Eko properti adalah penghubung antara manusia dengan lingkungannya secara keseluruhan. Penyelesaian secara interdisiplin memungkinkan untuk dapat memenuhinya. Dalam hal ini, eco properti harus menggunakan teknologi yang menyesuaikan dengan alam untuk menetralisir keadaan kritis tersebut di atas.
Kebutuhan kehidupan manusia antara lain mencakup pembangungan permukiman. Salah satu tujuan penting dari pembangunan itu adalah perlindungan terhadap penghuni. Perencanaan proyek besar termasuk di Indonesia sering lebih banyak memperhatikan masalah teknis daripada lahan bangunan untuk kenyamanan dan perlindungan penghuni.
Pembangunan “teknis” yang berlebihan mengakibatkan keadaan kritis dalam kaitannya dengan ekologi. Keadaan kritis tersebut merupakan harga yang harus dibayar atas keuntungan “teknis” yang diterapkan.
Seimbang dengan alam, manusia dan lingkungan terbangun yang harmonis menyebabkan kualitas lingkungan manusia meningkat. Akan tetapi ada kendalakendala dan pengaruh-pengaruh serta kepentingan-kepentingan pelaku pembangunan yang sering bertabrakan, terutama yang berkaitan dengan ketiga aktor pembangunan perumahan.
Keseimbangan eko properti yaitu keseimbangan antara lingkungan dan teknologi. Menurut Hugi (2007) pada makalahnya Angeposte Technologic for Einwiclung Jender dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) seimbang dengan alam (perhatian kepada alam yang ada); (2) seimbang dengan manusia (perhatian kepada kesehatan, keamanan, pendidikan, jalan air, udara dan sebagainya); dan (iii) seimbang dengan dengan lingkungan (perhatian pada BCR/Building Coverage Ratio, ruang terbuka hijau, disain, bahan bangunan, konstruksi dan sebagainya).