hal yang sama, bersama anggota masyarakat lain, maupun hal hal khusus yang berbeda dan merupakan pengalaman unik dari masing-masing individu yang tidak sama dengan manusia lainnya.
Dalam kesadaran bahwa di dalam kehidupan manusia dapat ditemui adanya perbedaan-perbedaan, maka sebagai makhluk sosial atau struktural, manusia akan berusaha menciptakan kesamaan-kesamaan, agar di dalam kehidupannya didapati suatu pola perilaku yang tidak bertentangan di antara sesama anggota masyarakat. Sebagai contoh dapat dikemukakan, misalnya : Penciptaan pedoman mengenai cara berpakaian, tata cara bertamu, cara berinteraksi dengan lain jenis, tata cara melamar gadis, tata cara pernikahan dan lain-lain.
Sementara itu bentuk-bentuk kesamaan di antara anggota masyarakat yang secara naluriah telah tercipta dengan sendirinya adalah : Dorongan untuk saling menyayangi, dorongan untuk menjaga kesehatan, dorongan untuk mempertahankan diri, dorongan untuk mengatasi rasa lapar, dorongan untuk berpakaian, dorongan untuk memiliki tempat tinggal, dorongan untuk melangsungkan keturunan, dan masih banyak contoh lain lagi yang mamnunjukkan bahwa disamping ada perbedaan, didapati juga adanya kesamaan-kesamaan kolektif.
Perbedaan-perbedaan disatu sisi, dan kesamaan-kesamaan di sisi lain, pada saat tertentu akan membuat kehidupan suatu masyarakat menjadi harmonis, tertib, aman dan teratur, namun demikian, tidak jarang pula kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada itu justru membuat kehidupan masyarakat menjadi kacau dan saling bertentang an, menciptakan konflik, sampai pada tindak kriminalitas.
Kesamaan-kesamaan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan bersama, seperti : kebutuhan akan adanya tempat ibadah, memperkeras dan memperlebar jalan desa, membuat parit penanggulang banjir, dan keinginan lain yang mengarah pada usaha meningkatkan kesejahteraan sosial serta kepentingan umum, sudah tentu hasilnya akan positif, akan tetapi jika ujudnya adalah keinginan unuk memasuki lapangan pekerjaan yang sama, sekolah pada sekolahan yang sama atau bahkan menikahi orang sama, maka akibatnya justru akan melahirkan persaingan, permusuhan, perkelahian dan sebagainya.
Apabila kesamaan-kesamaan saja dapat menimbulkan pertentangan, maka apalagi perbedaan-perbedaan. Sudah barang tentu, kecenderungannya untuk melahirkan pertentangan, kekacauan atau perpecahan di antara anggota masyarakat akan lebih nyata. Walaupun bukan barang mustahil, bahwa untuk hal-hal tertentu, perbedaan-perbedaan di antara anggota masyarakat, akan dapat membawa ketenteraman, kerukunan dan intergasi. Misalnya perbedaan dalam hal memilih letak tanah dan rumah. Ada anggota masyarakat tertentu yang tidak suka memiliki rumah yang letaknya berada di pojok simpang empat ataupun simpang tiga jalan, karena dianggap akan membawa malapetaka.Sebaliknya anggota masyarakat tertentu justru memilih di pojok, karena pojok dianggap akan membawa keberuntungan, misalnya dalam hal kelebihan tanah, pemandangan yang dapat dilihat dari beberapa penjuru, dan kelompok yang seperti ini justru keberatan jika harus memiliki rumah atau tanah yang tidak di pojok, melainkan di tengah atau di antara tanah atau rumah orang lain, karena dianggap akan membawa beban atau “memiku!” beban berat orang lain.
Contoh lain dapat dikemukakan bahwa adanya perbedaan keahlian orang dalam hal melakukan pekerjaan, seperti ada yang ahli elektronik, ahli otomotif, ahli menukang batu, telah membuat kehidupan ini menjadi lengkan karena jika tidak ada mereka, maka kehidupan ini akan menjadi susah, karena setiap orang harus melakukan semuanya.
Demikian juga adanya orang-orang yang tidak sempat sekolah atau kuliah, telah membawa keberuntungan juga bagi pemenuhan kebutuhan fihak lain akan keberadaan orang yang siap menjadi sopir, siap menjadi tukang kebun dan sebagainya. Perbedaanperbedaan semacam ini justru akan membuat orang tidak saling berebut atau setidaktidaknya akan mengurangi jumlah orang untuk saling berebut.
Mengingat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam kehidupan manusia, dapat mengakibatkan munculnya pertentangan, permusuhan, kete gangan, ketidak-harmonisan dan sebagainya, maka bukan barang mustahil bahwa bagi mereka yang tidak mampu menahan diri dalam proses persaingan, konflik dan lain-lain itu, akan terdorong ke arah tindakan kriminalitas yang dapat mengakibatkan kerugian atau penderitaan fihak lain.
Kecenderungan berbuat kriminalitas ini, di antara anggota masyarakat yang satu dengan lainnya tidaklah sama, hal ini sangat dipengaruhi dan berkaitan dengan profil sosialnya, yang meliputi : Struktur social dan budaya. Dalam arti bahwa bentukbentuk tindak kriminalitas di antara anggota masyarakat yang memiliki strata social rendah, menengah dan tinggi, tidak selalu sama. Demikian juga bagi mereka yang memiliki kebudayaan yang berbeda.Persamaan-persamaan ataupun perbedaanperbedaan di antara anggota masyara kat itu dapat di lihat dari beberapa dimensi, baik dimensi horizontal, vertikal maupun mobilitas. Buku teks ini akan menjelaskan secara detail mengenai kedudukan manusia balk secara individual maupun struktural. Lebih dari sekedar itu, pemahaman pun akan dilakukan melalui beberapa dimensi, yang meliputi dimensi horizontal, vertical dan mobilitas, dengan mencoba melakukan penjelasan mengenai keterkaitannya dengan aspek krim inalitas.
Referensi : Universitas Gadjah Mada