Dalam setiap organisasi, tidak dapat dipungkiri senantiasa ditemukan adanya himpunan manusia yang memiliki karakteristik sebagai suatu kelompok. Bahkan dapat dikatakan, struktur formal dari suatu organisasi, pada dasarnya tidak lebih merupakan suatu susunan yang berisi kelompok-kelompok. Pengertian yang demikian memang benar sepanjang itu diartikan sebagai suatu susunan dimana berbagai kelompok saling berhubungan satu sama lain dan kelompok-kelompok yang ada, dalam berbagai jenis atau tipe maupun ukuran, mengisi semua tugas yang ada di dalam organisasi.
Dalam berbagai organisasi, interaksi antar anggotanya sangat dipengaruhi oleh adanya berbagai kelompok sosial yang ada dalam organisasi itu. Perasaan sebagai bagian dari in-group maupun out-group misalnya, dapat muncul sebagai dasar interaksi antar anggota suatu organisasi.
Meskipun ukuran suatu kelompok sosial merupakan in-group atau menjadi out-group bagi seseorang sangat bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial tertentu, tetapi interaksi di dalam organisasi memungkinkan perasaan-perasaan sebagai bagian dari in-group maupun out-group bagi seseorang dapat berkembang.
Pada suatu kondisi sosial tertentu misalnya, seluruh bagian dari suatu organisasi dapat menjadi in-group ketika dalam posisi berhadapan dengan organisasi lain. Artinya, perasaan dan rawa ber”kami” dalam organisasi itu muncul dan menguat. Tetapi, pada kondisi sosial yang lain, tidak mustahil terjadi dimana dalam satu organisasi perasaan in-group dan out-group berkembang dalam diri anggota organisasi dari bagian atau unit yang berbeda. Dalam suatu bagian tertentu dari suatu organisasi kerja, dapat berkembang perasaan sebagai suatu in-group. Tetapi pada saat yang sama, terhadap bagian lain dalam organisasi itu juga, kelompok ini memandang bagian lain itu sebagai suatu out-group.
Dalam organisasi, keberadaan kelompok primer maupun sekunder juga dapat ditemukan. Jika kelompok primer terbentuk karena adanya sesuatu yang menyatukan beberapa anggota organisasi, misalnya kesamaan daerah asal, kesamaan suku bangsa atau etnisitas, kesamaan kesukaan atau hobby dan sebagainya, maka karakteristik sebagai suatu kelompok sekunder juga dapat ditemukan dalam organisasi. Kelompok sekunder yang pada umumnya berskala besar dan tidak dilandasi oleh hubungan yang bersifat pribadi, terjadi dalam organisasi karena adanya pengaturan oleh peraturan formal, tatacara atau prosedur yang baku dan kebijakan-kebijakan tertentu dalam organisasi.
Sebagaimana halnya kelompok primer dan sekunder, dalam organisasi akan sangat jelas terlihat suatu interaksi sosial yang menggambarkan adanya karakteristik kelompok primer dan sekunder. Bangian-bagian atau unit-unit dalam organisasi menampakkan karakteristiknya sebagai kelompok formal. Adalah benar bahwa dalam bagian-bagian atau unit kerja dalam organisasi itu memang terdapat rincian tugas yang harus dilaksanakan oleh masing-masing bagian atau anggota dari bagian itu.
Akan tetapi, tidak semua interaksi sosial yang ada dalam organisasi itu didasarkan pada rincian tugas yang harus dilaksanakan. bahkan, sebagian besar interaksi sosial dalam organisasi itu lebih banyak tidak didasarkan pada rincian tugas yang harus dilakukan maupun aturan yang mengatur tentang tugas masing-masing bagian atau anggota bagian.
Sebagai misal, dalam organisasi kerja anggota suatu bagian menjalankan tugasnya sesuai dengan rincian tugas yang harus dilakukan. Contohnya, seseorang mendapat perintah menulis konsep surat sebagai jawaban atas surat dari instansi lain yang masuk. ketika ia menulis konsep dan kemudian mengkunsultasikan dengan atasan, lalu setelah disetujui kemudian mengetiknya secara final dan kemudian menyerahkan ke bagian pencatatan surat keluar dan pengiriman surat, maka ia telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan rincian tugas yang harus dikerjakannya.
Akan tetapi. bagaimana ia datang dari rumah, dengan siapa ia makan siang, mengobrol, bertukar pikiran tentang masalah yang dihadapi dan sebagainya, semua ini tidak tercantum dalam rincian tugas yang harus dilakukan. Demikian pula kecocokan dan ketidak cocoikan yang muncul selama aktifitas di luar tugas yang harus dikerjakan itu, tidak ada dasar aturannya. Munculnya aktifitas yang demikian merupakan hal yang senantiasa terjadi dalam organisasi sehingga keberadaan kelompok informalpun menjadi sesuatu yang seantiasa terjadi dalam organisasi.
Kelompok-kelompok yang ada dalam organisasi sangat mempengaruhi interaksi sosial antar anggota organisasi. Ini berarti, kerjasama, persaingan maupun konflik yang terjadi antar anggota dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh adanya kelompok-kelompok tersebut. Dengan kata lain, terdapat pengaruh yang nyata dalam hal perilaku seseorang di dalam organisasi karena keanggotaannya dalam kelompok.
Berbagai masalah yang muncul dalam organisasi, sebagian akan dapat dengan mudah dipahami jika menempatkan kelompok sebagai unit acuannya. Misalnya masalah perselisihan antara pekerja dan manajemen dalam suatu organisasi produksi seperti pabrik, akan dapat dengan mudah dipahami sebagai bentuk konflik antara kelompok buruh dengan kelompok manajemen, yang masing-masing memiliki kepentingannya sendiri. Demikian juga konflik antar bagian dalam organisasi, dapat pula dipahami sebagai bentuk konflik antar kelompok. Oleh karena itu, memahami kelompok dan dinamikanya dalam organisasi akan dapat membantu memahami persoalan yang ada dalam organisasi.